
Internasional
Kisah Kengerian Hong Kong, dari Tolak RUU ke Krisis Politik
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
18 November 2019 08:19

Sebelum menjawab pertanyaan ini, perlu diketahui bahwa Hong Kong adalah sebuah kota yang masih menjadi bagian dari China. Namun, pada tahun 1997, Hong Kong yang dijajah Inggris diserahkan kembali ke China dengan syarat sebagai wilayah semi-otonom di bawah prinsip 'satu negara, dua sistem'. Hal ini memberi warga Hong Kong tingkat kebebasan finansial dan hukum yang tidak bisa diatur China.
Hal itu termasuk memberikan kebebasan pers, pidato, dan melakukan pertemuan khusus selama setidaknya 50 tahun sejak 1997 atau hingga 2047.
Kebebasan ini sangat kontras dengan aturan ketat China dan pengaruh kuat Presiden China Xi Jinping, yang bisa membuat para pembangkang dipenjara dan diinterogasi di penjara rahasia.
Menanggapi demo yang berkepanjangan ini, China telah secara terang-terangan memerintahkan pihak keamanan untuk menggunakan cara tegas dank eras untuk mengakhiri demonstrasi. Negara ini juga telah menyebut demo yang kacau menunjukkan tanda-tanda terorisme.
Bahkan, selama beberapa bulan terakhir, isu mengenai ancaman intervensi militer China telah ramai menyelimuti Hong Kong.
Menurut laporan, saat ini sudah ada sekitar 6.000 tentara Tentara Pembebasan Rakyat China di Hong Kong. Bahkan, salah satu pejabat negara pada Agustus lalu mengatakan bahwa jika demo terus berlangsung ricuh, hal itu tidak boleh ditoleransi dan China bisa menggunakan pasukan untuk menangani demo.
(sef/sef)
Hal itu termasuk memberikan kebebasan pers, pidato, dan melakukan pertemuan khusus selama setidaknya 50 tahun sejak 1997 atau hingga 2047.
Kebebasan ini sangat kontras dengan aturan ketat China dan pengaruh kuat Presiden China Xi Jinping, yang bisa membuat para pembangkang dipenjara dan diinterogasi di penjara rahasia.
Bahkan, selama beberapa bulan terakhir, isu mengenai ancaman intervensi militer China telah ramai menyelimuti Hong Kong.
Menurut laporan, saat ini sudah ada sekitar 6.000 tentara Tentara Pembebasan Rakyat China di Hong Kong. Bahkan, salah satu pejabat negara pada Agustus lalu mengatakan bahwa jika demo terus berlangsung ricuh, hal itu tidak boleh ditoleransi dan China bisa menggunakan pasukan untuk menangani demo.
(sef/sef)
Pages
Most Popular