Most Read

Miris! RI Krisis Petani, Cangkul 99% Impor & Manufaktur Loyo

Redaksi, CNBC Indonesia
17 November 2019 07:50
Cangkul 99% Impor
Foto: Petani padi nemanen tanamannya di Kawasan Rototan, Jakarta Utara, Jumat (5/7/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Krisianto)
Di saat Indonesia harus menghadapi krisis petani, alat utama bertani pun harus diimpor dari China. Mengutip data BPS, total impor cangkul sepanjang Januari-Oktober 2019 mencapai US$ 106,13 ribu, dengan volume sebanyak 292,44 ton atau 292.444 kilogram (kg).

Secara rinci, impor cangkul tersebut berasal dari China sebanyak 291,44 ton atau setara 99,6% dengan nilai sebesar US$ 106.062. Sisanya hanya sebesar 7 kg yang berasal dari Jepang dengan nilai sebesar US$ 65.

Sementara itu, sepanjang tahun 2015-2018, impor cangkul seluruhnya berasal dari China. Pada 2015, nilai impor cangkul sebesar US$ 6.589 dengan volume sebanyak 14,3 ton atau sebesar 14.261 kg.

Kemudian impor cangkul naik tajam pada tahun 2016 menjadi sebesar US$ 187,06 ribu dengan volume sebanyak 142,8 ton atau 142.783 kg. Namun pada tahun 2017, nilai impor cangkul mengalami penurunan tajam menjadi US$ 794 dengan volume 2,32 ton atau 2.317 kg.

Pada tahun 2018, impor cangkul tercatat kembali naik menjadi nilai US$ 33.889 dengan volume sebanyak 78,1 ton atau 78.100 kg. Hingga pada akhir Oktober 2019 nilai impor cangkul menjadi US$ 106,13 ribu.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan menyebut izin impor yang diberikan dalam bentuk lembaran plat baja alias bahan baku untuk pembuatan cangkul. Persetujuan Impor (PI) yang diberikan sebanyak 400.000 kg pada 2019.

"Selama tahun 2019 hanya baru satu kali beri izin impor bahan baku untuk perkakas tangan, jadi baru berbentuk lembaran plat baja, belum diruncingkan, belum ada ujungnya, belum dicat, dan belum diberi merek," kata Dirjen Perlindungan Konsumen & Tertib Niaga (PKTN) Kemendag Veri Anggrijono dalam konferensi pers di Kantor Kemendag, Jakarta, Jumat (8/11/2019).


(roy/roy)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular