
Internasional
Ini Ancaman Xi Jinping ke Pendemo Hong Kong
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
15 November 2019 08:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden China Xi Jinping memperingatkan bahwa protes di Hong Kong dapat mengancam prinsip 'satu negara, dua sistem' yang mengatur kota semi-otonom tersebut.
Hong Kong diperintah oleh sistem unik yang menjamin kebebasan lebih besar dibandingkan China daratan sejak penyerahannya dari pemerintahan Inggris ke China pada 1997.
Tetapi protes yang terjadi- pada awalnya menentang rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang sekarang ditangguhkan China- kini telah mendorong seruan yang lebih luas untuk demokrasi di Hong Kong.
Dalam komentar yang jarang diberikan soal Hong Kong, Xi mengulangi dukungan Beijing untuk pemerintahan dan polisi Hong Kong.
"Menghentikan kekerasan dan mengendalikan kekacauan sambil memulihkan ketertiban saat ini adalah tugas paling mendesak bagi Hong Kong," katanya berbicara pada KTT di Brasilia sebagaimana dilansir AFP, Jumat (15/11/2019).
Xi Jinping juga menggarisbawahi kalau Beijing mendukung penuh upaya aparat untuk menenangkan massa, termasuk penggunaan kekerasan untuk menenangkan kota.
"Kami sepenuhnya mendukung dengan tegas Wilayah Administratif Khusus Hong Kong yang dipimpin oleh kepala eksekutif untuk menjalankan fungsinya sesuai dengan hukum," tegasnya lagi.
"Kami sangat mendukung polisi Hong Kong untuk mengambil tindakan tegas dalam menegakkan hukum dan pengadilan Hong Kong untuk menghukum sesuai dengan hukum yang berlaku atas kejahatan kekerasan yang terjadi."
Ia mengatakan China sangat berkomitmen pada implementasi 'satu negara, dua sistem. Ditegaskannya hal tersebut tak akan pernah berubah.
Bahkan ia menentang campur tangan asing dalam urusan internal Hong Kong. Menurutnya ketidakstabilan Hong Kong tidak bisa diterima.
Hong Kong terpecah belah seiring meningkatnya protes dan kekerasan. Protes sudah terjadi sejak Juni 2019 dan menyebabkan kota itu tenggelam dalam resesi.
Sebelumnya pada Kamis (14/11/2019), unjuk rasa yang belum juga berakhir menyebabkan gangguan yang meluas, di mana pendemo kembali membuat barikade. Jalan-jalan ditutup dan sekolah diliburkan demi alasan keamanan.
Seorang lelaki berusia 70 tahun meninggal sehari dihantam batu bata selama bentrokan antara demonstran pro dan anti-pemerintah.
Belum dapat dikonfirmasi siapa yang melemparkan batu bata itu.
Ia menjadi korban kedua dalam waktu kurang dari seminggu dalam insiden terkait protes. Yang pertama adalah Alex Chow (22), meninggal pada 8 November karena cedera kepala yang diderita saat jatuh ketika polisi bentrok dengan demonstran di dalam tempat parkir.
"Kerusuhan yang sedang berlangsung.. dengan skala besar, kejadian simultan di berbagai distrik dan parahnya kekerasan, membuat kami perlu untuk memperkuat dukungan bagi para perwira garis depan polisi," kata seorang juru bicara kepolisian.
Polisi Hong Kong sendiri mengerahkan 3000 personil untuk mengamankan kota. Sementara itu, dalam postingan di Twitter, media China Global Times mengatakan pemerintah Hong Kong ingin menerapkan jam malam di akhir pekan tapi pernyataan itu kemudian dihapus media ini.
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
Hong Kong diperintah oleh sistem unik yang menjamin kebebasan lebih besar dibandingkan China daratan sejak penyerahannya dari pemerintahan Inggris ke China pada 1997.
Tetapi protes yang terjadi- pada awalnya menentang rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang sekarang ditangguhkan China- kini telah mendorong seruan yang lebih luas untuk demokrasi di Hong Kong.
"Menghentikan kekerasan dan mengendalikan kekacauan sambil memulihkan ketertiban saat ini adalah tugas paling mendesak bagi Hong Kong," katanya berbicara pada KTT di Brasilia sebagaimana dilansir AFP, Jumat (15/11/2019).
Xi Jinping juga menggarisbawahi kalau Beijing mendukung penuh upaya aparat untuk menenangkan massa, termasuk penggunaan kekerasan untuk menenangkan kota.
"Kami sepenuhnya mendukung dengan tegas Wilayah Administratif Khusus Hong Kong yang dipimpin oleh kepala eksekutif untuk menjalankan fungsinya sesuai dengan hukum," tegasnya lagi.
"Kami sangat mendukung polisi Hong Kong untuk mengambil tindakan tegas dalam menegakkan hukum dan pengadilan Hong Kong untuk menghukum sesuai dengan hukum yang berlaku atas kejahatan kekerasan yang terjadi."
Ia mengatakan China sangat berkomitmen pada implementasi 'satu negara, dua sistem. Ditegaskannya hal tersebut tak akan pernah berubah.
Bahkan ia menentang campur tangan asing dalam urusan internal Hong Kong. Menurutnya ketidakstabilan Hong Kong tidak bisa diterima.
Hong Kong terpecah belah seiring meningkatnya protes dan kekerasan. Protes sudah terjadi sejak Juni 2019 dan menyebabkan kota itu tenggelam dalam resesi.
Sebelumnya pada Kamis (14/11/2019), unjuk rasa yang belum juga berakhir menyebabkan gangguan yang meluas, di mana pendemo kembali membuat barikade. Jalan-jalan ditutup dan sekolah diliburkan demi alasan keamanan.
Seorang lelaki berusia 70 tahun meninggal sehari dihantam batu bata selama bentrokan antara demonstran pro dan anti-pemerintah.
Belum dapat dikonfirmasi siapa yang melemparkan batu bata itu.
Ia menjadi korban kedua dalam waktu kurang dari seminggu dalam insiden terkait protes. Yang pertama adalah Alex Chow (22), meninggal pada 8 November karena cedera kepala yang diderita saat jatuh ketika polisi bentrok dengan demonstran di dalam tempat parkir.
"Kerusuhan yang sedang berlangsung.. dengan skala besar, kejadian simultan di berbagai distrik dan parahnya kekerasan, membuat kami perlu untuk memperkuat dukungan bagi para perwira garis depan polisi," kata seorang juru bicara kepolisian.
Polisi Hong Kong sendiri mengerahkan 3000 personil untuk mengamankan kota. Sementara itu, dalam postingan di Twitter, media China Global Times mengatakan pemerintah Hong Kong ingin menerapkan jam malam di akhir pekan tapi pernyataan itu kemudian dihapus media ini.
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
Most Popular