
Krisis Petani di RI Apakah Benar-Benar Terjadi?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 November 2019 18:15

Selain masalah margin, upah buruh di sektor pertanian juga tergolong rendah dan bahkan terendah dibandingkan dengan upah buruh di sektor lainnya.
Mengutip dataSakernas Agustus 2019, upah buruh di sektor pertanian per bulan rata-rata Rp 2.031.206 jauh lebih rendah dibanding upah buruh di sektor lainnya. Masalah upah juga membuat sektor pertanian menjadi tidak dilirik.
Masalah kedua yang dihadapi sektor pertanian tanah air yaitu alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman maupun kawasan industri. Menurut Agus Dwi Nugroho Indonesia terancam darurat lahan pangan.
Data Kementerian ATR/BPN menunjukkan pada 2018 luas baku sawah di Indonesia tinggal 7,1 juta hektar (ha) atau turun dibandingkan 2013 yang masih 7,75 juta ha. Pada sisi lain, upaya pemerintah melalui Kementerian Pertanian untuk program cetak sawah hanya mampu menghasilkan sekitar 60 ribu ha sawah tiap tahunnya. Dengan begitu, Indonesia mengalami defisit sawah hampir sekitar 350 ribu ha selama 5 tahun terakhir.
Alih fungsi sawah menyebabkan potensi kehilangan pangan yang tinggi tiap tahunnya akibat berkurangnya luas tanam. Apabila diasumsikan produktivitas padi nasional adalah 5 ton per ha, maka Indonesia telah kehilangan minimal sekitar 350 ribu ton gabah per musim tanam akibat alih fungsi sawah.
Kondisi tersebut nantinya akan memperkuat pendapat Malthus bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat daripada pertambahan bahan makanan.
Akibatnya, Indonesia di masa depan akan mengalami kekurangan pangan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang cepat, dan solusi yang harus dilakukan adalah meningkatkan kuantitas impor pangan.
Hal ini pada jangka panjang akan mengganggu kedaulatan pangan maupun kedaulatan nasional karena semakin besarnya ketergantungan pada negara lain.
Faktor lain yang juga membuat Indonesia darurat pertanian adalah, urbanisasi. Urbanisasi memang dapat mendongkrak perekonomian. Namun urbanisasi yang tinggi punya konsekuensi terhadap pertanian. Banyak orang meninggalkan desa untuk mengundi nasib ke kota.
Laju urbanisasi Indonesia tergolong sangat pesat. Pada 2007, 47,54% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan. Namun sepuluh tahun kemudian penduduk Indonesia yang tinggal di wilayah perkotaan sudah mencapai 54,66%.
Memang salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan di perkotaan adalah dengan adanya urban farming. Namun hingga saat ini ketika berbicara masalah skala jelas tidak sebesar pertanian konvensional.
Urban farming juga masih dianggap sebagai gaya hidup ketimbang sebagai sesuatu yang urgen. Belum lagi lahan di perkotaan yang kosong banyak yang dikonversi menjadi kawasan hunian maupun industri. Jadi memang tak bisa dipungkiri Indonesia darurat pertanian.
Baca : Sawah Kian Langka di Indonesia, Jokowi Rilis Aturan Khusus
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Mengutip dataSakernas Agustus 2019, upah buruh di sektor pertanian per bulan rata-rata Rp 2.031.206 jauh lebih rendah dibanding upah buruh di sektor lainnya. Masalah upah juga membuat sektor pertanian menjadi tidak dilirik.
![]() |
Data Kementerian ATR/BPN menunjukkan pada 2018 luas baku sawah di Indonesia tinggal 7,1 juta hektar (ha) atau turun dibandingkan 2013 yang masih 7,75 juta ha. Pada sisi lain, upaya pemerintah melalui Kementerian Pertanian untuk program cetak sawah hanya mampu menghasilkan sekitar 60 ribu ha sawah tiap tahunnya. Dengan begitu, Indonesia mengalami defisit sawah hampir sekitar 350 ribu ha selama 5 tahun terakhir.
Kondisi tersebut nantinya akan memperkuat pendapat Malthus bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat daripada pertambahan bahan makanan.
Akibatnya, Indonesia di masa depan akan mengalami kekurangan pangan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang cepat, dan solusi yang harus dilakukan adalah meningkatkan kuantitas impor pangan.
Hal ini pada jangka panjang akan mengganggu kedaulatan pangan maupun kedaulatan nasional karena semakin besarnya ketergantungan pada negara lain.
Faktor lain yang juga membuat Indonesia darurat pertanian adalah, urbanisasi. Urbanisasi memang dapat mendongkrak perekonomian. Namun urbanisasi yang tinggi punya konsekuensi terhadap pertanian. Banyak orang meninggalkan desa untuk mengundi nasib ke kota.
Laju urbanisasi Indonesia tergolong sangat pesat. Pada 2007, 47,54% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan. Namun sepuluh tahun kemudian penduduk Indonesia yang tinggal di wilayah perkotaan sudah mencapai 54,66%.
Memang salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan di perkotaan adalah dengan adanya urban farming. Namun hingga saat ini ketika berbicara masalah skala jelas tidak sebesar pertanian konvensional.
Urban farming juga masih dianggap sebagai gaya hidup ketimbang sebagai sesuatu yang urgen. Belum lagi lahan di perkotaan yang kosong banyak yang dikonversi menjadi kawasan hunian maupun industri. Jadi memang tak bisa dipungkiri Indonesia darurat pertanian.
Baca : Sawah Kian Langka di Indonesia, Jokowi Rilis Aturan Khusus
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Pages
Most Popular