Bulog Jual Beras di Ritel Modern, Nasib Pedagang Kecil Piye?

Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
13 November 2019 09:06
Perum Bulog menciptakan gebrakan baru untuk menjamin ketersediaan pangan di masyarakat.
Foto: Foto/BULOG/ Efrem Limsan Siregar/CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Perum Bulog menciptakan gebrakan baru untuk menjamin ketersediaan pangan di masyarakat. Bulog akan mendistribusikan beras mediumnya melalui ritel modern.

Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey di Hotel Arya Duta, Jakarta, Selasa (12/11/2019). Penandatanganan disaksikan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto.

Seperti diketahui, beras medium umumnya dipakai untuk Operasi Pasar (OP) di pasar tradisional. Tujuannya untuk menjamin ketersediaan dan stabilisasi ketika terjadi kelangkaan atau harga beras melambung di pasaran.

Bulog Jualan Beras di Ritel Modern, Nasib Pedagang Kecil GimaFoto: Perum Bulog menggelar operasi pasar dalam rangka ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) serentak di Indonesia, Selasa (24/8/2019). (CNBC Indonesia/Efrem Siregar)


"Melalui Aprindo, kita nanti bisa mendistribusikan produk Bulog, termasuk operasi pasar, kita akan menjual beras murah untuk kepentingan masyarakat golongan menengah ke bawah," kata Buwas, sapaan Budi Waseso, usai penandatanganan MoU.

Peluang ini diprediksi akan membuat Bulog bernapas lega. Artinya, ada harapan cadangan beras pemerintah (CBP) dapat dilepas secara maksimal. Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) ini bahkan mengungkapkan jika program kerja sama dengan ritel modern berhasil, maka OP akan dihentikan.


"Kita tidak perlu lagi ada operasi-operasi pasar. Begitu [harga] naik, kita baru operasi, di situ kita terlambat. Kita ikuti perkembangan situasi. Yang penting barangnya ada, harganya stabil," kata Buwas.

Meski demikian, kerja sama Bulog dan ritel modern bakal berimbas ke pedagang kecil pasar tradisional. Sebab, di tingkat pedagang, beras medium Bulog terbilang unggul dari segi harga untuk dijual kembali.

Namun, Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengaku tak keberatan dengan kerja sama penjualan antara Bulog dan ritel modern. Kekhawatiran bahwa masyarakat akan lebih memilih ke ritel modern tak sepenuhnya tepat. Menurut Mansuri, pasar tradisional dan ritel modern telah mempunyai segmen masing-masing.


"Konsumen kelas menengah ke bawah tetap berbelanja ke pasar tradisional," kata Mansuri kepada CNBC Indonesia, Selasa (12/11/2019).

Meski demikian, Mansuri mengingatkan kemungkinan terjadinya lonjakan harga, terutama jelang Natal dan Tahun Baru 2020. Tolok ukur harga pangan, katanya, tetap bersandar pada harga di pasar tradisional.

Apalagi jumlah pasar tradisional yang tersebar di Indonesia cukup masif mencapai 14.000 di mana 300.000 ribu merupakan pedagang yang menjajakan beras.

"Harga [beras] di pasar tradisional tinggi meski di ritel modern rendah, itu tetap akan menimbulkan gejolak di publik. Maka, stok itu tetap perlu dijaga di pasar tradisional," kata Mansuri.

Sementara Roy Mandey mengatakan kerja sama Bulog dan ritel modern pada dasarnya bukan untuk 'mematikan' pedagang di pasar tradisional. Ia menjelaskan, kerja sama Bulog dan ritel modern bertujuan agar beras Bulog bisa terserap.

Kalau itu tercapai, maka Bulog akan mampu menyerap maksimal beras atau gabah dari petani terlebih saat memasuki musim panen, tanpa perlu mencemaskan kapasitas gudang yang bakal penuh akibat menumpuknya stok beras CBP.

"Pangsa pasar sudah berbeda. Orang yang berbelanja di pasar rakyat tetap berbelanja dengan tawar-menawar. Yang berbelanja di pasar modern tetap masyarakat yang memang mau fix price," kata Roy.

Buwas lawan mafia beras!


(tas) Next Article Waduh! 20.000 ton Beras Bulog kok Bisa Rusak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular