Jurus Grup Salim Bikin Indomie Jadi Raja Mi Instan Dunia

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
12 November 2019 10:22
Jurus Grup Salim Hantarkan Indomie Jadi Raja Mi Instan Dunia
Foto: Foto: Facebook/ @milkylaneofficial
Jakarta, CNBC Indonesia - Mi instan Indomie tidak hanya berhasil menembus pasar dunia, tetapi unggul dan resmi didaulat sebagai raja mi instan di dunia.

Media Los Angeles Times sebelumnya menggelar L.A. Times Instant Ramen Power Rankings untuk menguji seberapa lezat ramen atau mi instan dari beberapa dunia. Salah satu dari 31 brand yang diuji adalah Indomie, salah satu produk andalan PT Indoofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dari Grup Salim.

Indomie Mie Goreng rasa ayam
barbeque menduduki peringkat nomor satu di dunia versi L.A Times, dan Indomie Mie Goreng Original menduduki peringkat nomor 10.

Indomie pertama kali diproduksi pada 1972 oleh ICBP. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa merek Supermi dan Sarimi ternyata juga masih satu pabrik dengan Indomie, dan Indomie bukanlah produk asli Grup Salim.

Berdasarkan informasi di laporan keuangan perusahaan dan sejumlah sumber terkait, didapati bahwa p
roduk asli yang sedari awal dikonsep dan dibuat oleh Grup Salim adalah Sarimi, bukan Indomie. Sarimi adalah produk kelas tiga atau memiliki target pasaran kelas menengah ke bawah.


Seiring berjalannya waktu, ketiga nama besar tersebut sudah akur karena masuk menjadi portofolio produk yang sama, seiring dengan perjalanan panjang kelompok usaha yang didirikan oleh mendiang Sudono Salim atau Liem Sioe Liong (Om Liem) itu.

Berkat produsen mi instan lokal, khususnya Grup Salim sebagai produsen utama dengan pangsa pasar 90%, Indonesia menjadi konsumen mi instan terbesar kedua dunia.



 

Sejarah mi instan di Indonesia dimulai pada 1968, ketika perusahaan pembuat Supermi yaitu PT Lima Satu Sankyu (selanjutnya berganti nama menjadi PT Lima Satu Sankyu Indonesia dan PT Supermi Indonesia) didirikan.

Perusahaan dibentuk oleh Sjarif Adil Sagala dan Eka Widjaya Moeis dengan bantuan Sankyu Shokushin Kabushiki Kaisha asal Jepang yang lebih dulu sukses sebagai negara produsen mi instan terwahid dan terbesar saat itu.

Setelah diproduksi, Supermi resmi menjadi mi instan pertama di Indonesia, dengan pemanfaatannya yang sangat luas saat itu dan tidak berbumbu.

Pada tahun yang sama, PT Sanmaru Foods Manufacturing Co Ltd didirikan. Sanmaru yang dimiliki Djajadi Djaja Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma tersebut mulai memproduksi Indomie pada 1972. Kelompok usaha asal Medan (Sumut) tersebut bernama Jangkar Jati Group.


Pada 1970-an, pemerintah Orde Baru menginginkan ada diversifikasi makanan pokok ketika harga beras mahal, sehingga mengarahkan publik untuk mengonsumsi roti dan mi, selain dari nasi.

Nah, yang diuntungkan dari kebijakan tersebut adalah tentu Om Liem, yang sudah kadung terkenal sebagai pengusaha gandum serta dikenal dekat dengan Presiden Soeharto dan keluarga Cendana.

Pada 1971, Om Liem yang nantinya sukses mendirikan Grup Salim-Indofood, mendirikan pabrik penggilingan gandum Bogasari di Tanjung Priok, tepatnya pada 29 November. Bisnis inilah yang membesarkan Grup Salim nantinya.

Pada 1976, Supermi mulai mengekor Indomie dan bertransformasi menjadi mi instan berbumbu. Barulah pada 1977, PT Sarimi Asli Jaya didirikan Om Liem dan mulai memproduksi Sarimi pada 1982.

Namun, ketika harga beras mulai stabil karena pengembangan pestisida dan pupuk, Om Liem yang membeli mesin pabrik dalam jumlah besar menilai harus menggandeng pihak lain agar mesinnya tidak karatan.

Karena itulah, Om Liem berusaha menggandeng Sanmaru dan Indomie untuk memanfaatkan fasilitas pabriknya. Akhinya pada 1984, Sanmaru dan Sarimi Asli berhasil bergabung dengan cara membentuk perusahaan patungan bernama PT Indofood Interna Corporation.

Lalu pada 1986, giliran Supermi Indonesia yang diakuisisi Indofood Interna melalui anak usahanya yang bernama PT Lambang Insan Makmur.

Perusahaan baru yang bernama PT Panganjaya Intikusuma didirikan Om Liem pada 1990, dan menjadi cikal bakal PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) pada 1994. Pada tahun yang sama, INDF menjalani proses penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dan resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta di harga Rp 6.200/saham.

Hingga saat ini, perseroan sudah sekali menggelar penawaran umum terbatas dengan menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue) dan dua kali pemecahan nilai saham (stock split).

Pada 2009, divisi barang-barang konsumsi perusahaan direstrukturisasi internal dan pada 2010 di-IPO-kan dengan nama PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Perusahaan baru ini membawahi divisi mi instan, tepung terigu Bogasari, makanan ringan, produk susu dan turunannya, serta minuman.


Namun, peredaran mi instan di dunia tidak hanya yang dijual oleh ICBP dan INDF.

Di Nigeria dan Saudi Arabia misalnya, Grup Salim bekerjasama dengan pengusaha setempat dan mendirikan perusahaan baru bernama De United Foods Industries Ltd (Dufil dan Dufil Prima Food Plc) dan Pinehill Arabia Food Ltd (PAFL) untuk mengoperasikan pabrik Indomie.

Selain ketiga merek milik Indofood, mi instan lain yang juga sempat datang dan pergi serta bertahan di Tanah Air termasuk Salam Mie, Kare, Happy Mie, Selera Rakyat, Mi Gelas, Bakmi Mewah, Mi ABC, Gaga Mie, Alhami, Santremie, dan Mie Sedaap.

Nama terakhir merupakan produk dari PT Wings Surya (Wings Food) dari Grup Wings milik Keluarga Katuari asal Surabaya. Mi instan tersebut yang mulai diproduksi pada 2003 hingga menjadi pesaing terdekat Indomie dan Indofood sampai sekarang.  


TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(irv/tas) Next Article Goodbye Pepsi, Ada Apa dengan Indofood?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular