Internasional

Mengintip Sejarah Saudi Aramco, Raksasa Migas yang Bakal IPO

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 November 2019 08:31
Mengintip Sejarah Saudi Aramco, Raksasa Migas yang Bakal IPO
Jakarta, CNBC Indonesia - Saudi Arabian Oil Co (Aramco) dijadwalkan untuk melakukan penawaran publik perdana (initial public offering/IPO) dalam waktu dekat. Ini akan membuatnya mendapat gelar perusahaan terdaftar (listed company) paling berharga di dunia.

Raksasa minyak milik negara Arab ini pada hari Minggu (3/11/2019), telah mengumumkan niatnya untuk mengapung di bursa saham Riyadh. Perusahaan juga mengatakan persentase saham yang akan dijual akan ditentukan pada akhir periode book-building.


Beberapa sumber mengatakan Aramco diperkirakan akan menawarkan 1%-2% sahamnya di bursa lokal. Itu berarti perusahaan akan memperoleh sekitar US$ 20 miliar - US$ 40 miliar dana.

Aramco adalah produsen minyak terbesar di dunia, memompa 10% dari total pasokan dunia. Aramco juga merupakan perusahaan paling menguntungkan di dunia.

Tahun ini, penurunan harga minyak yang tajam telah mengurangi laba bersih semester pertama perusahaan sebesar 12% menjadi US$ 46,9 miliar. Namun, angka tersebut masih mengalahkan Apple Inc., listed company yang paling menguntungkan di dunia yang mencatatkan pendapatan sebesar US$ 31,5 miliar.

Tahun lalu, Aramco menghasilkan laba bersih tahunan sebanyak US$ 111 miliar. Jumlah ini sepertiga lebih besar dari gabungan laba bersih lima perusahaan raksasa lainnya yaitu Exxon Mobil, Royal Dutch / Shell, BP, Chevron, dan Total.


Untuk mendiversifikasi bisnis minyaknya, Aramco melakukan ekspansi dalam bisnis penyulingan dan petrokimia. Perusahaan menargetkan untuk menaikkan hampir tiga kali lipat produksi kimianya menjadi 34 juta ton per tahun pada tahun 2030 dan meningkatkan kapasitas penyulingan global menjadi 8-10 juta barel per hari (bpd) dari lebih dari 5 juta bpd.

Berikut adalah beberapa fakta utama tentang sejarah, cadangan, dan operasi Aramco, seperti dikutip dari Economic Times.

[Gambas:Video CNBC]



Aramco ditemukan oleh Standard Oil Company milik keluarga Rockefeller pada tahun 1938. Awalnya perusahaan dinamakan Perusahaan Minyak Amerika Arab dan produksi minyak mentahnya mencapai 500,00 bpd pada tahun 1949.

Pada 1980, pemerintah Saudi membeli semua pemegang saham asli dan memiliki 100% saham perusahaan. Delapan tahun kemudian, Perusahaan Minyak Arab Saudi (Saudi Arabian Oil Co/Saudi Aramco) secara resmi didirikan.

Banyaknya cadangan minyak perusahaan menjamin kemakmuran di Arab Saudi. Kerajaan bahkan menjadi pemimpin de facto dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan turut mengendalikan pergerakan di pasar minyak dunia.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman ingin mendiversifikasi pendapatan Saudi dari minyak. Pada 2016 ia mengumumkan rencana IPO Aramco, mengatakan kerajaan itu harus mengakhiri "kecanduan terhadap minyak" untuk memastikan negara tidak lagi berada di bawah tekanan harga komoditas.


Aramco memiliki setara 260,2 miliar barel minyak pada 2017, lebih besar dari cadangan gabungan Exxon Mobil Corp, Chevron Corp, Royal Dutch Shell Plc, BP Plc, dan Total SA. Cadangan tersebut diperkirakan mampu bertahan hingga 54 tahun ke depan.

Produksi Minyak

Perusahaan memproduksi 10,3 juta bpd minyak mentah tahun lalu, dan memproduksi minyak mentah dengan biaya murah yaitu US$ 2,80 per barel, menurut dokumen perusahaan. Aramco juga menghasilkan 1,1 juta barel cairan gas alam dan 8,9 miliar kaki kubik standar gas alam per hari.

Ekspor Minyak

Hampir tiga perempat ekspor minyak mentah Aramco, sekitar 5,2 miliar barel per hari, dikirim ke pelanggan di Asia tahun lalu. Perusahaan juga yakin permintaan akan tumbuh lebih tinggi di Asia daripada di wilayah lain di dunia. Pembeli Asia termasuk China, India, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan. Sementara itu, pengiriman minyak mentah ke Amerika Utara mencapai lebih dari 1 juta barel per hari tahun lalu dan 864.000 barel per hari ke Eropa.


Kilang Minyak

Perusahaan memproduksi, menyuling, dan mengekspor minyak dari Arab Saudi, tetapi memiliki kilang penyulingan di seluruh dunia. Anak perusahaan penyulingan minyak Amerika Serikat (AS) milik Aramco, Motiva Enterprises, memiliki kilang Port Arthur di Texas. Perusahaan itu menyuling 607.000 barel per hari, yang merupakan yang terbesar di AS. Pada 2017, Aramco telah mengumumkan rencana investasi senilai US$ 18 miliar untuk operasi di Amerika selama lima tahun.

Sangat Besar

Aramco memiliki 76.000 karyawan pada tahun 2018. Perusahaan memiliki operasi industri energi, fasilitas penelitian, dan kantor yang tersebar di seluruh dunia, mulai dari Asia, Eropa, hingga Amerika. Aramco juga memiliki kantor resmi di Beijing, New Delhi, Singapura, New York, London, Houston dan di beberapa wilayah lain.


(sef/sef) Next Article PBB Kutuk Serangan Drone ke Arab Saudi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular