Ya Ampun! Manufaktur RI Melorot Terus, Deindustrialisasi!

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
05 November 2019 17:28
Industri manufaktur kontribusinya makin menciut terhadap ekonomi.
Foto: detik.com/Eduardo Simorangkir
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani, resah dengan geliat industri manufaktur yang terus melemah, selain kinerjan melambat juga kontribusinya menciut terhadap ekonomi. Ia bilang, kemerosotan itu bahkan tak hanya terjadi dalam beberapa bulan terakhir saja tapi sudah menahun.

"Kalau kita lihat manufaktur kita nggak cuma 2 bulan ini, sudah dari 20 tahun udah turun," ungkap Rosan ketika ditemui di sela Rakornas Kadin bertajuk "Produktivitas dan Daya Saing Pertanian dan industri Pangan" di Hotel Indonesia Kempinski, Selasa (5/11/2019).

Saat ini, industri manufaktur memang masih memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 19,62% pada triwulan III-2019. Namun capaian tersebut jauh menurun jika dibandingkan dekade sebelumnya.



"Di tahun 2004 sekitar 30%. Turun terus. Makanya sekarang kita sudah terjadi de-industrialisasi dini," bebernya.

Karena itu, menurutnya pemerintah dan stakeholder terkait punya pekerjaan rumah (PR) cukup berat. Dia menegaskan, tidak gampang mendongkrak industrialisasi saat ini.



Menurutnya, harus ada skala prioritas untuk memilih sektor industri mana yang diutamakan. Hal itu harus memperhatikan potensi dan keunikan khusus yang bisa dikembangkan.

"Enggak bisa semua industri kita kembangkan. Jadi skala prioritas kita apa, keunggulan kita apa, yang mau kita kembangkan raw material-nya apa," tandasnya.

Dengan begitu, jika sudah ditentukan skala prioritas, perlu kebijakan yang sejalan dengan prioritas tersebut. Kebijakan yang diharapkan bisa berupa fiskal maupun moneter.

"Insentifnya ditunjukkan kepada industri itu. Jadi ada kerangkanya. Kalau kita mau kembangkan semua industri nggak gampang," katanya.

Indonesia masih punya keterbatasan baik dari aspek pendanaan maupun sumber daya. Kendati begitu, dengan adanya prioritas, efektivitas dan efisiensi dari potensi yang ada, bisa dioptimalkan.

"Kita harus berani tentukan ini yang harus kita kembangkan dulu. Karena kita rasa materialnya ada. Kita punya kemampuan, market kita ada. Memang harus dipilah-pilah. Kita punya keterbatasan dari resources, dari pendanaan, dari kemampuan, dari SDM. Kita harus pilih," katanya.

[Gambas:Video CNBC]


(hoi/hoi) Next Article Pemerintah Siapkan Regulasi Biar Manufaktur RI Tetap 'Kokoh'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular