AHY Gagal Jadi Menteri Jokowi Karena Dendam Mega Kepada SBY?

Redaksi, CNBC Indonesia
28 October 2019 06:11
AHY Gagal Jadi Menteri Jokowi Karena Dendam Mega Kepada SBY?
Foto: Baliho Raksasa Agus Harimurti Yudhoyono (Dikhy Sasra via Detik News)
Jakarta, CNBC IndonesiaPresiden Joko Widodo telah melantik menteri, pejabat setingkat menteri, dan wakil menteri dalam Kabinet Indonesia Maju pada pekan lalu. Namun dari seluruh pejabat itu, tidak ada satupun kader dari Partai Demokrat.

Termasuk di dalamnya Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau yang kerap dipanggil dengan sebutan AHY. Padahal, sebelum Jokowi tuntas menyusun kabinet, nama AHY disebut-sebut akan menjadi salah satu menteri.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief menilai ada faktor dendam Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri kepada keluarga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di balik kegagalan AHY menjadi menteri Jokowi.

Ia mengaku mendengar ketidaksetujuan Partai Demokrat masuk ke dalam koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf.


"(Penolakan) itu datang dari pimpinan koalisi Ibu Megawati," ujar Andi kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (26/10/2019), seperti dilansir detik.com.

"Demokrat ditolak masuk koalisi, sama artinya menolak AHY," lanjutnya.

Kendati demikian, Andi memastikan Partai Demokrat yang dipimpin ayah kandung AHY, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono bisa memaklumi keputusan Jokowi soal kabinet.

"Tidak marah dan tidak kecewa," katanya.



Pernyataan Andi Arief menuai respons dari para politikus PDIP. Menurut Anggota Fraksi PDIP di DPR RI Hendrawan Supratikno, Andi Arief salah sasaran.

"Pemilihan menteri merupakan hak prerogatif Presiden. AA (Andi Arief) harus ingat, bahkan sebagai partai pengusung dengan kontribusi jumlah suara terbesar, Bu Mega juga menyampaikan aspirasi partai saat pembukaan kongres di Bali 8 Agustus 2019 yang lalu. AA buat drama dengan plot cerita yang mencekam," kata Hendrawan di Jakarta, Sabtu (26/10/2019), seperti dilansir detik.com.

Ia menyebut persoalan partai yang belum terakomodir di dalam kabinet hanya karena ruang yang terbatas seperti yang sudah dijelaskan Presiden.

"Ini bukan ketoprak tentang Ken Arok atau Joko Tingkir, bung. Inti kebanyakan ketoprak kan dendam, iri, balas dendam dan muslihat," kata Hendrawan.

Hal senada disampaikan Anggota Fraksi PDIP di DPR Andreas Hugo Pareira. Ia mengingatkan bahwa Kabinet Indonesia Maju sudah terbentuk.

"Soal ada yang puas, ada yang tidak puas, relatif. Lebih baik kita dukung pemerintah untuk kerja serius lima tahun ke depan," ujar Andreas.
Sebagaimana dijelaskan di awal, AHY merupakan salah satu sosok yang digadang-gadang akan menjadi menteri dalam kabinet Jokowi-Ma'ruf. Semua itu bermula saat SBY diundang menemui Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (10/10/2019).

Dalam keterangan pers setelah pertemuan, Jokowi mengatakan banyak hal yang didiskusikan. Eks Wali Kota Solo itu bahkan menyebut mempertimbangkan AHY masuk ke dalam kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.

"Ya mungkin ada pertimbangan masih bisa berubah," ujar Jokowi.

Setelah pertemuan, kabar AHY masuk ke dalam kabinet semakin menguat. Salah satu pihak yang mengonfirmasi hal itu adalah Ali Mochtar Ngabalin yang saat itu merupakan Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Presiden. Menurut dia, AHY berpotensi masuk ke dalam kabinet Jokowi-Ma'ruf. Ia pun berharap AHY dapat memperkuat kabinet tersebut.

Namun, selepas Jokowi-Ma'ruf dilantik di ruang rapat paripurna I, Gedung MPR RI/DPR RI/DPD RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2019), kabar AHY menjadi menteri semakin menipis.

Puncaknya pada saat Jokowi melakukan wawancara kepada calon menteri dan pejabat setingkat menteri sepanjang Senin (21/10/2019) hingga Selasa (22/10/2019). Tak tampak kehadiran AHY di Kompleks Istana Kepresidenan. Pun pada saat Jokowi mengumumkan para menteri dan pejabat setingkat menteri Rabu (23/10/2019).



Ditemui di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (24/10/2019), Jokowi menjelaskan keputusan tidak mengajak Partai Demokrat ke dalam koalisi. Ia mengaku ingin membangun demokrasi gotong royong. Eks Gubernur DKI Jakarta itu pun mengingatkan bahwa Indonesia tidak memiliki oposisi seperti di negara lain.

"Demokrasi kita adalah demokrasi gotong royong. Kalau itu baik untuk negara, baik untuk bangsa kenapa tidak?," kata Jokowi.

Ia pun menjelaskan bahwa sistem presidensial a la Indonesia tidak seperti di luar negeri. Sebagai contoh di Amerika Serikat yang hanya memiliki dua partai besar, yaitu Partai Demokrat dan Partai Republik.

"Ini ndak. Meskipun hanya ada dua partai yang berkompetisi tetapi partainya banyak dan menuju sebuah proses demokrasi dalam bernegara ke depan, saya kira proses proses kematangan, proses berdemokrasi semuanya dalam proses, tetapi saya melihat itu menuju sebuah koridor yang semakin baik ke depan," ujar Jokowi.

Terlepas dari dinamika yang ada, AHY mengucapkan selamat kepada Jokowi-Ma'ruf dan jajaran Kabinet Indonesia Maju.

"Selamat mengemban amanah dan melanjutkan kerja besar 5 tahun mendatang. Saya doakan sukses dan benar-benar bisa membawa Indonesia semakin baik di masa depan," ujar AHY seperti tertuang di akun media sosialnya seperti dikutip pada Jumat (25/10/2019).

"Mohon berkenan untuk senantiasa mendengarkan suara hati dan pikiran rakyat Indonesia. Rakyat yang ingin diri dan keluarganya semakin sejahtera dan bahagia; rakyat yang ingin negerinya semakin aman dan damai, hidup rukun dan saling menghargai sesama anak bangsa; rakyat yang ingin negaranya semakin maju dan dihormati dunia," lanjut mantan cagub DKI Jakarta tersebut.

[Gambas:Video CNBC]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular