
Tugas Mendag Baru: Tuntaskan Perdagangan Bebas 16 Negara
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
22 October 2019 15:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia berupaya menyelesaikan perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP).
Rencananya, penyelesaian perundingan akan diumumkan Kepala Negara/Pemerintahan peserta RCEP pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) RCEP ke-3 pada awal November 2019.
RCEP merupakan perjanjian dagang yang melibatkan 16 negara di antaranya, Vietnam, Indonesia, Laos, Brunei, Malaysia, Myanmar, Kamboja, Thailand, Laos, Filipina, Jepang, Australia, China, India, Selandia Baru, dan Korea Selatan.
Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, mengatakan RCEP akan menjadi perjanjian regional terbesar di dunia dengan total penduduk mencapai 3,5 miliar jiwa. Ini tidak lepas dari keterlibatan negara berpenduduk besar di antaranya Indonesia, China, dan India.
"Ini akan menjadi game changer di tengah trade war AS-China, trade tension Jepang-Korea, muncul trade tension AS Uni Eropa, bagaimana situasi Timur Tengah, Iran, situasi di Turki, Brexit yang masih on-off," kata Iman di kantor Kemendag, Selasa (22/10/2019).
Melihat situasi global tersebut, Iman mengatakan negara peserta RECP mencoba menyelesaikan perundingan tahun ini. Perlu diketahui, Indonesia menjadi negara yang memprakarsai terbentuknya RECP pada 2011 silam.
"Dari segi combine GDP, RECP mewakili grouping paling besar, data tahun 2016 combine GDP negara-negara RECP mencapai US$ 23,8 triliun, mewakili 38-40% perdagangan dunia dan sekitar 42% ekspor dunia. Ini sebuah mega regional yang dilahirkan di Indonesia pada 2011 lalu," kata Iman.
Melalui RECP, regional supply chains akan semakin luas dan diperdalam. Iman mencontohkan sektor otomotif, di mana produksi otomotif memakai komponen terpisah yang berasal dari beberapa negara peserta. Adapun cakupan RECP di antaranya, akses pasar terhadap barang, jasa dan investasi; standardisasi, kekayaan intelektual, trade remedies dan sebagainya.
"Jadi sebetulnya regional supply chains sudah terjalin, yang paling kentara adalah otomotif. Kita akan libatkan ke sektor lain, kimia, elektronik, perawatan permesinan. Ini coba dikembangkan dan kita harapkan bisa menciptakan regional power house dengan pasar internal sebanyak 3,5 miliar populasi," kata Iman.
Ia mengatakan, perundingan dapat mengalami kendala karena sudah pasti negara-negara peserta memasukkan kepentingan mereka dalam perundingan. Perubahan pemerintahan juga menyebabkan proses perundingan menjadi lambat.
Enggartiasto Lukita saat menjadi mendag telah melakukan pertemuan antar Menteri RCEP ke-9 pada pertengahan Oktober lalu untuk memastikan penyelesaian perundingan RCEP pada November 2019 di Bangkok, Thailand.
(hoi/hoi) Next Article India Serang Balik AS Soal GSP, Bagaimana Indonesia?
Rencananya, penyelesaian perundingan akan diumumkan Kepala Negara/Pemerintahan peserta RCEP pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) RCEP ke-3 pada awal November 2019.
RCEP merupakan perjanjian dagang yang melibatkan 16 negara di antaranya, Vietnam, Indonesia, Laos, Brunei, Malaysia, Myanmar, Kamboja, Thailand, Laos, Filipina, Jepang, Australia, China, India, Selandia Baru, dan Korea Selatan.
"Ini akan menjadi game changer di tengah trade war AS-China, trade tension Jepang-Korea, muncul trade tension AS Uni Eropa, bagaimana situasi Timur Tengah, Iran, situasi di Turki, Brexit yang masih on-off," kata Iman di kantor Kemendag, Selasa (22/10/2019).
Melihat situasi global tersebut, Iman mengatakan negara peserta RECP mencoba menyelesaikan perundingan tahun ini. Perlu diketahui, Indonesia menjadi negara yang memprakarsai terbentuknya RECP pada 2011 silam.
"Dari segi combine GDP, RECP mewakili grouping paling besar, data tahun 2016 combine GDP negara-negara RECP mencapai US$ 23,8 triliun, mewakili 38-40% perdagangan dunia dan sekitar 42% ekspor dunia. Ini sebuah mega regional yang dilahirkan di Indonesia pada 2011 lalu," kata Iman.
Melalui RECP, regional supply chains akan semakin luas dan diperdalam. Iman mencontohkan sektor otomotif, di mana produksi otomotif memakai komponen terpisah yang berasal dari beberapa negara peserta. Adapun cakupan RECP di antaranya, akses pasar terhadap barang, jasa dan investasi; standardisasi, kekayaan intelektual, trade remedies dan sebagainya.
"Jadi sebetulnya regional supply chains sudah terjalin, yang paling kentara adalah otomotif. Kita akan libatkan ke sektor lain, kimia, elektronik, perawatan permesinan. Ini coba dikembangkan dan kita harapkan bisa menciptakan regional power house dengan pasar internal sebanyak 3,5 miliar populasi," kata Iman.
Ia mengatakan, perundingan dapat mengalami kendala karena sudah pasti negara-negara peserta memasukkan kepentingan mereka dalam perundingan. Perubahan pemerintahan juga menyebabkan proses perundingan menjadi lambat.
Enggartiasto Lukita saat menjadi mendag telah melakukan pertemuan antar Menteri RCEP ke-9 pada pertengahan Oktober lalu untuk memastikan penyelesaian perundingan RCEP pada November 2019 di Bangkok, Thailand.
(hoi/hoi) Next Article India Serang Balik AS Soal GSP, Bagaimana Indonesia?
Most Popular