
Sri Mulyani Sebut Gegara Tekanan Global, Pebisnis Pikir-pikir
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
17 October 2019 07:54

Bali, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengatakan, bawah adanya tekanan global yang timbul dari perang dagang, terutama AS dan China, membuat para pelaku usaha harus melakukan kalkulasi.
"Kita memahami bahwa tekanan yang berasal dari global ini menyebabkan banyak pelaku bisnis itu harus melakukan kalkulasi terhadap risiko dan ini terlihat dalam indikator tadi PMA yang menurun dan dari sisi impor bahan baku, dan barang modal mengalami tekanan pada tahun 2018-2019," kata Sri Mulyani di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/10/2019).
Pemerintah pun, lanjut dia, tidak boleh meremehkan dampak signifikan dari perlambatan ekonomi global. Terlebih, Dana Moneter Internasional atau IMF (Internasional Monetary Fund), telah memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global.
IMF mencatat, pertumbuhan perdagangan dunia pada kuartal I-2019 juga hanya mencapai 0,5%, atau yang terlesu sejak 2012.
Sri Mulyani mengatakan situasi global saat ini sangat fluktuatif. Dalam beberapa tahun terakhir, proteksionisme perdagangan AS dan China juga berdampak ke negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).
Dalam setahun penuh, dengan meningkatnya proteksionisme dan tensi perdagangan AS-China dan semua mitra dagang mereka, terutama ke China juga berdampak pada pertumbuhan global, dan juga ke ASEAN.
"Tensi ini merusak kemajuan sosial ekonomi. Kondisi ini membuat kondisi semakin sulit dan berlanjut pada 2019," ujarnya.
Sri Mulyani menegaskan negara berkembang termasuk Indonesia juga terdampak, dari sisi arus keluar modal. Ke depan, Indonesia perlu fokus pada reformasi dalam hal investasi yang lebih kompetitif guna mendukung ekspor.
Selain itu, lanjut dia, yang perlu diwaspadai adalah bagaimana memerhatikan agar ekonomi bisa terus tumbuh. Terutama mendorong investasi yang saat ini mendapatkan tekanan global.
"Presiden [Joko Widodo] terus menyampaikan keinginan mempermudah investasi di Indonesia dan ini merupakan suatu yang akan terus diformulasikan oleh para menteri, termasuk di dalam mengusulkan legislasi kepada DPR untuk kemudahan investasi tersebut," katanya.
(sef/sef) Next Article Kumpulkan Para Pengusaha, Jokowi Minta Tiga Pekerjaan
"Kita memahami bahwa tekanan yang berasal dari global ini menyebabkan banyak pelaku bisnis itu harus melakukan kalkulasi terhadap risiko dan ini terlihat dalam indikator tadi PMA yang menurun dan dari sisi impor bahan baku, dan barang modal mengalami tekanan pada tahun 2018-2019," kata Sri Mulyani di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/10/2019).
Pemerintah pun, lanjut dia, tidak boleh meremehkan dampak signifikan dari perlambatan ekonomi global. Terlebih, Dana Moneter Internasional atau IMF (Internasional Monetary Fund), telah memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global.
Sri Mulyani mengatakan situasi global saat ini sangat fluktuatif. Dalam beberapa tahun terakhir, proteksionisme perdagangan AS dan China juga berdampak ke negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).
Dalam setahun penuh, dengan meningkatnya proteksionisme dan tensi perdagangan AS-China dan semua mitra dagang mereka, terutama ke China juga berdampak pada pertumbuhan global, dan juga ke ASEAN.
"Tensi ini merusak kemajuan sosial ekonomi. Kondisi ini membuat kondisi semakin sulit dan berlanjut pada 2019," ujarnya.
Sri Mulyani menegaskan negara berkembang termasuk Indonesia juga terdampak, dari sisi arus keluar modal. Ke depan, Indonesia perlu fokus pada reformasi dalam hal investasi yang lebih kompetitif guna mendukung ekspor.
Selain itu, lanjut dia, yang perlu diwaspadai adalah bagaimana memerhatikan agar ekonomi bisa terus tumbuh. Terutama mendorong investasi yang saat ini mendapatkan tekanan global.
"Presiden [Joko Widodo] terus menyampaikan keinginan mempermudah investasi di Indonesia dan ini merupakan suatu yang akan terus diformulasikan oleh para menteri, termasuk di dalam mengusulkan legislasi kepada DPR untuk kemudahan investasi tersebut," katanya.
(sef/sef) Next Article Kumpulkan Para Pengusaha, Jokowi Minta Tiga Pekerjaan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular