Internasional

IMF: Perang Dagang Pangkas Pertumbuhan Global ke Titik Nadir

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
16 October 2019 08:29
IMF: Perang Dagang Pangkas Pertumbuhan Global ke Titik Nadir
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang AS-China sepertinya memangkas pertumbuhan global 2019 ke laju paling lambat sejak krisis keuangan 2008-2009. Ini disampaikan Internasional Monetary Fund (IMF) pada Selasa, seraya menambahkan bahwa prospek ekonomi dapat menjadi jauh lebih gelap jika ketegangan perdagangan tetap tidak terselesaikan.

IMF mengatakan, proyeksi terbaru Outlook Ekonomi Dunia menunjukkan pertumbuhan PDB 2019 sebesar 3,0%, angka itu turun dari 3,2% dalam perkiraan Juli. Sebagian besar karena meningkatnya dampak dari gesekan perdagangan global.


Prakiraan tersebut menjadi lanjutan dari pertemuan IMF dan Bank Dunia minggu ini di Washington. Di mana direktur utama IMF yang baru, Kristalina Georgieva mengaku mewarisi sejumlah masalah, mulai dari stagnasi perdagangan hingga reaksi politik di beberapa negara pasar berkembang.

Laporan Outlook Ekonomi Dunia menjabarkan secara rinci kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh tarif AS-China. Termasuk biaya langsung, gejolak pasar, pengurangan investasi dan produktivitas yang lebih rendah karena gangguan rantai pasokan.

Pemberi pinjaman global ini mengatakan bahwa pada 2020, tarif yang diumumkan akan mengurangi output ekonomi global sebesar 0,8%. Pekan lalu, Georgieva mengatakan bahwa ini berarti kerugian US$ 700 miliar, atau sama dengan membuat ekonomi Swiss menghilang.

"Kelemahan dalam pertumbuhan didorong oleh penurunan tajam dalam aktivitas manufaktur dan perdagangan global, dengan tarif yang lebih tinggi dan ketidakpastian kebijakan perdagangan yang berkepanjangan merusak investasi dan permintaan barang modal," kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari cnbc internasional, Rabu (16/10/2019).

Untuk tahun 2020, IMF mengatakan pertumbuhan global akan meningkat menjadi 3,4% karena ekspektasi kinerja yang lebih baik di Brasil, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, dan Turki. Tetapi perkiraan ini sepersepuluh poin lebih rendah dibandingkan bulan Juli dan rentan terhadap risiko penurunan.

Termasuk ketegangan perdagangan yang lebih buruk, gangguan terkait Brexit dan penolakan yang mendadak terhadap risiko di pasar keuangan.

BERLANJUT KE HAL 2 >>>> IMF mengatakan, investasi asing langsung di luar negeri oleh negara-negara maju terhenti pada 2018 setelah meningkat pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan rata-rata lebih dari 3% produk domestik bruto global setiap tahun atau lebih dari US$ 1,8 triliun.

Penurunan sekitar US$ 1,5 triliun antara 2017 dan 2018 mencerminkan adanya operasi finansial murni oleh perusahaan multinasional besar. Termasuk sebagai tanggapan terhadap perubahan dalam undang-undang pajak AS.

Pembelian kendaraan global turun 3% pada tahun 2018, mencerminkan penurunan permintaan di China setelah berakhirnya insentif pajak dan penyesuaian produksi setelah adopsi standar emisi baru di Jerman dan negara-negara zona euro lainnya.

Pertumbuhan perdagangan global hanya mencapai 1% pada paruh pertama 2019, level terlemah sejak 2012. Perdagangan terbebani oleh tarif yang lebih tinggi dan ketidakpastian yang berkepanjangan tentang kebijakan perdagangan, serta kemerosotan dalam industri otomotif.

Setelah berkembang sebesar 3,6% pada tahun 2018, IMF sekarang memproyeksikan volume perdagangan global akan meningkat hanya 1,1% pada 2019. Atau 1,4 poin persentase lebih rendah dari yang diperkirakan pada bulan Juli dan 2,3 poin persentase lebih sedikit dari perkiraan pada bulan April.

"Pertumbuhan perdagangan diperkirakan akan pulih ke 3,2% pada tahun 2020, namun risiko tetap condong ke sisi negatifnya," kata IMF.

BERLANJUT KE HAL 3 >>>>>


Proyeksi IMF baru menunjukkan output PDB China turun 2% di bawah skenario tarif saat ini, dan 1% dalam jangka panjang. Sementara output AS akan turun 0,6% selama kedua rentang waktu.

"Untuk memperbaiki pertumbuhan, para pembuat kebijakan harus membatalkan dampak perdagangan dengan membuat perjanjian yang lama (dari sekarang yang hanya parsial), mengendalikan ketegangan geopolitik dan mengurangi ketidakpastian kebijakan dalam negeri," kata Gopinath.

Pengumuman Presiden AS Donald Trump soal fase satu kesepakatan dengan China juga perlu diwaspadai. Karena Trump mengisnyaratkan lebih banyak detail tentang kesepakatan yang tentatif itu.

"Dengan pertumbuhan 3%, tidak ada ruang untuk kesalahan kebijakan dan kebutuhan mendesak bagi pembuat kebijakan untuk secara bersama-sama mengurangi perdagangan dan ketegangan geopolitik," katanya.

"Peningkatan lebih lanjut dari ketegangan perdagangan dan peningkatan terkait dalam ketidakpastian kebijakan dapat melemahkan pertumbuhan relatif terhadap proyeksi baseline,".
(sef/sef) Next Article Jujur! Pengusaha Khawatir Berat dengan Ramalan Seram IMF

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular