
Vietnam: Main Bola Bisa, Ekonomi Bagus Pula...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 October 2019 08:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Malam tadi, tim nasional sepakbola Indonesia kembali menjalani laga pra-kualifikasi Piala Dunia 2022/Piala Asia 2023. Lawan yang dihadapi adalah kekuatan baru sepakbola Asia Tenggara, Vietnam.
Hasilnya, lagi-lagi, mengecewakan bagi Tim Garuda. Evan Dimas Darmono dan kolega harus mengakui keunggulan Vietnam 1-3 dalam pertandingan yang dihelat di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
Gol Vietnam dicetak oleh Do Duy Manh, Que Ngoc Hai, dan Nguyen Tien Linh. Sementara gol hiburan bagi skuat asuhan gaffer Simon McMemeny dibikin oleh si tampan Irfan Bachdim.
Hasil tadi malam memantapkan posisi Indonesia sebagai juru kunci klasemen Grup G dengan nilai nol. Kemenangan atas Indonesia membuat koleksi poin Vietnam menjadi tujuh dan menempati peringkat kedua. Sebenarnya perolehan poin Vietnam sama dengan sang pemuncak, Thailand, tetapi kalah selisih gol.
Pertandingan di Pulau Dewata malam tadi menegaskan kedigdayaan Vietnam sebagai penguasa baru jagat sepakbola Asia Tenggara. Di peringkat terbaru Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) per 19 September, Vietnam berada di rangking 99. Vietnam menjadi yang terbaik di antara negara-negara ASEAN.
Sementara Indonesia harus menerima kenyataan tercecer di peringkat 167, terbawah di antara negara-negara ASEAN-6.
Sejak 1991, partai Indonesia vs Vietnam sudah terjadi 24 kali. Catatan pertandingan memihak Vietnam, dengan sembilan kemenangan, sembilan imbang, dan enam kekalahan. Kali terakhir Indonesia bisa mengalahkan Vietnam adalah pada Desember 2016, skor 2-1 di gelaran Piala AFF.
Kekalahan malam tadi seakan kian menampar Indonesia. Sebab tidak hanya soal bal-balan, di bidang ekonomi pun Vietnam sudah mampu mencatat sejumlah keunggulan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pertama tentu pertumbuhan ekonomi. Pada 2017, Vietnam sempat merasakan nikmatnya pertumbuhan ekonomi dua digit. Sesuatu yang hanya bisa sebatas wacana di Indonesia.
Memang, Vietnam juga mengalami perlambatan ekonomi seperti negara-negara lain. Namun tetap saja pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Ho masih lebih baik ketimbang Indonesia.
Kedua, laporan Ease of Doing Business (EoDB) 2019 keluaran Bank Dunia menempatkan Vietnam di peringkat 69 dari 190 negara. Indonesia satu setrip di bawahnya, rangking 70.
Berikut adalah sejumlah catatan positif Vietnam dalam laporan EoDB 2019:
1. Memulai usaha lebih mudah karena registrasi secara online.
2. Mengurangi kontribusi pengusaha terhadap jaminan sosial tenaga kerja dari 1% menjadi 0,5%.
3. Pembayaran pajak lebih mudah karena tidak lagi membutuhkan dokumen fisik (hard copy).
4. Transparansi ditegakkan dengan cara membuka proses penanaman modal secara online yang bisa diakses oleh publik.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Ketiga, kinerja ekspor Vietnam lebih berkilau ketimbang Indonesia. Sejak 2015, nilai ekspor Vietnam sudah melampaui Indonesia. Bahkan kini jurang itu semakin lebar.
Mengapa ekspor Vietnam bisa begitu pesat? Sebab tidak seperti Indonesia, Vietnam tidak mengandalkan komoditas.
Pada 2018, 40,4% ekspor Vietnam adalah mesin dan alat elektronik. Kemudian disusul oleh alas kaki (7,8%) dan mesin termasuk komputer (5,5%). Bandingkan dengan Indonesia, di mana 23,3% ekspor adalah bahan bakar mineral (terutama batu bara), 11,3% minyak dan lemak hewan/nabati (utamanya minyak sawit mentah/CPO).
Keempat, kinerja ekspor yang mumpuni membuat transaksi berjalan Vietnam lebih baik ketimbang Indonesia. Setelah defisit pada 2017, Vietnam terus membukukan surplus transaksi berjalan hingga kuartal III-2019.
Sedangkan Indonesia terus saja mengalami defisit transaksi berjalan sejak 2011. 'Penyakit' ini belum sembuh sampai sekarang.
Itu dulu saja sederet pencapaian ekonomi Vietnam yang sudah melampaui Indonesia. Sebab kalau ditambah lagi, maka rasa sakit akibat kekalahan tadi malam bakal semakin perih...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Main Bola Kalah 0-3, Indonesia Keok Apa Lagi Lawan Vietnam?
Hasilnya, lagi-lagi, mengecewakan bagi Tim Garuda. Evan Dimas Darmono dan kolega harus mengakui keunggulan Vietnam 1-3 dalam pertandingan yang dihelat di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
Gol Vietnam dicetak oleh Do Duy Manh, Que Ngoc Hai, dan Nguyen Tien Linh. Sementara gol hiburan bagi skuat asuhan gaffer Simon McMemeny dibikin oleh si tampan Irfan Bachdim.
![]() |
Pertandingan di Pulau Dewata malam tadi menegaskan kedigdayaan Vietnam sebagai penguasa baru jagat sepakbola Asia Tenggara. Di peringkat terbaru Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) per 19 September, Vietnam berada di rangking 99. Vietnam menjadi yang terbaik di antara negara-negara ASEAN.
Sementara Indonesia harus menerima kenyataan tercecer di peringkat 167, terbawah di antara negara-negara ASEAN-6.
![]() |
Sejak 1991, partai Indonesia vs Vietnam sudah terjadi 24 kali. Catatan pertandingan memihak Vietnam, dengan sembilan kemenangan, sembilan imbang, dan enam kekalahan. Kali terakhir Indonesia bisa mengalahkan Vietnam adalah pada Desember 2016, skor 2-1 di gelaran Piala AFF.
Kekalahan malam tadi seakan kian menampar Indonesia. Sebab tidak hanya soal bal-balan, di bidang ekonomi pun Vietnam sudah mampu mencatat sejumlah keunggulan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pertama tentu pertumbuhan ekonomi. Pada 2017, Vietnam sempat merasakan nikmatnya pertumbuhan ekonomi dua digit. Sesuatu yang hanya bisa sebatas wacana di Indonesia.
Memang, Vietnam juga mengalami perlambatan ekonomi seperti negara-negara lain. Namun tetap saja pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Ho masih lebih baik ketimbang Indonesia.
Kedua, laporan Ease of Doing Business (EoDB) 2019 keluaran Bank Dunia menempatkan Vietnam di peringkat 69 dari 190 negara. Indonesia satu setrip di bawahnya, rangking 70.
Berikut adalah sejumlah catatan positif Vietnam dalam laporan EoDB 2019:
1. Memulai usaha lebih mudah karena registrasi secara online.
2. Mengurangi kontribusi pengusaha terhadap jaminan sosial tenaga kerja dari 1% menjadi 0,5%.
3. Pembayaran pajak lebih mudah karena tidak lagi membutuhkan dokumen fisik (hard copy).
4. Transparansi ditegakkan dengan cara membuka proses penanaman modal secara online yang bisa diakses oleh publik.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Ketiga, kinerja ekspor Vietnam lebih berkilau ketimbang Indonesia. Sejak 2015, nilai ekspor Vietnam sudah melampaui Indonesia. Bahkan kini jurang itu semakin lebar.
Mengapa ekspor Vietnam bisa begitu pesat? Sebab tidak seperti Indonesia, Vietnam tidak mengandalkan komoditas.
Pada 2018, 40,4% ekspor Vietnam adalah mesin dan alat elektronik. Kemudian disusul oleh alas kaki (7,8%) dan mesin termasuk komputer (5,5%). Bandingkan dengan Indonesia, di mana 23,3% ekspor adalah bahan bakar mineral (terutama batu bara), 11,3% minyak dan lemak hewan/nabati (utamanya minyak sawit mentah/CPO).
Keempat, kinerja ekspor yang mumpuni membuat transaksi berjalan Vietnam lebih baik ketimbang Indonesia. Setelah defisit pada 2017, Vietnam terus membukukan surplus transaksi berjalan hingga kuartal III-2019.
Sedangkan Indonesia terus saja mengalami defisit transaksi berjalan sejak 2011. 'Penyakit' ini belum sembuh sampai sekarang.
Itu dulu saja sederet pencapaian ekonomi Vietnam yang sudah melampaui Indonesia. Sebab kalau ditambah lagi, maka rasa sakit akibat kekalahan tadi malam bakal semakin perih...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Main Bola Kalah 0-3, Indonesia Keok Apa Lagi Lawan Vietnam?
Most Popular