
Internasional
Xi Jinping Ancam Hancurkan Upaya Memecah Belah China
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
14 October 2019 06:10

Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden China Xi Jinping memperingatkan bahwa setiap upaya memecah belah China akan dihancurkan. Hal ini ditegaskannya pada Minggu (13/10/2019), terutama terkait krisis politik yang terjadi di Hong Kong selama 4 bulan terakhir.
"Siapa pun yang mencoba untuk memecah Cina di bagian mana pun, di negara itu akan berakhir dengan tubuh dan tulang yang hancur," kata Xi dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli sebagaimana dikutip Reuters dari CCTV.
"Dan setiap kekuatan eksternal yang mendukung upaya-upaya seperti memecah belah Cina akan dianggap oleh orang-orang China sebagai mimpi!" katanya lagi.
Selain Hong Kong, ungkapan Xi ini juga diperkirakan ditujukkan untuk AS yang baru-baru ini memasukan 28 entitas China ke dalam daftar hitam. AS beralasan perusahaan tersebut telah melanggar HAM karena terlibat tindakan diskriminatif terhadap etnis Uighur, minoritas Muslim di negara itu.
Sebagaimana diketahui demo Hong Kong terus berlangsung. Pada demo yang terjadi akhir pekan kemarin, pendemo kembali menargetkan stasiun MRT sebagai sasaran vandalisme.
Pengunjuk rasa pro demokrasi dan polisi bahkan terjebak dalam kerusuhan di pusat kota. Pendemo yang menyuarakan "Free Hong Kong" bentrok dengan polisi di sejumlah wilayah.
Pendemo melempar batu dan bom molotov ke polisi. Situasi Hong Kong makin tak kondusif.
Sebelumnya pada Sabtu, bom bensin dilempar dari dalam stasiun metro di Hong Kong. Hal ini dilakukan para pengunjuk rasa anti-Beijing yang marah, yang semakin membuat kelam kota tersebut 4 bulan terakhir.
Stasiun Kowloon Tong rusak parah karena serangan itu. Polisi dikerahkan untuk menjaga jalan-jalan di Kowloon dan beberapa stasiun metro yang lain.
para pengunjuk rasa berdemo karena RUU kontroversial, terkait esktradisi kriminal Hong Kong ke China. Mereka takut hal ini akan menjadi senjata China untuk menekan kebebasan berekspresi di wilayah itu.
Meski RUU ini sudah dicabut, hingga kini demo terus terjadi dan merambat ke arah merdeka dari China.Demo juga makin menjadi-jadi sejak awal pekan lalu sejak pemerintah Hong Kong menerapkan aturan darurat, yang tidak mengizinkan pendemo menggunakan penutup wajah dan topeng tiap melakukan aksi.
"Tidak ada kejahatan untuk menutupi wajah kita, tidak ada alasan untuk memberlakukan (anti-topeng) hukum," teriak pengunjuk rasa. "Aku punya hak untuk memakai topeng!"
BERLANJUT KE HAL 2 >>>>
Demo telah membawa Hong Kong pada ancaman resesi. Bahkan sejumlah hal menunjukkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga di pusat keuangan itu juga akan mengalami kontraksi.
Dikutip dari Bloomberg, Hong Kong tengah memasuki resesi teknikal. Pelemahan ekonomi juga dipercaya akan terjadi kembali di kuartal ketiga ini.
Sebelumnya di Q1 2019, Hong Kong masih menunjukkan pertumbuhan positif 1,3%. Namun di Q2 2019, pertumbuhan ekonomi terjun ke -0,4%.
Kontraksi diprediksi terjadi di Q3 ini. Ada beberapa indikator yang mendukung ini, diantaranya penjualan ritel yang turun 23% di Agustus, jebloknya jumlah turis ke Hong Kong turun hingga 40%, serta PMI IHS Markit di level 41,5.
"Saya tidak melihat adanya indikator yang kuat yang dapat mengubah situasi ini," kata ekonom Asia Pictet Wealth Management Dong Chen.
"Skenario terbaik adalah, setelah ketidakpastian ini, mereka (pemerintah) muncul dengan rencana jangka panjang atau pengukuran untuk menyelesaikan masalah struktural,".
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
"Siapa pun yang mencoba untuk memecah Cina di bagian mana pun, di negara itu akan berakhir dengan tubuh dan tulang yang hancur," kata Xi dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli sebagaimana dikutip Reuters dari CCTV.
"Dan setiap kekuatan eksternal yang mendukung upaya-upaya seperti memecah belah Cina akan dianggap oleh orang-orang China sebagai mimpi!" katanya lagi.
Sebagaimana diketahui demo Hong Kong terus berlangsung. Pada demo yang terjadi akhir pekan kemarin, pendemo kembali menargetkan stasiun MRT sebagai sasaran vandalisme.
Pengunjuk rasa pro demokrasi dan polisi bahkan terjebak dalam kerusuhan di pusat kota. Pendemo yang menyuarakan "Free Hong Kong" bentrok dengan polisi di sejumlah wilayah.
Pendemo melempar batu dan bom molotov ke polisi. Situasi Hong Kong makin tak kondusif.
Sebelumnya pada Sabtu, bom bensin dilempar dari dalam stasiun metro di Hong Kong. Hal ini dilakukan para pengunjuk rasa anti-Beijing yang marah, yang semakin membuat kelam kota tersebut 4 bulan terakhir.
Stasiun Kowloon Tong rusak parah karena serangan itu. Polisi dikerahkan untuk menjaga jalan-jalan di Kowloon dan beberapa stasiun metro yang lain.
para pengunjuk rasa berdemo karena RUU kontroversial, terkait esktradisi kriminal Hong Kong ke China. Mereka takut hal ini akan menjadi senjata China untuk menekan kebebasan berekspresi di wilayah itu.
Meski RUU ini sudah dicabut, hingga kini demo terus terjadi dan merambat ke arah merdeka dari China.Demo juga makin menjadi-jadi sejak awal pekan lalu sejak pemerintah Hong Kong menerapkan aturan darurat, yang tidak mengizinkan pendemo menggunakan penutup wajah dan topeng tiap melakukan aksi.
"Tidak ada kejahatan untuk menutupi wajah kita, tidak ada alasan untuk memberlakukan (anti-topeng) hukum," teriak pengunjuk rasa. "Aku punya hak untuk memakai topeng!"
BERLANJUT KE HAL 2 >>>>
Demo telah membawa Hong Kong pada ancaman resesi. Bahkan sejumlah hal menunjukkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga di pusat keuangan itu juga akan mengalami kontraksi.
Dikutip dari Bloomberg, Hong Kong tengah memasuki resesi teknikal. Pelemahan ekonomi juga dipercaya akan terjadi kembali di kuartal ketiga ini.
Sebelumnya di Q1 2019, Hong Kong masih menunjukkan pertumbuhan positif 1,3%. Namun di Q2 2019, pertumbuhan ekonomi terjun ke -0,4%.
Kontraksi diprediksi terjadi di Q3 ini. Ada beberapa indikator yang mendukung ini, diantaranya penjualan ritel yang turun 23% di Agustus, jebloknya jumlah turis ke Hong Kong turun hingga 40%, serta PMI IHS Markit di level 41,5.
"Saya tidak melihat adanya indikator yang kuat yang dapat mengubah situasi ini," kata ekonom Asia Pictet Wealth Management Dong Chen.
"Skenario terbaik adalah, setelah ketidakpastian ini, mereka (pemerintah) muncul dengan rencana jangka panjang atau pengukuran untuk menyelesaikan masalah struktural,".
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
Most Popular