Benarkah Robotisasi Bisa Obrak-Abrik Tenaga Manusia di RI?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 October 2019 18:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memang mulai memasuki era industri 4.0 yang dicirikan dengan otomatisasi pekerjaan menggunakan robot. Namun fenomena otomatisasi dengan robot ini seolah menjadi ancaman yang menakutkan bagi tenaga kerja Indonesia.
Kini banyak yang khawatir bahwa robot mulai mencuri menggantikan peran manusia sehingga manusia kehilangan mata pencaharian atau PHK. Fenomena ini terjadi lantaran berkembang pesatnya teknologi yang mendorong terjadinya revolusi 4.0 yang identik dengan teknologi canggih seperti robotik, kecerdasan buatan dan virtual reality.
Penggunaan mesin/robot di berbagai industri memang dilatarbelakangi oleh filosofi bisnis yang mengejar efisiensi. Mari ambil contoh industri rokok tanah air, di bagian kanan atas rokok biasanya menempel pita cukai dan juga ada kode seperti SKM atau SKT.
Kode tersebut bukan tanpa arti, SKM artinya Sigaret Kretek Mesin sedangkan SKT adalah Sigaret Kretek Tangan. Dari situ tentu kita sudah tahu yang satu dibuat dengan mesin satunya lagi racikan tangan pelinting rokok.
Penggunaan mesin di industri rokok salah satunya untuk efisiensi biaya produksi. Kabarnya 1 mesin produksi rokok dapat menggantikan ratusan karyawan sekaligus. Tentu itu adalah sebuah penghematan bagi perusahaan karena hanya beli mesin di awal dan perawatan secara periodik tanpa harus memberikan upah per bulan kepada karyawan.
Perusahaan rokok tanah air mulai beralih ke mesin, tercermin dengan pangsa pasar SKM yang semakin tinggi dan semakin menipisnya pangsa SKT. Menurut penelusuran tim riset CNBC Indonesia, sejak 10 tahun terakhir pangsa rokok SKT turun hingga hampir setengahnya.
Akibat pergeseran tren tersebut, jumlah PHK pada industri rokok meningkat. Menurut Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Sudarto, selama lima tahun terakhir ini sudah ada lebih dari 32.000 karyawan industri hasil tembakau yang dirumahkan.
Penggunaan robot memang sudah masuk ke industri rokok yang padat karya alias banyak menyerap tenaga kerja. Djarum misalnya mengakui sudah menggunakan robot, tapi mengklaim dalam jumlah terbatas.
"Robot-nya, ada. Tidak banyak. Hal itu dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan teknologi. Jadi tidak signifikan dalam efisiensi tenaga kerja," kata Budi Senior Manager Corporate Communications PT Djarum Budi Darmawan.
Benarkah mesin dan robot-robot itu akan gantikan peran dan curi pekerjaan manusia?
Sebenarnya otomatisasi dengan robot akan berdampak positif terhadap perekonomian. Menurut lembaga riset dan konsultan manajemen global, McKinsey & Company otomatisasi akan meningkatkan produktivitas dan akhirnya berdampak positif terhadap PDB suatu negara.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Kini banyak yang khawatir bahwa robot mulai mencuri menggantikan peran manusia sehingga manusia kehilangan mata pencaharian atau PHK. Fenomena ini terjadi lantaran berkembang pesatnya teknologi yang mendorong terjadinya revolusi 4.0 yang identik dengan teknologi canggih seperti robotik, kecerdasan buatan dan virtual reality.
Penggunaan mesin/robot di berbagai industri memang dilatarbelakangi oleh filosofi bisnis yang mengejar efisiensi. Mari ambil contoh industri rokok tanah air, di bagian kanan atas rokok biasanya menempel pita cukai dan juga ada kode seperti SKM atau SKT.
Penggunaan mesin di industri rokok salah satunya untuk efisiensi biaya produksi. Kabarnya 1 mesin produksi rokok dapat menggantikan ratusan karyawan sekaligus. Tentu itu adalah sebuah penghematan bagi perusahaan karena hanya beli mesin di awal dan perawatan secara periodik tanpa harus memberikan upah per bulan kepada karyawan.
Perusahaan rokok tanah air mulai beralih ke mesin, tercermin dengan pangsa pasar SKM yang semakin tinggi dan semakin menipisnya pangsa SKT. Menurut penelusuran tim riset CNBC Indonesia, sejak 10 tahun terakhir pangsa rokok SKT turun hingga hampir setengahnya.
Akibat pergeseran tren tersebut, jumlah PHK pada industri rokok meningkat. Menurut Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Sudarto, selama lima tahun terakhir ini sudah ada lebih dari 32.000 karyawan industri hasil tembakau yang dirumahkan.
Penggunaan robot memang sudah masuk ke industri rokok yang padat karya alias banyak menyerap tenaga kerja. Djarum misalnya mengakui sudah menggunakan robot, tapi mengklaim dalam jumlah terbatas.
"Robot-nya, ada. Tidak banyak. Hal itu dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan teknologi. Jadi tidak signifikan dalam efisiensi tenaga kerja," kata Budi Senior Manager Corporate Communications PT Djarum Budi Darmawan.
Benarkah mesin dan robot-robot itu akan gantikan peran dan curi pekerjaan manusia?
Sebenarnya otomatisasi dengan robot akan berdampak positif terhadap perekonomian. Menurut lembaga riset dan konsultan manajemen global, McKinsey & Company otomatisasi akan meningkatkan produktivitas dan akhirnya berdampak positif terhadap PDB suatu negara.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pages
Most Popular