Penjualan Ritel Tumbuh Minimalis, Masyarakat RI Sedang Susah?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 October 2019 13:12
Inflasi Inti Masih Bergerak Naik
Foto: Suasana Pasar Ikan Modern Muara Baru (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Kalau diamati, rendahnya inflasi pada kuartal III-2019 disebabkan oleh terjadinya deflasi yang dalam pada bulan September. Sebagai gambaran, deflasi pada September 2019 yang sebesar 0,27% merupakan deflasi terdalam yang terjadi di kuartal III dalam setidaknya lima tahun terakhir.

Pada Juli dan Agustus 2019, terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,31% dan 0,12% secara bulanan, sehingga jika ditotal menjadi 0,43%. Namun, kehadiran deflasi yang sebesar 0,27% pada September 2019 membuat total inflasi pada kuartal III-2019 menjadi rendah.

Pada September 2019, terjadinya deflasi praktis hanya disumbang oleh penurunan harga bahan makanan. Sepanjang bulan lalu, harga bahan makanan tercatat merosot hingga 1,97% secara bulanan. Sementara itu, pos-pos pembentuk inflasi lainnya masih mencatatkan kenaikan harga secara bulanan.

Untuk diketahui, bahan makanan merupakan kebutuhan primer dari masyarakat, sehingga tingkat konsumsinya akan cenderung stabil, kecuali pada saat periode libur panjang di mana konsumsi biasanya akan naik secara signifikan.

Lantas, kejatuhan harga bahan makanan yang signifkan pada bulan lalu patut diinterpretasikan sebagai keberhasilan dari pemerintah dalam upayanya mengontrol pasokan di seluruh tanah air.

Guna melihat secara lebih jelas posisi daya beli masyarakat Indonesia, ada satu indikator lagi yang sejatinya sudah disediakan oleh BPS, yakni inflasi inti. Inflasi inti merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga barang dan jasa yang cenderung kecil fluktuasinya. Inflasi inti mengeluarkan barang dan jasa yang fluktuasi harganya cenderung tinggi yakni bahan makanan, serta barang dan jasa yang harganya diatur oleh pemerintah.

Ketika inflasi inti terus merangkak naik, kemungkinan besar penyebabnya adalah kenaikan permintaan yang berarti daya beli masyrakat semakin kuat.

Nah, dalam beberapa waktu terakhir, inflasi inti terus menunjukkan kenaikan.

Memang, tak bisa disangsikan bahwa ada sinyal kenaikan dari daya beli masyarakat Indonesia mulai melambat. Hal ini terlihat jelas dari data penjualan barang-barang ritel.

Namun tetap saja, secara keseluruhan bisa dikatakan bahwa daya beli masyarakat Indonesia tetap kuat, walaupun tambahan kekuatannya sudah tak sebesar dulu.

Hal ini juga dikonfirmasi oleh angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang terus berada di posisi yang relatif tinggi. Sepanjang periode satu pemerintahan Jokowi, IKK tercatat hanya dua kali lengser ke bawah angka 100, yakni pada September dan dan Oktober 2015.

Untuk diketahui, jika IKK berada di bawah level 100, artinya masyarakat sedang pesimistis terhadap kondisi perekonomian. Sebaliknya jika berada di atas level 100, artinya masyarakat sedang optimistis terhadap kondisi perekonomian. 

Angka IKK yang selalu berada di atas angka 100 dalam beberapa waktu terakhir mengonfirmasi bahwa secara keseluruhan daya beli masyarakat Indonesia tetaplah kuat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular