Kementerian Baru & Tambah Wamen Bikin Gemuk Kabinet Jokowi II

Arif Gunawan & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
08 October 2019 06:17
Kementerian Baru & Tambah Wamen Bikin Gemuk Kabinet Jokowi II
Presiden Joko Widodo saat memimpin sidang kabinet di Istana Negara, Jakarta, beberapa waktu lalu (Dok CNBC Indonesia).

Jakarta, CNBC Indonesia - Utak-atik nomenklatur kementerian/lembaga dalam kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin terus diperbincangkan. Sejumlah kementerian baru dikabarkan akan dibentuk seiring sejumlah tantangan di sektor investasi, perdagangan dan digitalisasi.

Salah satu kementerian yang akan diubah adalah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Menurut sumber CNBC Indonesia, nomenklatur kementerian itu akan diubah.


"Kemenko Kemaritiman akan menjadi Kemenko Kemaritiman dan Investasi. Nantinya seluruh investasi akan terpusat di bawah kendali Menko Maritim dan Investasi," ungkapnya, pekan lalu.

Kemudian, salah satu direktorat jenderal di Kementerian Perdagangan akan dilebur ke dalam Kementerian Luar Negeri. Sementara itu, akan ada pula Kementerian Ekonomi Digital.

Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Sri Adiningsih mengatakan saat ini perkembangan digital tergolong pesat di Indonesia. Sedangkan negara lain sudah terlebih dahulu memiliki kementerian yang bertugas mengembangkan digitalisasi.

"Saat ini perizinan digital terpisah-pisah. Kementerian digital diharapkan bisa mengakomodir semua perkembangan digital dari proses awal hingga regulasi," kata dia, beberapa waktu lalu.



Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin tidak mau menanggapi rumor soal kementerian yang beredar. Namun, dia memastikan Presiden Jokowi akan mengumumkan nomenklatur kementerian baru pada pekan depan.

"Selasa atau Rabu mungkin bapak Presiden akan menjelaskan pertanyaan ini," kata dia di gedung Kemenko Kemaritiman, Rabu (4/10/2019).

Sedangkan untuk nama-nama yang mengisi jabatan tersebut hingga saat ini belum jelas kapan akan disampaikan. Kemungkinan, pengumuman Menteri baru dilakukan setelah Jokowi-Ma'ruf dilantik sebagai Presiden pada 20 Oktober 2019.

Foto: foto /Ali Mochtar Ngabalin (Foto: Moehammad Bakrie/detikcom)

BERLANJUT KE HAL 2 >>>>

[Gambas:Video CNBC]

Selain itu, ada kabar jumlah kursi wakil menteri dalam kabinet Jokowi akan ditambah. Hal itu merupakan bagian dari upaya menampung "aspirasi politik" lintas partai yang kian bertambah.

Omong-omong, segemuk apa kabinet kita saat ini dan nantinya jika ada tambahan kursi wamen? Tim Riset CNBC Indonesia mengulasnya dengan mengacu pada data terkini jumlah menteri (dan wakil menteri) di negara-negara Asia Tenggara.

Berdasarkan data yang dikompilasi dari sumber pemberitaan dan sumber resmi pemerintahan tiap negara di Asia Tenggara, Indonesia saat ini menjadi negara dengan jumlah menteri yang terbanyak, yakni 34 menteri. Malaysia berada di posisi kedua dengan jumlah 27 orang menteri.

Penghitungan menteri tersebut juga memasukkan jabatan perdana menteri. Demikian juga dengan menteri koordinator yang juga dimiliki beberapa negara, termasuk di Indonesia (empat menko).

Untuk memudahkan pembandingan-mengingat keberadaan sistem presidensial dan parlementer diterapkan di antara negara-negara di Asia Tenggara, kami hanya memasukkan jumlah menteri dan tak memasukkan pejabat setingkat menteri.



Meski jumlah menterinya lebih sedikit dari Indonesia, Malaysia memiliki jumlah wamen lebih banyak, yakni 25 orang. Total ada 52 menteri dan wamen di Malaysia. Dengan kata lain, hampir semua departemen atau kementerian di Malaysia memiliki wamen (Deputy Minister).

Saat ini, Indonesia hanya memiliki total 37 menteri dan wamen. Dengan demikian, jika Jokowi menambah jumlah wamen hingga menjadi menjadi 18 orang, dia menjadikan jumlah personel Kabinet Kerja periode II bakal segembrot di Malaysia sekarang.

Namun, jikapun jumlah personel di kabinet Jokowi nantinya mencapai 52 orang (34 menteri dan 18 wamen), kondisi ini masih lebih baik dari India. Negeri Bollywood tersebut saat ini memiliki 58 orang menteri (termasuk menteri muda dan wamen), menjadi yang terbanyak di dunia.

Sebaliknya, Swiss menjadi negara dengan jumlah kementerian paling sedikit, dengan hanya ada tujuh departemen yang dipimpin tujuh orang. Namun, produk domestik bruto (PDB) Swiss saat ini mencapai US$ 80.189,7 per kapita (2017), jauh meninggalkan Indonesia yang hanya US$3.846,9 pada periode sama.

Artinya, kabinet gembrot (apalagi jika merupakan hasil politik dagang sapi) tak berkorelasi positif terhadap kinerja ekonomi. Korelasi positif yang terjadi hanyalah berupa pembengkakan anggaran negara untuk membiayai pejabat baru.

[Gambas:Video CNBC]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular