Australia Sudah 'Batuk-batuk', Indonesia Harus Waspada!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 October 2019 13:08
Seperti RI, Australia Juga 'Kecanduan' Komoditas
Ilustrasi Dolar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)
Well, saat ini konsumsi di Australia memang perlu mendapat dorongan. Setidaknya ada dua indikator yang bisa menggambarkan geliat konsumsi yaitu indeks harga rumah dan penjualan kendaraan bermotor. Keduanya masih belum meyakinkan.

Pada Juni, indeks harga rumah di Australia tercatat 138,1. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 139 dan menjadi yang terendah sejak September 2016.

Kemudian penjualan kendaraan bermotor pada Juni adalah 117.817 unit. Memang naik 27,28% dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi secara YoY turun 9,58%.

Namun meski RBA giat menggenjot permintaan domestik, tetapi kalau faktor eksternal masih kurang suportif ya susah juga. Pasalnya, Australia punya satu kemiripan dengan Indonesia yaitu ekspornya didominasi oleh komoditas.

Dalam catatan RBA, sekitar 60% dari total ekspor Australia adalah sumber daya alam. Kemudian 20% ekspor jasa, 10% produk pertanian (termasuk peternakan), dan hanya 9% produk manufaktur.

Mengutip data Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia, bijih besi dan konsentrat menjadi komoditas andalan ekspor utama dengan pangsa 15,2%. Disusul oleh batu bara dengan porsi 15%.

Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia

Jadi selama harga komoditas internasional masih nyungsep, agak sulit bagi Australia untuk membangkitkan perekonomiannya. Mungkin stimulus moneter dari RBA bisa membuat Australia menghindari resesi, tetapi selama harga komoditas turun maka perlambatan ekonomi niscaya bakal terjadi.


Ada pelajaran yang bisa dipetik dari ekonomi Australia yang sudah 'batuk-batuk' ini, dan Indonesia juga harus menerapkannya. Jangan bergantung kepada komoditas!

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular