
Internasional
Merana Karena Babi, Daging Palsu Tren di China, Kok Bisa?
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
03 October 2019 06:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Mahalnya daging babi di China, naik hingga hampir 90% membuat daging palsu alias alternatif menjadi tren di China.
Berdasarkan penelitian Fitch Solutions permintaan warga China untuk daging palsu naik di tengah kelangkaan pasokan daging babi domestik.
Dalam laporan tersebut, pasokan daging babi nasional tidak akan cukup memenuhi permintaan pasar. Wabah demam babi Afrika membuat pasokan daging babi menurun di China.
Daging palsu merupakan alternatif pengganti daging asli yang terbuat dari tahu dan gandum.
"Ketika persediaan berkurang, diperlukan impor daging yang lebih banyak untuk memenuhi permintaan konsumen," tulis Fitch sebagaimana dilansir CNBC International Rabu (2/10/2019).
"Namun China melakukan cara lain dengan memberi pilihan baru, yakni dengan membuat daging tiruan sebagai salah satu pilihan,".
Di China babi memang menjadi makanan pokok. Namun, wabah demam babi Afrika telah menekan pasokan daging, yang menyebabkan pemusnahan 1,17 juta babi di China.
Padahal, China adalah salah satu konsumen daging babi tertinggi di dunia. Negara itu juga merupakan produsen daging babi terbesar di dunia pada 2018.
Sementara itu, pada 2018, industri daging babi palsu bernilai US$ 910 juta (Rp 12,9 triliun) atau naik 14,2% dari tahun 2017.
Angka ini bahkan melebihi AS. Dimana, industri daging tiruan AS mencapai US$ 684 juta (Rp 9,7 triliun) atau meningkat sebesar 23% YoY.
"Demam babi Afrika akan positif untuk industri daging alternatif China," kata Simon Powell, seorang peneliti di Jefferies bank investasi AS.
Penyakit mematikan itu menyebabkan penurunan 20 juta ton di pasar daging babi China. Ini dipastikan bisa membuat konsumen beralih ke daging palsu sebagai alternatif.
"Saya pikir mungkin ada tarikan luar biasa untuk protein alternatif ini," tegasnya lagi.
Milenium dan flexitarian China, orang-orang yang mengurangi asupan daging, akan banyak memburu daging palsu ini.
(sef/sef) Next Article 'Pegang' Babi Bakal Cuan Besar karena China, Nih Buktinya!
Berdasarkan penelitian Fitch Solutions permintaan warga China untuk daging palsu naik di tengah kelangkaan pasokan daging babi domestik.
Dalam laporan tersebut, pasokan daging babi nasional tidak akan cukup memenuhi permintaan pasar. Wabah demam babi Afrika membuat pasokan daging babi menurun di China.
Daging palsu merupakan alternatif pengganti daging asli yang terbuat dari tahu dan gandum.
"Ketika persediaan berkurang, diperlukan impor daging yang lebih banyak untuk memenuhi permintaan konsumen," tulis Fitch sebagaimana dilansir CNBC International Rabu (2/10/2019).
"Namun China melakukan cara lain dengan memberi pilihan baru, yakni dengan membuat daging tiruan sebagai salah satu pilihan,".
Di China babi memang menjadi makanan pokok. Namun, wabah demam babi Afrika telah menekan pasokan daging, yang menyebabkan pemusnahan 1,17 juta babi di China.
Padahal, China adalah salah satu konsumen daging babi tertinggi di dunia. Negara itu juga merupakan produsen daging babi terbesar di dunia pada 2018.
Sementara itu, pada 2018, industri daging babi palsu bernilai US$ 910 juta (Rp 12,9 triliun) atau naik 14,2% dari tahun 2017.
Angka ini bahkan melebihi AS. Dimana, industri daging tiruan AS mencapai US$ 684 juta (Rp 9,7 triliun) atau meningkat sebesar 23% YoY.
"Demam babi Afrika akan positif untuk industri daging alternatif China," kata Simon Powell, seorang peneliti di Jefferies bank investasi AS.
Penyakit mematikan itu menyebabkan penurunan 20 juta ton di pasar daging babi China. Ini dipastikan bisa membuat konsumen beralih ke daging palsu sebagai alternatif.
"Saya pikir mungkin ada tarikan luar biasa untuk protein alternatif ini," tegasnya lagi.
Milenium dan flexitarian China, orang-orang yang mengurangi asupan daging, akan banyak memburu daging palsu ini.
(sef/sef) Next Article 'Pegang' Babi Bakal Cuan Besar karena China, Nih Buktinya!
Most Popular