
Proyek Rp 51 T Ini Siap Atasi Defisit Gas di Jawa
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
30 September 2019 13:23

Jakarta, CNBC Indonesia- Blok gas raksasa Jambaran-Tiung Biru diproyeksikan bisa mengatasi defisit pasokan gas di Jawa, dan menurunkan harga gas. Hingga kuartal III-2019 pengembangan JTB ini telah mencapai 34%, dan diharapkan bisa selesai tepat waktu.
Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu, Jamsaton Nababan, mengatakan adanya proyek JTB ini bisa menjadikan harga jual menjadi lebih kompetitif dan pembeli menjadi lebih tertarik.
Dari proyek ini pun akan dihasilkan 2,5 triliun kaki kubik (TCF), yang diharapkan mampu menyuplai industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga bisa mengatasi defisit gas.
Nantinya gas akan dipasok ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tambak Lorok di Jawa Tengah, PLTGU Jawa-3 di Jawa Timur serta ditargetkan bisa membangkitkan listrik sebesar 779 MW.
"Dengan adanya produksi sales gas rata-rata 192 mmscfd tentunya akan mendukung kemandirian energi dan berpotensi mengurangi ketergantungan terhadap impor gas nasional," kata Jamsaton kepada CNBC Indonesia belum lama ini.
Usai beralih dari ExxonMobil ke PEPC, anak perusahaan Pertamina ini pun mampu melakukan efisiensi belanja modal hingga US$ 600 juta, dan menaikkan produksi dari 172 mmsfcd menjadi 192 mmscfd. Penurunan ini bisa berdampak positif pada harga jual produk menjadi lebih murah.
Dilansir dari detik.com, Jamsaton pernah mengatakan PEPC sudah sepakat menjual gas tersebut kepada PT PLN (Persero) dengan harga US$ 6,7 per mmbtu. Dengan begitu JTB diproyeksi bisa meningkatakan pendapatan negara hingga US$ 3,61 miliar selama kontrak bagi hasil.
Di lapangan JTB terdapat 6 sumur, yakni 4 sumur di Jambaran East dan 2 di Jambaran Central. Dari sumur-sumur tersebut PEPC menargetkan untuk memproduksi gas dan kondensat dengan produksi rata-rata raw gas sebesar 315 mmscfd dan target gas onstream pada 2021 dengan sales gas sebesar 192 mmscfcd.
"Pengembangan bisnis gas merupakan upaya kami untuk mengarah kepada diversifikasi energi strategis," katanya.
(dob/dob) Next Article Sesuai Rencana, Progress Jambaran-Tiung Biru Capai 34%
Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu, Jamsaton Nababan, mengatakan adanya proyek JTB ini bisa menjadikan harga jual menjadi lebih kompetitif dan pembeli menjadi lebih tertarik.
Dari proyek ini pun akan dihasilkan 2,5 triliun kaki kubik (TCF), yang diharapkan mampu menyuplai industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga bisa mengatasi defisit gas.
Nantinya gas akan dipasok ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tambak Lorok di Jawa Tengah, PLTGU Jawa-3 di Jawa Timur serta ditargetkan bisa membangkitkan listrik sebesar 779 MW.
"Dengan adanya produksi sales gas rata-rata 192 mmscfd tentunya akan mendukung kemandirian energi dan berpotensi mengurangi ketergantungan terhadap impor gas nasional," kata Jamsaton kepada CNBC Indonesia belum lama ini.
Usai beralih dari ExxonMobil ke PEPC, anak perusahaan Pertamina ini pun mampu melakukan efisiensi belanja modal hingga US$ 600 juta, dan menaikkan produksi dari 172 mmsfcd menjadi 192 mmscfd. Penurunan ini bisa berdampak positif pada harga jual produk menjadi lebih murah.
Dilansir dari detik.com, Jamsaton pernah mengatakan PEPC sudah sepakat menjual gas tersebut kepada PT PLN (Persero) dengan harga US$ 6,7 per mmbtu. Dengan begitu JTB diproyeksi bisa meningkatakan pendapatan negara hingga US$ 3,61 miliar selama kontrak bagi hasil.
Di lapangan JTB terdapat 6 sumur, yakni 4 sumur di Jambaran East dan 2 di Jambaran Central. Dari sumur-sumur tersebut PEPC menargetkan untuk memproduksi gas dan kondensat dengan produksi rata-rata raw gas sebesar 315 mmscfd dan target gas onstream pada 2021 dengan sales gas sebesar 192 mmscfcd.
"Pengembangan bisnis gas merupakan upaya kami untuk mengarah kepada diversifikasi energi strategis," katanya.
![]() |
(dob/dob) Next Article Sesuai Rencana, Progress Jambaran-Tiung Biru Capai 34%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular