
Korupsi Subur, Investor Kabur!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 September 2019 14:01

Mengutip riset berjudul Political Credibility and Economic Development karta Borner, Brunetti, dan Weder, mungkin saja perilaku korupsi menciptakan efisiensi karena bisa memotong rantai birokrasi dan regulasi yang berbelit-belit. Namun dalam jangka panjang, korupsi menggerogoti perekonomian sebuah negara.
"Dalam jangka panjang, penyuapan akan membuat penyelenggara negara tidak konsisten terhadap aturan perundang-undangan sehingga menggerus legitimasi pemerintahan dan asas keadilan. Institusi publik yang lemah, ditunjukkan dari kontrak yang tidak bisa dipegang, hak yang tidak jelas, kebijakan yang tidak terukur, administrasi pemerintahan yang tidak efisien, korupsi, dan berbagai indikator lainnya akan mengurangi minat investor untuk menanamkan modal. Hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat," tulis riset tersebut.
Sementara riset berjudul Corruption and Foreign Direct Investment in East Asia and South Asia yang disusun Rahom Quazi menemukan bahwa apabila ranking suatu negara dalam indeks persepsi korupsi membaik satu setrip, maka penanaman modal asing akan naik 14-30% per tahun.
"Menekan korupsi adalah proses panjang dan tidak bisa dilakukan dalam semalam. Dengan eratnya hubungan politik dengan korupsi, terutama di negara berkembang, maka kebijakan-kebijakan anti-korupsi mungkin akan mendistorsi dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat akan tercipta sehingga tidak hanya menarik penanaman modal asing tetapi juga membuat pembangunan lebih berkualitas," papar riset itu.
Perjuangan Indonesia untuk mengikis habis korupsi memang masih panjang. Tanpa KPK yang kuat, perjuangan ini menjadi kian berat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
"Dalam jangka panjang, penyuapan akan membuat penyelenggara negara tidak konsisten terhadap aturan perundang-undangan sehingga menggerus legitimasi pemerintahan dan asas keadilan. Institusi publik yang lemah, ditunjukkan dari kontrak yang tidak bisa dipegang, hak yang tidak jelas, kebijakan yang tidak terukur, administrasi pemerintahan yang tidak efisien, korupsi, dan berbagai indikator lainnya akan mengurangi minat investor untuk menanamkan modal. Hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat," tulis riset tersebut.
Sementara riset berjudul Corruption and Foreign Direct Investment in East Asia and South Asia yang disusun Rahom Quazi menemukan bahwa apabila ranking suatu negara dalam indeks persepsi korupsi membaik satu setrip, maka penanaman modal asing akan naik 14-30% per tahun.
Perjuangan Indonesia untuk mengikis habis korupsi memang masih panjang. Tanpa KPK yang kuat, perjuangan ini menjadi kian berat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular