
Impor Turun Tapi Kita Harus Waspada, Kenapa?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 September 2019 06:29

Apakah penurunan impor menandakan kelesuan permintaan domestik? Bisa jadi. Ini bisa terlihat dari data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang dalam dua bulan terakhir kurang oke.
Pada Juli dan Agustus, PMI manufaktur Indonesia tercatat masing-masing 49,6 dan 49. Angka Agustus menjadi yang terendah sejak Juli 2017.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Jika skor di atas 50 artinya dunia usaha sedang optimistis dan melakukan ekspansi. Sebaliknya apabila di bawah 50 maka industriawan kurang yakin dengan kondisi ekonomi dan memilih tidak berekspansi.
Dalam dua bulan terakhir, terlihat bahwa angka PMI berada di bawah 50. Keengganan dunia usaha melakukan ekspansi terkonfirmasi dari impor yang memble selama Juli-Agustus.
Pertanyaan berikutnya, apakah dunia usaha malas berekspansi karena konsumen juga merasakan hal yang sama? Cemas dengan kondisi perekonomian sehingga menahan belanja?
Ada kemungkinan begitu. Pasalnya data penjualan ritel teranyar yaitu Juli menunjukkan pertumbuhan yang hanya 2,4% YoY. Lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi 1,8% tetapi melambat ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu tumbuh 2,9%.
Ditambah lagi perkiraan pertumbuhan penjualan ritel pada Agustus adalah 3,7% YoY. Memang membaik dibandingkan Juli, tetapi lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 6,1%.
Baca: Penjualan Ritel Juli Naik, Agustus Lebih Baik Lagi
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pada Juli dan Agustus, PMI manufaktur Indonesia tercatat masing-masing 49,6 dan 49. Angka Agustus menjadi yang terendah sejak Juli 2017.
Dalam dua bulan terakhir, terlihat bahwa angka PMI berada di bawah 50. Keengganan dunia usaha melakukan ekspansi terkonfirmasi dari impor yang memble selama Juli-Agustus.
Pertanyaan berikutnya, apakah dunia usaha malas berekspansi karena konsumen juga merasakan hal yang sama? Cemas dengan kondisi perekonomian sehingga menahan belanja?
Ada kemungkinan begitu. Pasalnya data penjualan ritel teranyar yaitu Juli menunjukkan pertumbuhan yang hanya 2,4% YoY. Lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi 1,8% tetapi melambat ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu tumbuh 2,9%.
Ditambah lagi perkiraan pertumbuhan penjualan ritel pada Agustus adalah 3,7% YoY. Memang membaik dibandingkan Juli, tetapi lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 6,1%.
Baca: Penjualan Ritel Juli Naik, Agustus Lebih Baik Lagi
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Most Popular