Impor Masih Super Lesu, Industri Masih Ragu Genjot Produksi

Cantika Adinda, CNBC Indonesia
15 February 2021 17:15
Kesibukan pelayanan bongkar muat di dermaga peti kemas ekspor impor (ocean going) milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dipastikan tetap berjalan maksimal di tengah persiapan menyambut kunjungan Ratu Kerajaan Denmark Margrethe II bersama suaminya, Prince Henrik , Jakarta, Kamis (15/10/2015). Ratu Margrethe II dan Price Henrik akan berkunjung ke lokasi ini pada pekan depan, Kamis (22/10). Seperti diketahui Maersk Line, salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia asal Denmark saat ini menjadi pengguna utama Pelabuhan yang dikelola Pelindo II. Kehadiran Ratu Denmark menunjukkan kepercayaan negara asing terhadap kualitas pelayanan pelabuhan di Indonesia. Dalam satu tahun kapasitas pelayanan bongkar muat Pelindo II mencapai 7,5 juta twenty-foot equivalent units (TEUs). Agung Pambudhy/Detikcom
Foto: agung pambudhy

Jakarta, CNBC Indonesia - Impor Indonesia belum juga pulih. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) impor pada Januari 2021 tercatat US$13,34 miliar atau turun 6,49% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year).


Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet para pelaku industri masih menahan produksi. Sehingga permintaan pasokan barang dari luar negeri untuk diolah kembali menjadi lebih rendah.

"Ini menujukan bahwa pelaku industri kembali menahan ekspansi produksinya setelah bulan lalu sempat mengalami peningkatan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (15/2/2021).

Diketahui pada awal tahun, pemerintah menarik rem untuk menahan laju penyebaran kasus Covid-19. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diambil yang tentunya sedikit lebih ketat dibandingkan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Yusuf mengungkapkan pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat.

"Saya kira ini selaras juga dengan proses pemulihan ekonomi yang berjalan lebih lambat sehingga berpotensi menggerus permintaan," jelasnya.

Secara terpisah, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra merasa tidak begitu khawatir dengan penurunan impor, sebab yang terjadi hanyalah bersifat musiman.

"Saya belum terlalu khawatir impor turun, karena purchasing index bulan Januari itu justru paling tinggi selama 6,5 tahun terakhir. Dari industri dan purchasing manufacturing tidak jadi masalah. Saya rasa ini efek inventory saja," jelas Fithra kepada CNBC Indonesia.

Fithra optimistis impor akan kembali meningkat sehingga mendorong produksi dari industri. "Ini pola yang sama saat pandemi, memang seperti itu. Ada kalanya dia naik, dan ada kalanya beberapa bulan berikutnya dia turun," kata Fithra melanjutkan.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 1,96 miliar dengan eskpor US$15,30 miliar lebih rendah dari surplus pada Desember 2020 yang sebesar US$ 2,1 miliar.

Kendati demikian, secara tahunan, surplus neraca perdagangan pada Januari 2021 mengalami peningkatan yang tinggi secara tahunan, yakni tumbuh 12,24% jika dibandingkan dengan neraca perdagangan pada Januari 2020 yang mengalami defisit US$ 640 juta.


(mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Ekspor November RI Tertinggi Selama 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular