
Internasional
Benarkah Shenzhen Geser Hong Kong Jadi Pusat Keuangan Global?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
11 September 2019 14:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Keadaan politik dan ekonomi Hong Kong masih belum membaik. Kekacauan terjadi karena kota yang jadi bagian China itu telah dilanda demo anti pemerintah selama tiga bulan terakhir.
Terlebih lagi, sikap China yang dirasa terlalu menekan Hong Kong, membuat berbagai bisnis dan perusahaan tidak bisa bebas berpendapat dan bergerak.
Hal ini memunculkan spekulasi bahwa predikat Hong Kong sebagai salah satu pusat keuangan dunia akan tergantikan oleh Shenzhen, kota China lainnya. Ini dikarenakan Shenzhen yang tunduk pada aturan China, jauh lebih kondusif dibandingkan Hong Kong yang punya aturan tersendiri.
Jadi benarkah Hong Kong akan digantikan oleh Shenzhen?
Menurut Joe Chau Kwok-ming, Presiden General Chamber of Small and Medium Business Hong Kong, hal itu tidaklah benar. Joe mengatakan bahwa Hong Kong dan Shenzhen tidak layak disejajarkan mengingat Hong Kong memiliki perkembangan yang pesat dalam arus modal bebas, perdagangan dan informasi, serta aturan hukum.
Sementara Shenzhen hanya pusat teknologi global baru yang beroperasi di bawah sistem hibrida yang direncanakan dan sistem ekonomi pasar.
"Hong Kong dan Shenzhen sampai batas tertentu, tidak dapat dibandingkan ... untuk awalnya, struktur hukumnya tidak sama," katanya, mengutip South China Morning Post Rabu (11/9/2019).
"Dalam jangka pendek, saya tidak bisa melihat bagaimana Shenzhen bisa menggantikan Hong Kong,".
Sejalan dengan Joe, seorang akademisi China yang enggan disebutkan nmanya mengatakan bahwa Hong Kong beroperasi pada sistem common law yang selaras dengan standar internasional. Bahkan, lebih bisa diterima secara global untuk menjalankan bisnis.
Sementara Shenzhen, jika kota itu diberikan kebijakan baru untuk memperdalam reformasi, sistem hukumnya masih akan dibangun berdasarkan hukum China. Sehingga tidak diterima secara internasional.
Hong Kong juga memiliki arus informasi yang bebas. Ini sangat penting untuk membuat keputusan bisnis yang terinformasi dengan baik. Sementara kota-kota China lainnya memiliki aturan yang ketat dalam mengakses internet dan informasi.
Dua faktor tersebut, ditambah dengan standar internasional Hong Kong dalam melakukan bisnis dan aliran modal bebas, membuat pemerintah Barat memberikan hak ekonomi kepada Hong Kong yang tidak dimiliki kota China lainnya.
"Hak istimewa ekonomi dan perdagangan yang diberikan Barat kepada Hong Kong ini setara dengan (yang diberikan kepada negara yang berdaulat). Jika Barat berhenti memberi hak-hak itu, Hong Kong akan mati; keuntungannya akan hilang," katanya.
Hong Kong juga memiliki tarif pajak yang rendah, membuatnya menarik bagi bisnis untuk melakukan kegiatan penggalangan dana dan kegiatan keuangan lainnya.
Buktinya bisa dilihat dari jumlah initial publik offering (IPO) perusahaan besar di kota ini. Diketahui terdapat lebih dari setengah penawaran publik perdana perusahaan China di luar negeri dilakukan di Hong Kong.
Kota ini juga merupakan batu loncatan penting bagi investasi asing yang masuk dan keluar China. Sekitar 65% dari investasi asing langsung ke daratan China berasal dari Hong Kong tahun lalu dan 70% dari investasi luar China melewati kota, menurut data resmi China.
Selain itu, menurut Indeks 25 Pusat Keuangan Global 2018, yang dirilis oleh Z/Yen Partners yang berbasis di London dan Institut Pengembangan China pada bulan Maret, Shenzhen berada di peringkat ke-14 kota pusat keuangan global. Sedangkan Hong Kong ada di posisi ketiga di belakang New York dan London.
Namun begitu, Oxford Economics memproyeksikan Shenzhen akan menjadi salah satu dari 10 kota dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2035, dengan produk domestik bruto mencapai US$ 800 miliar berdasarkan taksiran harga 2015.
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
Terlebih lagi, sikap China yang dirasa terlalu menekan Hong Kong, membuat berbagai bisnis dan perusahaan tidak bisa bebas berpendapat dan bergerak.
Hal ini memunculkan spekulasi bahwa predikat Hong Kong sebagai salah satu pusat keuangan dunia akan tergantikan oleh Shenzhen, kota China lainnya. Ini dikarenakan Shenzhen yang tunduk pada aturan China, jauh lebih kondusif dibandingkan Hong Kong yang punya aturan tersendiri.
Jadi benarkah Hong Kong akan digantikan oleh Shenzhen?
Menurut Joe Chau Kwok-ming, Presiden General Chamber of Small and Medium Business Hong Kong, hal itu tidaklah benar. Joe mengatakan bahwa Hong Kong dan Shenzhen tidak layak disejajarkan mengingat Hong Kong memiliki perkembangan yang pesat dalam arus modal bebas, perdagangan dan informasi, serta aturan hukum.
Sementara Shenzhen hanya pusat teknologi global baru yang beroperasi di bawah sistem hibrida yang direncanakan dan sistem ekonomi pasar.
"Hong Kong dan Shenzhen sampai batas tertentu, tidak dapat dibandingkan ... untuk awalnya, struktur hukumnya tidak sama," katanya, mengutip South China Morning Post Rabu (11/9/2019).
"Dalam jangka pendek, saya tidak bisa melihat bagaimana Shenzhen bisa menggantikan Hong Kong,".
Sejalan dengan Joe, seorang akademisi China yang enggan disebutkan nmanya mengatakan bahwa Hong Kong beroperasi pada sistem common law yang selaras dengan standar internasional. Bahkan, lebih bisa diterima secara global untuk menjalankan bisnis.
Sementara Shenzhen, jika kota itu diberikan kebijakan baru untuk memperdalam reformasi, sistem hukumnya masih akan dibangun berdasarkan hukum China. Sehingga tidak diterima secara internasional.
Hong Kong juga memiliki arus informasi yang bebas. Ini sangat penting untuk membuat keputusan bisnis yang terinformasi dengan baik. Sementara kota-kota China lainnya memiliki aturan yang ketat dalam mengakses internet dan informasi.
Dua faktor tersebut, ditambah dengan standar internasional Hong Kong dalam melakukan bisnis dan aliran modal bebas, membuat pemerintah Barat memberikan hak ekonomi kepada Hong Kong yang tidak dimiliki kota China lainnya.
"Hak istimewa ekonomi dan perdagangan yang diberikan Barat kepada Hong Kong ini setara dengan (yang diberikan kepada negara yang berdaulat). Jika Barat berhenti memberi hak-hak itu, Hong Kong akan mati; keuntungannya akan hilang," katanya.
Hong Kong juga memiliki tarif pajak yang rendah, membuatnya menarik bagi bisnis untuk melakukan kegiatan penggalangan dana dan kegiatan keuangan lainnya.
Buktinya bisa dilihat dari jumlah initial publik offering (IPO) perusahaan besar di kota ini. Diketahui terdapat lebih dari setengah penawaran publik perdana perusahaan China di luar negeri dilakukan di Hong Kong.
Kota ini juga merupakan batu loncatan penting bagi investasi asing yang masuk dan keluar China. Sekitar 65% dari investasi asing langsung ke daratan China berasal dari Hong Kong tahun lalu dan 70% dari investasi luar China melewati kota, menurut data resmi China.
Selain itu, menurut Indeks 25 Pusat Keuangan Global 2018, yang dirilis oleh Z/Yen Partners yang berbasis di London dan Institut Pengembangan China pada bulan Maret, Shenzhen berada di peringkat ke-14 kota pusat keuangan global. Sedangkan Hong Kong ada di posisi ketiga di belakang New York dan London.
Namun begitu, Oxford Economics memproyeksikan Shenzhen akan menjadi salah satu dari 10 kota dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2035, dengan produk domestik bruto mencapai US$ 800 miliar berdasarkan taksiran harga 2015.
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
Most Popular