Rebut Susah Payah, Kenapa Saham Blok Migas Raksasa RI Dijual?

Gustidha Budiartie & Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
06 September 2019 13:26
Rebut Susah Payah, Kenapa Saham Blok Migas Raksasa RI Dijual?
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia- PT Pertamina (Persero) bersiap untuk melepas sebagian sahamnya di blok Rokan ke investor. Blok Rokan sendiri dikenal sebagai salah satu blok raksasa, yang baru saja direbut Pertamina dari tangan Chevron pada 2018 lalu.

Tepatnya Juli pada tahun lalu, setelah menunggu berbulan-bulan akhirnya pemerintah via Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk menyerahkan blok paling produktif di RI saat itu ke Pertamina.

"Pemerintah lewat Menteri ESDM menetapkan pengelolaan blok Rokan mulai tahun 2021 selama 20 tahun ke depan akan diberikan kepada Pertamina. Untuk ke depannya, 100% pengelolaan kepada Pertamina," kata Wakil Menteri ESDM Arcandra dalam konferensi pers di Gedung Kementerian ESDM, Selasa (31/7/2018) malam.



Pertimbangan pemerintah saat itu adalah, tawaran Pertamina lebih 'seksi' ketimbang Chevron. Diketahui, Chevron sebelumnya telah mengelola blok Rokan selama hampir satu abad. Tepatnya adalah 94 tahun.

"Penawaran Chevron jauh di bawah penawaran yang diajukan Pertamina," jelas Arcandra.

Bagaimana tidak seksi, Pertamina merogoh kocek cukup dalam untuk merebut blok Rokan dengan menawarkan bonus tanda tangan senilai Rp 11,3 triliun di 2018. Jumlah tanda tangan ini cukup fantastis, jika dijumlahkan setara dengan bonus tanda tangan untuk 10 blok terminasi sekaligus. Perlu dicatat, bonus tanda tangan ini wajib dibayar cash oleh Pertamina.

Selain itu, Pertamina juga menawarkan komitmen kerja pasti sebesar Rp7,2 triliun. 

Blok Rokan ini saat masa suburnya, bisa memproduksi hingga 315 ribu barel sehari di 2013 di tangan Chevron. Sampai akhirnya terus menurun karena laju penurunan alamiah, dan menyentuh 220 ribu barel sehari di 2017.

Masalahnya, begitu diketahui blok ini akan berpindah tangan dalam pengelolaannya, produksi blok kian merosot. Dalam data SKK Migas, realisasi lifting minyak blok Rokan di semester I tahun ini sebesar 190,6 ribu barel per hari. Capaian itu diperkirakan akan terus mengalami penurunan.

SKK Migas optimistis, meski sudah tua blok ini masih bisa diandalkan dan digenjot produksinya hingga sentuh 400 ribu barel sehari jika gunakan teknologi yang tepat.

Rebut Susah Payah, Kenapa Saham Blok Migas Raksasa RI Dijual?Foto: aristya rahadian krisabella


Melihat perkembangan produksi minyak yang terus merosot, pemerintah pun mulai siapkan antisipasi. Maklum, bagaimanapun blok ini adalah tulang punggung lifting nasional.

Untuk itu, Kementerian ESDM pun menerbitkan aturan yang mewajibkan Pertamina mencari mitra agar bisa mengoptimalkan produksi blok Rokan. Kepmen yang dimaksud adalah Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No 1923K/10/MEM/2018 tentang persetujuan pengelolaan dan penetapan bentuk dan ketentuan-ketentuan pokok kontrak kerja sama (production sharing contract/PSC) di Blok Rokan.

Pada poin kelima Kepmen ini, dituliskan, Pertamina wajib bekerja sama dengan mitra (badan usaha atau bentuk usaha tetap) yang memiliki kemampuan di bidang hulu minyak dan gas bumi sesuai kelaziman bisnis (business to business) sebelum alih kelola pada 8 Agustus 2021.

"Secara Kepmen, kami harus cari mitra," tutur Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu ketika dijumpai di gelaran Konvensi IPA, Kamis (5/9/2019).



Multiple Page #1

" alt="Rebut Susah Payah, Kenapa Saham Blok Migas Raksasa RI Dijual?" />Foto: infografis/Bye Rokan, Cepu Kini Jadi Blok Tersubur di RI!/Aristya Rahadian Krisabella

Namun, Dharmawan menjelaskan, proses mencari mitra ini membutuhkan waktu cukup panjang. Ia mengaku, belum ada pembicaraan dengan perusahaan migas manapun terkait rencana pelepasan sebagian PI Blok Rokan ini. Ia mengklaim, banyak perusahaan migas yang berminat menjadi mitra Pertamina di blok tersebut.

Meski dilepas sebagian, Dharmawan menegaskan, Pertamina tetap menjadi pemegang saham mayoritas.

"Kami mayoritas dan tetap sebagai operator," tuturnya. Selain dilepas ke perusahaan migas lain, perseroan juga wajib menyerahkan PI sebanyak 10% kepada BUMD yang menjadi lokasi Blok Rokan.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, melalui kemitraan ini, perusahaan berharap dapat meningkatkan produksi migasnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, melalui kerja sama dengan perusahaan migas lain ini, perusahaan ingin mengembangkan teknologi yang digunakan untuk pengelolaan blok migas. Oleh karena itu, pihaknya mencari mitra yang telah memiliki dan mengimplementasikan teknologi yang dibutuhkan.

Tidak hanya itu, menurut Nicke, kemitraan ini juga dapat meningkatkan kemampuan investasi dalam mengembangkan blok migas, dan diharapkan juga membuka peluang bagi Pertamina untuk masuk ke dalam wilayah kerja para perusahaan global ini di luar negeri.

Nicke menambahkan, dalam bisnis hulu migas, tidak ada perusahaan migas global yang tidak bermitra. Selama ini, perusahaan migas rata-rata memiliki mitra di 80% dari total blok migas yang dimilikinya. Sementara Pertamina baru bermitra untuk pengelolaan 30% blok migasnya.

"Kami akan mengundang dan membuka diri untuk partnership di blok migas kami," imbuh Nicke.

[Gambas:Video CNBC]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular