
Pak Jokowi dan Bu Sri Mulyani, Masih Mau Turunkan PPh Badan?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 September 2019 12:34

Kredibiltas yang dimaksud Bank Dunia adalah memastikan Indonesia ramah investasi. Ada tiga hal besar yang perlu dilakukan.
Pertama adalah mengintegrasikan Indonesia kepada rantai pasok global. Caranya adalah memudahkan proses bisnis seperti menghapus kewajiban rekomendasi impor barang modal, meniadakan inspeksi sebelum pengiriman barang ke luar negeri, menghapus wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) kecuali untuk produk yang terkait keamanan dan kesehatan, serta menghapus bea masuk untuk bahan baku dan barang modal industri manufaktur.
Kedua adalah relaksasi kepemilikan asing dalam aturan Daftar Negatif Investasi (DNI). Ketiga adalah mengurangi pembatasan perizinan untuk tenaga kerja profesional.
Lalu di sisi kepastian, harus ada jaminan regulasi yang ada tidak tumpang tindih. Jangan ada kebijakan yang tidak konsisten, kontradiktif, dan tidak ramah investasi.
Kemudian untuk kepatuhan, seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah harus segaris dengan kebijakan yang diputuskan presiden. Tidak boleh ada lagi regulasi maupun praktik yang bertentangan dengan instruksi presiden.
Sebelumnya, Bank Dunia juga sudah merilis laporan bertajuk Foreign Investor Perspectives and Policy Implications 2017/2018. Laporan tersebut memaparkan hasil survei terhadap 754 perusahaan internasional.
Dari 754 perusahaan itu, 19% menyatakan tarif pajak rendah sangat penting dan 39% menyebut penting. Sementara 31% bilang agak penting, 9% tidak penting, dan sisanya tidak tahu.
Faktor yang paling menjadi perhatian investor ternyata adalah stabilitas politik dan keamanan, dengan 50% responden menganggapnya sangat penting dan 37% menilai penting. Faktor kedua adalah kepastian hukum dan perundangan, di mana 40% responden menyatakan sangat penting dan 46% menyebut penting. Kemudian faktor ketiga adalah pasar domestik yang besar, dengan 42% menilainya sangat penting dan 38% menganggapnya penting.
Oleh karena itu, penurunan tarif pajak tidak otomatis membuat arus modal mengalir deras ke Indonesia. Sebab ternyata faktor yang paling menjadi perhatian investor adalah stabilitas, dan itu bisa diperoleh dengan reformasi struktural.
Pertama adalah mengintegrasikan Indonesia kepada rantai pasok global. Caranya adalah memudahkan proses bisnis seperti menghapus kewajiban rekomendasi impor barang modal, meniadakan inspeksi sebelum pengiriman barang ke luar negeri, menghapus wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) kecuali untuk produk yang terkait keamanan dan kesehatan, serta menghapus bea masuk untuk bahan baku dan barang modal industri manufaktur.
Kedua adalah relaksasi kepemilikan asing dalam aturan Daftar Negatif Investasi (DNI). Ketiga adalah mengurangi pembatasan perizinan untuk tenaga kerja profesional.
Kemudian untuk kepatuhan, seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah harus segaris dengan kebijakan yang diputuskan presiden. Tidak boleh ada lagi regulasi maupun praktik yang bertentangan dengan instruksi presiden.
Sebelumnya, Bank Dunia juga sudah merilis laporan bertajuk Foreign Investor Perspectives and Policy Implications 2017/2018. Laporan tersebut memaparkan hasil survei terhadap 754 perusahaan internasional.
Dari 754 perusahaan itu, 19% menyatakan tarif pajak rendah sangat penting dan 39% menyebut penting. Sementara 31% bilang agak penting, 9% tidak penting, dan sisanya tidak tahu.
Faktor yang paling menjadi perhatian investor ternyata adalah stabilitas politik dan keamanan, dengan 50% responden menganggapnya sangat penting dan 37% menilai penting. Faktor kedua adalah kepastian hukum dan perundangan, di mana 40% responden menyatakan sangat penting dan 46% menyebut penting. Kemudian faktor ketiga adalah pasar domestik yang besar, dengan 42% menilainya sangat penting dan 38% menganggapnya penting.
![]() |
Oleh karena itu, penurunan tarif pajak tidak otomatis membuat arus modal mengalir deras ke Indonesia. Sebab ternyata faktor yang paling menjadi perhatian investor adalah stabilitas, dan itu bisa diperoleh dengan reformasi struktural.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/wed)
Next Page
Mari Belajar dari Kasus AS
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular