
Nasib Megaproyek Laut Dalam RI Masih Digantung Chevron
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
05 September 2019 16:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Megaproyek laut dalam RI atau Indonesia Deepwater Development (IDD) belum ada titik terang. Sempat dikabarkan bahwa Chevron sebagai pengelola akan hengkang karena tidak ada kepastian, tapi sampai saat ini lobi masih terus berlangsung.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas/SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan, pihaknya sudah melakukan berbagai pertemuan dengan pihak Chevron, dan hasil dari pertemuan tersebut sedang diulas oleh pihak Chevron pusat untuk bisa dilanjutkan ke tahap POD.
"Jadi masih menunggu respon dari Chevron," kata Dwi, Kamis (5/9/2019).
SKK Migas memproyeksi investasi untuk proyek ultra laut dalam/Indonesia Deepwater Development (IDD) masih bisa turun ke US$ 6 miliar, dari yang sebelumnya diperkirakan sebesar US$ 11 miliar.
"Kalau investasinya US$ 6 miliar, sudah turun, karena kami ganti desainnya. Kalau dulu ada dua (desain) fasilitas, sekarang ditaruh di perairan lebih dangkal, jadi sumurnya kami tarik ke shallow water platform," jelas Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman ketika dijumpai di sela gelaran Konvensi IPA 2019, di Jakarta, Kamis (5/9/2019).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, perubahan rancangan tersebut memang akan berdampak pada produksi gasnya. Namun, kata Fatar, dampaknya tidak signfikan, diperkirakan jadinya di kisaran 700-800 MMSCFD, dari yang sebelumnya diprediksikan di angka 844 MMSCFD berdasarkan data SKK Migas.
Adapun, saat ini, berdasarkan pengakuan Fatar, pembahasan proyek IDD masih juga meliputi soal bagi hasil atau split-nya nanti. Fatar menyebutkan, masih ada pertimbangan kecocokan angka oleh investor soal split ini.
Namun, ke depannya, proyek IDD akan menggunakan skema gross split untuk perpanjangan kontrak dari blok-blok terminasi di dalam proyek tersebut. Dan diperkirakan, proyek ini akan beroperasi di 2024.
(gus/gus) Next Article Proyek Migas Laut Dalam RI Bakal Molor 1,5 Tahun?
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas/SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan, pihaknya sudah melakukan berbagai pertemuan dengan pihak Chevron, dan hasil dari pertemuan tersebut sedang diulas oleh pihak Chevron pusat untuk bisa dilanjutkan ke tahap POD.
SKK Migas memproyeksi investasi untuk proyek ultra laut dalam/Indonesia Deepwater Development (IDD) masih bisa turun ke US$ 6 miliar, dari yang sebelumnya diperkirakan sebesar US$ 11 miliar.
"Kalau investasinya US$ 6 miliar, sudah turun, karena kami ganti desainnya. Kalau dulu ada dua (desain) fasilitas, sekarang ditaruh di perairan lebih dangkal, jadi sumurnya kami tarik ke shallow water platform," jelas Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman ketika dijumpai di sela gelaran Konvensi IPA 2019, di Jakarta, Kamis (5/9/2019).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, perubahan rancangan tersebut memang akan berdampak pada produksi gasnya. Namun, kata Fatar, dampaknya tidak signfikan, diperkirakan jadinya di kisaran 700-800 MMSCFD, dari yang sebelumnya diprediksikan di angka 844 MMSCFD berdasarkan data SKK Migas.
Adapun, saat ini, berdasarkan pengakuan Fatar, pembahasan proyek IDD masih juga meliputi soal bagi hasil atau split-nya nanti. Fatar menyebutkan, masih ada pertimbangan kecocokan angka oleh investor soal split ini.
Namun, ke depannya, proyek IDD akan menggunakan skema gross split untuk perpanjangan kontrak dari blok-blok terminasi di dalam proyek tersebut. Dan diperkirakan, proyek ini akan beroperasi di 2024.
(gus/gus) Next Article Proyek Migas Laut Dalam RI Bakal Molor 1,5 Tahun?
Most Popular