
Fragile Five Masih Rapuh, Tapi Tak Serapuh 6 Tahun Lalu
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 September 2019 13:01

Oleh karena itu, mata uang negara-negara The Fragile Five tertekan hebat ketika pasar keuangan global berguncang. Misalnya ketika periode Taper Tantrum pada 2013, masa-masa kegalauan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed yang membuat kesal seluruh dunia.
Selepas krisis keuangan 2007-2008, The Fed mulai berpikir bahwa perekonomian Negeri Paman Sam mulai pulih. Dilemparlah wacana dimulainya proses pengetatan kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga acuan yang kala itu sudah mendekati 0%.
Ternyata masa kegalauan itu berlangsung selama nyaris tiga tahun, karena Federal Funds Rate baru dinaikkan pada Desember 2015. Selama 2013 sampai akhir 2015, The Fed maju-mundur dan melempar berbagai sinyal yang membuat pelaku pasar bingung bukan main.
Selama masa kebingungan itu, investor memburu dolar AS dengan harapan The Fed segera menaikkan suku bunga acuan. Arus modal terkonsentrasi di mata uang Negeri Adidaya, negara lain hanya kebagian remah rengginang.
Nah, karena The Fragile Five itu sangat tergantung kepada arus modal di pasar keuangan, mata uang mereka melemah sangat dalam. Mau bagaimana lagi, dari rupee India hingga rand Afrika Selatan memang kekurangan 'darah' karena devisa dari transaksi berjalan tidak bisa diharapkan.
Pada 2013, rupee anjlok 12,38% di hadapan dolar AS. Sementara lira Turki terdepresiasi 20,39%, real Brasil amblas 15,35%, rand Afrika Selatan ambrol 23,61%, dan rupiah melemah 26,27%. Luar biasa...
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(aji/aji)
Selepas krisis keuangan 2007-2008, The Fed mulai berpikir bahwa perekonomian Negeri Paman Sam mulai pulih. Dilemparlah wacana dimulainya proses pengetatan kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga acuan yang kala itu sudah mendekati 0%.
Ternyata masa kegalauan itu berlangsung selama nyaris tiga tahun, karena Federal Funds Rate baru dinaikkan pada Desember 2015. Selama 2013 sampai akhir 2015, The Fed maju-mundur dan melempar berbagai sinyal yang membuat pelaku pasar bingung bukan main.
Nah, karena The Fragile Five itu sangat tergantung kepada arus modal di pasar keuangan, mata uang mereka melemah sangat dalam. Mau bagaimana lagi, dari rupee India hingga rand Afrika Selatan memang kekurangan 'darah' karena devisa dari transaksi berjalan tidak bisa diharapkan.
Pada 2013, rupee anjlok 12,38% di hadapan dolar AS. Sementara lira Turki terdepresiasi 20,39%, real Brasil amblas 15,35%, rand Afrika Selatan ambrol 23,61%, dan rupiah melemah 26,27%. Luar biasa...
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(aji/aji)
Next Page
Apakah The Fragile Five Masih Rapuh?
Pages
Most Popular