Parlemen Ditutup, Bagaimana Nasib Brexit Selanjutnya?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
30 August 2019 10:13
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membuat gebrakan besar.
Foto: Tebus Janji Brexit, Johnson Kucurkan USD 2,2 Miliar (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membuat gebrakan besar untuk memastikan Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa) bisa terlaksana pada 31 Oktober. Ia mengusulkan kepada Ratu Inggris untuk menutup sementara Parlemen.

Pada Rabu waktu setempat (28/8/19), usulan Johnson disetujui Ratu. Parlemen akan ditutup sementara hingga 14 Oktober mendatang. Ini berarti Parlemen Inggris tidak bisa memutuskan apapun terkait Brexit hingga waktu pembukaan tiba, yang akan membuat Brexit tanpa kesepakatan (no-deal Brexit) lebih mungkin terjadi.

Sebelumnya, anggota oposisi no-deal Brexit berencana mengesahkan undang-undang yang mewajibkan pemerintah untuk mengupayakan perpanjangan batas waktu agar keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan tidak terjadi.


Apabila UU tersebut gagal disetujui Uni Eropa (UE), pihak oposisi telah menyiapkan opsi kedua, yaitu melahirkan referendum kedua.

Sayangnya, Johnson telah melangkah lebih dulu. Seperti janjinya sebelum menjadi perdana menteri, ia akan membuat Brexit terjadi tepat waktu, baik dengan ataupun tanpa kesepakatan.

Padahal, apabila Inggris keluar dari UE tanpa kesepakatan, hal ini bisa membawa dampak buruk pada ekonomi Inggris. Seperti yang banyak dikatakan, no-deal Brexit bisa membuat ekonomi Inggris terjerat krisis dan membuat posisi ekonomi terbesar kelima di dunia itu mundur ke posisi ketujuh.

Selain itu, mengutip CNN International, kurs poundsterling juga diperkirakan akan anjlok parah terhadap mata uang lain, termasuk dolar AS, akibat no-deal Brexit, dan semua kekacauan ini bisa terjadi dalam hitungan bulan hingga tahun.

Oleh karenanya, Brexit yang tanpa kesepakatan sangat ditentang oleh para pebisnis, Brexiteers (para pendukung Brexit dengan kesepakatan) dan berbagai politisi.

Pada 14 Oktober nanti, saat Parlemen kembali dibuka melalui pidato yang dibacakan Ratu Inggris, waktu untuk memperdebatkan Brexit sebenarnya masih ada, namun akan semakin tipis.

Sebab, setelah pidato, umumnya akan ada debat parlemen selama kurang lebih 5 hari. Itu berarti waktu mengupayakan UU Brexit akan menjadi lebih sedikit bagi Parlemen. Padahal Inggris dijadwalkan kembali bertemu Dewan Uni Eropa pada 17 dan 18 Oktober mendatang.

Apabila negosiasi berhasil, Johnson kemungkinan akan pulang dari pertemuan itu dengan kesepakatan Brexit baru. Namun, apabila gagal, Brexit no-deal nampaknya menjadi satu-satunya pilihan yang tidak bisa dihindari.

Simak drama Brexit semakin melilit.

[Gambas:Video CNBC]

 


(tas) Next Article Jelang Brexit, Perusahaan Besar Mulai Hengkang dari Inggris

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular