Jelang Brexit, Perusahaan Besar Mulai Hengkang dari Inggris

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
28 August 2019 15:56
Brexit membuat asuransi dan bank tinggalkan Inggris
Foto: PM Inggris Boris Johnson (Rui Vieira/Pool via REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Brexit atau rencana Inggris meninggalkan Uni Eropa (UE), yang awalnya ditujukan untuk semakin memajukan Inggris, kini justru berubah menjadi mimpi buruk. Sebab, kacaunya proses Brexit telah membawa berbagai dampak buruk, baik pada sisi politik maupun ekonomi Inggris.

Dari sisi politik, Brexit telah membuat Perdana Menteri Inggris Theresa May terpaksa mengundurkan diri. Pengunduran diri itu dilakukan setelah May gagal membuat Brexit terjadi. Seharusnya Brexit dilakukan pada 29 Maret 2019. Namun, akibat gagal membuat proposal Brexit disetujui Parlemen sebanyak tiga kali, Brexit terpaksa ditunda hingga 31 Oktober.


Di bawah Perdana Menteri baru, Boris Johnson, Brexit akan tetap dilakukan baik dengan ataupun tanpa kesepakatan, seperti yang dijanjikannya. Apabila terjadi, Inggris akan menjadi anggota UE pertama yang meninggalkan blok, setelah bergabung sejak tahun 1973.

Dari sisi ekonomi, Brexit terancam membawa kekacauan pada ekonomi Inggris, yang merupakan ekonomi terbesar kelima di dunia. Bahkan, menurut laporan The Times pada Desember tahun lalu, ekonomi Inggris bisa turun ke posisi ketujuh ekonomi terbesar di dunia akibat Brexit.


Selain itu, masa transisi bagi Inggris setelah Brexit juga diperkirakan akan membuat negara terjerat krisis. Hal ini tentunya membuat takut berbagai pihak, termasuk perusahaan yang beroperasi di Inggris. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika saat ini semakin banyak perusahaan yang meninggalkan dan berencana meninggalkan Inggris, mengalihkan operasinya ke negara lain.

Salah satu perusahaan yang berencana memindahkan bisnisnya adalah Aviva. Perusahaan asuransi terbesar kedua di Inggris itu pada bulan Februari mengumumkan akan memindahkan aset senilai 7,8 miliar poundsterling ke Irlandia, seperti dikutip dari Independent.

Selain itu, bank-bank besar seperti Bank of America Merrill Lynch, Credit Suisse dan Barclays juga telah dan berencana menutup bisnisnya di Inggris atau memindakan bisnisnya dari Inggris. Lebih lanjut, berbagai perusahaan internasional mulai dari Honda, Nissan, Michelin, Phillips, Sony hingga Moneygram asal Amerika Serikat (AS) juga berencana memindahkan operasinya keluar Inggris.

Mengutip laporan Daily Caller banyak perusahaan Inggris pindah ke Belanda karena ancaman ekonomi akibat Brexit. Menurut Badan Investasi Asing Belanda (NFIA), sebanyak 325 perusahaan lain juga sedang mempertimbangkan pindah dari Inggris karena takut kehilangan akses ke pasar Eropa.

"Ketidakpastian yang terus meningkat di Inggris Raya, dan semakin jelas kemungkinan (Brexit) tanpa ada kesepakatan, menyebabkan keresahan ekonomi besar bagi perusahaan-perusahaan ini," kata Komisaris NFIA Jeroen Nijland. "Itulah sebabnya semakin banyak perusahaan mengorientasikan diri mereka di Belanda sebagai basis baru yang potensial di pasar Eropa,".

Mengutip laporan the Guardian, sebelumnya pada bulan Februari, Pemerintah Belanda melaporkan telah melakukan pembicaraan dengan lebih dari 250 perusahaan yang berencana memindahkan operasinya dari Inggris ke Belanda.

Sementara untuk Perancis, pada periode yang sama, negara itu telah melakukan pembicaraan dengan sekitar 50 perusahaan terkait rencana memasuki negaranya. Perusahaan itu termasuk dari industri motor hingga farmasi.

[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Inggris Resmi Cerai dari Uni Eropa, Siapa Untung?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular