
Internasional
Kronologi Perang Dagang Jepang-Korea, Dari Luka Perang Dunia
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
29 August 2019 13:53

Dampak ke Kedua Negara
Keputusan Jepang yang memberlakukan pengetatan ekspor ke negaranya, secara langsung memiliki dampak negatif terhadap perekonomian Korsel. Pasalnya, negara ini sangat bergantung pada ekspor.
Ekspor Korsel bahkan tercatat mengalami penurunan, anjlok sekitar 11% secara tahunan. Bank Sentral Korsel Bank of Korea kemudian secara tidak terduga melakukan pemangkasan suku bunga acuannya dari 1,75% menjadi 1,5% dan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya menjadi 2,2% dari sebelumnya 2,5%.
Dampak yang sama juga terjadi pada Jepang. Dalam industri otomotif, penjualan mobil Jepang di Korsel rata-rata menyusut pada bulan Juli.
Berdasarkan data dari Asosiasi Pemasok dan Distributor Korea (KAIDA) penjualan Toyota turun 32%, sedangkan penjualan Mobil Honda turun 34%. Kemudian Penjualan mobil Lexus, yang merupakan merek impor terbesar ketiga di Korsel setelah Mercedes dan BMW juga mengalami penurunan penjualan sebanyak 25% dari bulan sebelumnya, meski masih naik 33% dari tahun sebelumnya.
Pembatalan Kerja Sama Militer
Baru-baru ini, Korsel melalui Dewan Keamanan Nasional Istana Biru, memutuskan membatalkan pakta kesepakatan kerjasama berbagi intelijen dengan Jepang pada 22 Agustus. Kesepakatan tersebut dinamakan GSOMIA (General Security of Military Information Agreement/Perjanjian Informasi Militer Keamanan Umum), sebuah perjanjian yang memfasilitasi pembagian informasi tentang ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.
Perjanjian itu ditandatangani oleh kedua negara pada 23 November 2016 dan otomatis diperpanjang, jika tidak ada satupun pihak yang ingin membatalkan perjanjian itu. Kim You-geun, Wakil Direktur Dewan Keamanan Nasional Korsel mengatakan bahwa Jepang telah melakukan 'perubahan besar' dalam lingkungan kerja sama keamanan bilateral sebagai akibat dari keputusan Jepang yang melakukan pengetatan ekspor.
Pejabat tersebut menyatakan kesepakatan kerja sama ini tidak lagi sejalan dengan kepentingan nasional kami. Pemerintah Jepang memprotes keras pernyataan tersebut. Perdana Menteri Shinzo Abe menyanyangkan keputusan sepihak Korsel, menurutnya seharusnya keputusan tersebut tidak boleh terjadi.
(sef/sef)
Keputusan Jepang yang memberlakukan pengetatan ekspor ke negaranya, secara langsung memiliki dampak negatif terhadap perekonomian Korsel. Pasalnya, negara ini sangat bergantung pada ekspor.
Ekspor Korsel bahkan tercatat mengalami penurunan, anjlok sekitar 11% secara tahunan. Bank Sentral Korsel Bank of Korea kemudian secara tidak terduga melakukan pemangkasan suku bunga acuannya dari 1,75% menjadi 1,5% dan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya menjadi 2,2% dari sebelumnya 2,5%.
Berdasarkan data dari Asosiasi Pemasok dan Distributor Korea (KAIDA) penjualan Toyota turun 32%, sedangkan penjualan Mobil Honda turun 34%. Kemudian Penjualan mobil Lexus, yang merupakan merek impor terbesar ketiga di Korsel setelah Mercedes dan BMW juga mengalami penurunan penjualan sebanyak 25% dari bulan sebelumnya, meski masih naik 33% dari tahun sebelumnya.
Pembatalan Kerja Sama Militer
Baru-baru ini, Korsel melalui Dewan Keamanan Nasional Istana Biru, memutuskan membatalkan pakta kesepakatan kerjasama berbagi intelijen dengan Jepang pada 22 Agustus. Kesepakatan tersebut dinamakan GSOMIA (General Security of Military Information Agreement/Perjanjian Informasi Militer Keamanan Umum), sebuah perjanjian yang memfasilitasi pembagian informasi tentang ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.
Perjanjian itu ditandatangani oleh kedua negara pada 23 November 2016 dan otomatis diperpanjang, jika tidak ada satupun pihak yang ingin membatalkan perjanjian itu. Kim You-geun, Wakil Direktur Dewan Keamanan Nasional Korsel mengatakan bahwa Jepang telah melakukan 'perubahan besar' dalam lingkungan kerja sama keamanan bilateral sebagai akibat dari keputusan Jepang yang melakukan pengetatan ekspor.
Pejabat tersebut menyatakan kesepakatan kerja sama ini tidak lagi sejalan dengan kepentingan nasional kami. Pemerintah Jepang memprotes keras pernyataan tersebut. Perdana Menteri Shinzo Abe menyanyangkan keputusan sepihak Korsel, menurutnya seharusnya keputusan tersebut tidak boleh terjadi.
(sef/sef)
Pages
Most Popular