Pendapatan Turun Tapi Laba Pertamina Meroket, Kok Bisa?

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
27 August 2019 15:08
Menjadi tanda tanya, saat pendapatan turun kenapa laba Pertamina bisa meroket pesat?
Foto: PT Pertamina (Persero) membukukan laba sebesar US$ 660 juta atau sebesar Rp 9,4 triliun pada paruh pertama tahun ini. (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianti))
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) baru saja merilis laporan kinerja keuangan perusahaan di semester 1-2019. Tercatat, perusahaan mampu membukukan laba yang melonjak signifikan, yakni sebesar US$ 660 juta atau Rp 9,4 triliun. Naik 112% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Keuangan Pertamina Pahala Mansury menjelaskan, penurunan harga minyak mentah Indonesia/ICP berkontribusi terhadap laba perusahaan.



Ia menjelaskan, komposisi terbesar dari biaya operasi perusahaan adalah minyak mentah, mengingat Pertamina memproduksi minyak mentah dan menjual bahan bakar minyak (BBM). Oleh karena itu, dengan adanya penurunan ICP dari US$ 66 per barel pada semester-1 2018 lalu menjadi US$ 63 per barel pada semester pertama tahun ini, otomatis biaya beban produksi (COGS) perseroan turun.

Memang, berdasarkan catatan Pertamina, untuk harga jual minyak mentah Indonesia (ICP), pada periode semester I 2019 tercatat sebesar US$ 63,14 per barel, atau turun 5% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 66,55 per barel.

"Dengan turunnya ICP bisa dikatakan pendapatan sedikit turun, tetapi penurunan ini lebih kecil dibanding penurunan biaya pokok penjualan. Kalau di-summary, beban pokok turun 6%, sementara pendapatan hanya turun 3%," jelas Pahala, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (26/8/2019).

Dari sisi pendapatan, pada semester I 2019 perusahaan mencatatkan adanya penurunan sebesar 3% secara year on year (yoy) menjadi US$ 25,55 miliar, dari yang sebelumnya US$ 26,43 miliar.



Lantas, apakah ada kontribusi dari pelunasan utang PGN atas akusisi Pertagas sebesar Rp 10 triliun terhadap laba Pertamina?

Dihubungi di kesempatan terpisah, VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menegaskan, perolehan laba Pertamina tersebut murni berasal dari pengurangan beban operasional dan produksi perusahaan. 

"Selain karena faktor ICP, ada juga faktor lain yang tidak terkait dengan ICP, misalnya efisiensi di kontrak jasa, efisiensi di pengurangan dry hole, efisiensi di cost of logistics dan sebagainya. COGS itu banyak komponen di dalamnya," jelas Fajriyah saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (27/8/2019).

Lebih lanjut, ia menyebutkan, apabila ada pembayaran promissory note oleh PGN atas akuisisi Pertagas, komponen tersebut mayoritas berpengaruh di arus kas perusahaan.

"Itu masuknya ke pencatatan neraca dan arus kas saja. Jadi kami ada tambahan cashflow sejumlah yang dibayarkan oleh PGN," tutur Fajriyah.

"Dan itu sudah masuk di Februari 2019 lalu," pungkasnya.

Sebelumnya, PGN telah melakukan pelunasan untuk pembayaran akuisisi Pertagas. Pelunasan dilakukan medio Februari 2019 lalu.

"Iya, yang promissory note kan? Yang sisa pembayarannya? Sudah lunas kok itu, baru-baru ini dilunasinya, sekitar satu atau dua minggu lalu," ujar Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno kepada media saat dijumpai di Kementerian BUMN, di Jakarta, Kamis (14/3/2019).

Lebih lanjut, ia mengatakan, pelunasan akuisisi Pertagas tersebut sumbernya berasal dari kas internal perusahaan. 

Kendati demikian, kata Fajar, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan perusahaan pasca pelunasan dilakukan, misalnya masalah operasional, dan integrasi pipa.

"Masih banyak yang harus dibereskan, lalu mengenai SDM juga, harus dilihat lagi sama dengan Pertamina atau sama dengan PGN," pungkas Fajar.

Adapun, berdasarkan keterbukaan informasi di situs Bursa Efek Indonesia (BEI), PGN menyampaikan telah melakukan pelunasan Surat Sanggup (promissory note) beserta bunga dengan total nilai sebesar Rp 10,22 triliun, sebagaimana dimaksud dalam tanda terima pelunasan Surat Sanggup yang ditandatangani perusahaan dengan Pertamina.

Sebagai informasi, PGN telah melunasi pembayaran tahap I atas akuisisi Pertagas. Sebelumnya, PGN dan Pertamina melakukan proses penilaian (valuasi) kembali atas akuisisi Pertagas. Proses penilaian kembali ini diperlukan karena PGN dan Pertamina telah memutuskan untuk mengikutsertakan 4 anak usaha Pertagas yakni PT Perta Arun Gas, PT Perta Daya Gas, PT Perta-Samtan Gas, dan PT Perta Kalimantan Gas dalam proses pengambilalihan saham Pertamina di Pertagas oleh PGN. 


(gus/gus) Next Article Laporan Keuangan 2019 Kelar, Berapa Laba Pertamina?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular