
Sri Mulyani Sebut Jerman Sampai India Sedang Susah, Benarkah?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 August 2019 13:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Hawa perlambatan ekonomi dunia semakin terasa. Data-data ekonomi di berbagai negara terus saja mengecewakan.
"Jerman, Singapura, negara Amerika Latin seperti Argentina dalam masa krisis. Meksiko, Brasil, juga dalam situasi sulit. Amerika Latin, Eropa, China, dan bahkan kawasan Asia sendiri termasuk India yang jadi motor penggerak ekonomi di pasar berkembang juga mengalami pelemahan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, Rabu (21/8/2019).
Negara-negara yang disebut Sri Mulyani memang sedang dalam situasi yang rumit bin sulit. Jerman mencatatkan pertumbuhan ekonomi 0,4% year-on-year (YoY), melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 0,9%.
Selepas kuartal II, situasi di Jerman sepertinya masih berat. Pada Juli, inflasi produsen di Jerman adalah 1,1% YoY, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 1,2% YoY. Angka 1,1% juga menjadi yang terlemah sejak Desember 2016.
Artinya, dunia usaha di Negeri Panser ragu-ragu untuk menaikkan harga. Ada kekhawatiran konsumen tidak bisa mengikuti. Pertanda ekonomi sedang gloomy.
Sementara di kawasan Amerika Latin, situasinya tidak lebih baik. Argentina, yang tahun lalu dilanda krisis nilai tukar, berpotensi mengalaminya lagi tahun ini.
Mata uang peso sempat melemah sampai 15% dalam sehari dan menyentuh posisi terlemah sepanjang sejarah. Sejak awal tahun, peso anjlok 45,48% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Wow.
Ke depan, risiko depresiasi peso masih terbuka lebar. Pasalnya, ada ketidakpastian besar yang menggelayuti Negeri Lionel Messi.
Dalam pemilu awal, Presiden Mauricio Macri yang juga calon petahana (incumbent) kalah telak dari gacoan opsisi, Alberto Fernandez, dengan perolehan suara 32,3% berbanding 47,4%. Kemenangan Fernandez yang sudah di depan mata membuat pasar khawatir karena ada kemungkinan Argentina bakal gagal membayar utangnya kepada Dana Moneter Internasional (IMF).
"Ada kenyataan yang tidak bisa disangkal. Dalam kondisi seperti sekarang, Argentina tidak akan mampu membayar utang. Saya tidak punya masalah dan akan membantu Bapak Presiden (Macri) untuk melakukan renegosiasi," ungkap Fernandez, mengutip Reuters.
Tahun lalu, Macri mengundang IMF ke Argentina untuk mengatasi krisis. Selain dapat utangan, Argentina juga diarahkan untuk melakukan penghematan, salah satunya di sisi anggaran negara. Pos-pos konsumtif seperti subsidi dipangkas untuk membuat anggaran kembali sehat.
Baca: Argentina Alami Krisis Ekonomi, IMF Segera Kirim Tim
Kini, Argentina terancam defaut ketika Fernandez resmi berkuasa. Hal ini tentu membuat pelaku pasar tidak nyaman dan menjauhi pasar keuangan Argentina. Tentu hasilnya adalah peso akan kembali tertekan.
"Jerman, Singapura, negara Amerika Latin seperti Argentina dalam masa krisis. Meksiko, Brasil, juga dalam situasi sulit. Amerika Latin, Eropa, China, dan bahkan kawasan Asia sendiri termasuk India yang jadi motor penggerak ekonomi di pasar berkembang juga mengalami pelemahan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, Rabu (21/8/2019).
Negara-negara yang disebut Sri Mulyani memang sedang dalam situasi yang rumit bin sulit. Jerman mencatatkan pertumbuhan ekonomi 0,4% year-on-year (YoY), melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 0,9%.
Selepas kuartal II, situasi di Jerman sepertinya masih berat. Pada Juli, inflasi produsen di Jerman adalah 1,1% YoY, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 1,2% YoY. Angka 1,1% juga menjadi yang terlemah sejak Desember 2016.
Artinya, dunia usaha di Negeri Panser ragu-ragu untuk menaikkan harga. Ada kekhawatiran konsumen tidak bisa mengikuti. Pertanda ekonomi sedang gloomy.
Sementara di kawasan Amerika Latin, situasinya tidak lebih baik. Argentina, yang tahun lalu dilanda krisis nilai tukar, berpotensi mengalaminya lagi tahun ini.
Mata uang peso sempat melemah sampai 15% dalam sehari dan menyentuh posisi terlemah sepanjang sejarah. Sejak awal tahun, peso anjlok 45,48% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Wow.
Ke depan, risiko depresiasi peso masih terbuka lebar. Pasalnya, ada ketidakpastian besar yang menggelayuti Negeri Lionel Messi.
Dalam pemilu awal, Presiden Mauricio Macri yang juga calon petahana (incumbent) kalah telak dari gacoan opsisi, Alberto Fernandez, dengan perolehan suara 32,3% berbanding 47,4%. Kemenangan Fernandez yang sudah di depan mata membuat pasar khawatir karena ada kemungkinan Argentina bakal gagal membayar utangnya kepada Dana Moneter Internasional (IMF).
"Ada kenyataan yang tidak bisa disangkal. Dalam kondisi seperti sekarang, Argentina tidak akan mampu membayar utang. Saya tidak punya masalah dan akan membantu Bapak Presiden (Macri) untuk melakukan renegosiasi," ungkap Fernandez, mengutip Reuters.
Tahun lalu, Macri mengundang IMF ke Argentina untuk mengatasi krisis. Selain dapat utangan, Argentina juga diarahkan untuk melakukan penghematan, salah satunya di sisi anggaran negara. Pos-pos konsumtif seperti subsidi dipangkas untuk membuat anggaran kembali sehat.
Baca: Argentina Alami Krisis Ekonomi, IMF Segera Kirim Tim
Kini, Argentina terancam defaut ketika Fernandez resmi berkuasa. Hal ini tentu membuat pelaku pasar tidak nyaman dan menjauhi pasar keuangan Argentina. Tentu hasilnya adalah peso akan kembali tertekan.
Next Page
Gacoan Asia Tak Kalah Nelangsa
Pages
Most Popular