
Biodiesel RI Dihajar Eropa, Airlangga Pilih Tak Fokus Ekspor
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
14 August 2019 14:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menanggapi langkah Uni Eropa menggenakan tarif bea masuk anti subsidi bagi produk turunan sawit, biodiesel asal Indonesia. Kebijakan ini akan membuat produk biodiesel Indonesia kalah bersaing dan ekspor biodiesel bakal menurun ke Uni Eropa Namun, menurut Airlangga, dari kebijakan itu justru saatnya Indonesia memaksimalkan biodiesel untuk pasar dalam negeri.
"Mereka juga sudah UU yang akan membatasi. Kita memang harus mengandalkan pasar dalam negeri, tidak perlu andalkan ekspor," kata Airlangga di kantornya Rabu, (14/8).
Airlangga secara tersirat menekankan bahwa Uni Eropa memang berupaya menghambat ekspor produk sawit Indonesia. "Sekarang kan ekspor kan terbatas, jadi mereka (Uni Eropa) hanya mau menambah nambahkan saja (adanya tarif baru)," kata Airlangga.
Seperti diketahui, tarif tambahan anti subsidi biodiesel asal Indonesia ke Uni Eropa berlaku efektif mulai hari Rabu (14/8/2019) Kebijakan Uni Eropa ini menuding pemerintah Indonesia menerapkan praktik subsidi untuk produk biodiesel berbasis minyak kelapa sawit.
"Impor biodiesel bersubsidi dari Indonesia telah mengancam kerugian materiil pada industri Uni Eropa," tulis Komisi Eropa dalam Jurnal Uni Eropa, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (13/8/2019).
Berdasarkan keterangan Komisi Eropa, pangsa pasar biodieselIndonesia telah melonjak menjadi 3,3% atau sebesar 516,08 juta ton di sepanjang tahun yang berakhir pada September 2018. Sementara pada periode yang sama tahun 2017 dan 2016 pangsa pasar biodieselIndonesia masing-masing sebesar 0,2% dan 0,3%.
Tarif yang diberikan berkisar antara 8-18%, dan menyasar beberapa produsen utama, dengan rincian:
(hoi/hoi) Next Article Biodiesel Dihantam Eropa, RI Cari Pasar Baru di Dubai
"Mereka juga sudah UU yang akan membatasi. Kita memang harus mengandalkan pasar dalam negeri, tidak perlu andalkan ekspor," kata Airlangga di kantornya Rabu, (14/8).
Airlangga secara tersirat menekankan bahwa Uni Eropa memang berupaya menghambat ekspor produk sawit Indonesia. "Sekarang kan ekspor kan terbatas, jadi mereka (Uni Eropa) hanya mau menambah nambahkan saja (adanya tarif baru)," kata Airlangga.
Seperti diketahui, tarif tambahan anti subsidi biodiesel asal Indonesia ke Uni Eropa berlaku efektif mulai hari Rabu (14/8/2019) Kebijakan Uni Eropa ini menuding pemerintah Indonesia menerapkan praktik subsidi untuk produk biodiesel berbasis minyak kelapa sawit.
"Impor biodiesel bersubsidi dari Indonesia telah mengancam kerugian materiil pada industri Uni Eropa," tulis Komisi Eropa dalam Jurnal Uni Eropa, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (13/8/2019).
Berdasarkan keterangan Komisi Eropa, pangsa pasar biodieselIndonesia telah melonjak menjadi 3,3% atau sebesar 516,08 juta ton di sepanjang tahun yang berakhir pada September 2018. Sementara pada periode yang sama tahun 2017 dan 2016 pangsa pasar biodieselIndonesia masing-masing sebesar 0,2% dan 0,3%.
Tarif yang diberikan berkisar antara 8-18%, dan menyasar beberapa produsen utama, dengan rincian:
- PT Caliandra Perkasa: 8%
- Wilmar Group: 15,7%
- Musim Mas Group: 16,3%
- Permata Group dan eksportir lainnya: 18%
(hoi/hoi) Next Article Biodiesel Dihantam Eropa, RI Cari Pasar Baru di Dubai
Most Popular