Pak Jokowi, Saudi Aramco Adalah Bukti Minyak Masih Berjaya

Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
14 August 2019 11:58
Jokowi sebut kejayaan minyak di Indonesia sudah selesai, tapi di kancah global komoditas emas hitam ini masih jawaranya. Terbukti dengan kinerja Saudi Aramco.
Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jakarta, CNBC Indonesia- Di tengah gempuran berkembangnya perusahaan teknologi dan kampanye industri 4.0, banyak yang mempertanyakan dan meragukan posisi perusahaan minyak dan gas yang sering dianggap industri lawas.

Tak usah jauh-jauh, berkali-kali pejabat di dalam negeri ini juga menyampaikan pesan yang menyiratkan soal kemungkinan makin mengecilnya peran industri migas di masa depan. Terakhir, adalah pesan yang disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Ketika menyampaikan pidatonya di Kongres V PDI Perjuangan, Kamis (8/8/2019), ia menyebutkan, kejayaan industri minyak dan komoditas lainnya sudah usai di Indonesia.

"Kejayaan minyak dan kayu di Indonesia sudah selesai, kejayaan komoditi SDA sudah hampir selesai, fondasi kita ke depan percayalah SDM kita yang berkualitas," ujar Jokowi.



Sekilas, pernyataan Jokowi memang tampak benar. Apalagi melihat kondisi industri minyak dalam negeri yang terus dalam tren penurunan sejak 2012. Kondisi ini dipicu oleh cadangan nasional yang tak banyak berubah berpuluh tahun lamanya.

"Kondisi cadangan migas kita [Indonesia] tidak berubah dalam 10 tahun terakhir. Kita hanya memiliki kurang dari 0,5% terhadap total cadangan minyak dunia. Begitu pun juga gas, tidak lebih dari 2% terhadap total cadangan gas dunia," ujar Dirjen Migas Kementerian ESDM, Ego Syahrial, dalam Forum Fasilitas Produksi Migas, Selasa (9/7/2019).



Tapi, betulkah kejayaan minyak benar-benar sudah surut?

Indonesia masih melihat minyak sebagai komoditas belaka, artinya cuma dilihat dari sisi produksi dan manfaatnya ke keuangan negara. Dengan produksi yang merosot dan kebutuhan yang meningkat, dan menyebabkan impor membengkak, wajar jika Jokowi menilai minyak bukan primadona lagi.

Namun, bukan begitu cara pandang negara lain. Minyak memang komoditas, namun di sisi lain adalah bahan bakar energi yang sampai kapan pun akan dibutuhkan dunia. Sifatnya yang cair, mudah diangkut dan dapat dihitung, menjadikan minyak pilihan pertama di sejumlah negara.

Pengelolaan minyak yang tepat bisa menjadikan suatu negara kaya raya seperti Arab Saudi, atau bahkan sekarang Amerika Serikat dan Rusia. Namun jika salah kelola, bisa membuat suatu negara alami nestapa seperti Venezuela.

Pak Jokowi, Saudi Aramco Adalah Bukti Minyak Masih BerjayaFoto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden



Saudi Aramco Adalah Bukti Nyata Kejayaan Minyak
Boleh saja minyak tak lagi primadona bagi Jokowi atau Indonesia, tapi di kancah global, industri ini masih jawaranya.

Paling gampang adalah dengan melihat capaian Saudi Aramco, perusahaan minyak raksasa milik Arab Saudi yang akhirnya mulai membuka kondisi keuangan mereka jelang melantai di bursa.

Saudi Aramco melaporkan laba bersih pada semester I-2019 turun 12% menjadi US$ 46,9 miliar (Rp 670 triliun). Kendati demikian, Saudi Aramco tetap mempertahankan posisi sebagai perusahaan paling cuan di dunia.

Dilansir Reuters, Saudi Aramco melaporkan total pendapatan perseroan selama enam bulan pertama tahun ini mencapai US$ 163,88 miliar, turun dibandingkan tahun sebelumnya tercatat US$ 167,68 miliar. 



Pak Jokowi, Saudi Aramco Adalah Bukti Minyak Masih BerjayaFoto: Infografis/Saudi Aramco Cetak Laba Terbesar Sedunia/Edward Ricardo


Penurunan pendapatan tersebut disebabkan realisasi rata-rata harga minyak mentah anjlok dari US$ 69 menjadi US$ 66 per barel. Meskipun ada penurunan pendapatan, Saudi Aramco membayar dividen sebesar US$ 46,4 miliar kepada pemerintah, termasuk dividen khusus US$ 20 miliar, naik dari US$ 32 miliar dibandingkan setahun sebelumnya.

"Meskipun harga minyak lebih rendah selama paruh pertama 2019, kami terus menghasilkan pendapatan yang solid dan cash flow yang kuat, didukung oleh kinerja operasional yang konsisten disertai manajemen biaya disiplin fiskal," kata President & Chief Executive Saudi Aramco Amin Nasser dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir CNBCIndonesia dari Reuters, Senin (12/08/2019).



Raksasa Teknologi vs Raksasa Minyak
Laba semester pertama Saudi Aramco ini jauh lebih besar ketimbang Apple. Sebagai perbandingan, Apple Inc yang digadang-gadang sebagai perusahaan teknologi raksasa dunia menghasilkan laba bersih US$ 31,5 miliar. 

Saudi Aramco memang sudah terbukti menjadi perusahaan dengan laba terbesar di dunia, bahkan mengalahkan raksasa teknologi asal AS, Apple. 

Untuk laba 2018, Apple hanya mampu meraup US$ 50 miliar atau setara dengan Rp 711 triliun. Sementara Saudi Aramco bisa mencetak laba hingga US$ 111,1 miliar atau setara Rp 1.600 triliun atau lebih dari dua kali lipat laba Apple. 

Jika dibandingkan dengan perusahaan migas internasional lainnya, laba Saudi Aramco ini setara dengan laba Chevron, Shell, BP, Total, Exxon dijadikan satu sekaligus.. meskipun masih di bawahnya juga. Jadi, terbayang kan betapa raksasanya Saudi Aramco ini?

Rencana IPO Saudi Aramco pun sedang jadi sorotan dunia

Pada dasarnya, perusahaan siap untuk IPO. Sekarang waktu IPO ini juga bergantung pada pemegang saham, pengumuman akan bergantung pada presepsi mereka tentang kondisi pasar," kata Khalid al-Dabbagh, Chief Financial Officer, seperti dilansir CNBCIndonesia dari CNBCInternasional, Selasa (13/08/2019)

Salah satu sumber mengatakan bahwa pemerintah Saudi sangat percaya diri dengan keberhasilan penawaran surat utang Aramco senilai US$ 12 miliar (Rp 171 triliun). Langkah ini membawa Saudi yakin pada langkah IPO dan penerbitan saham pada 2020. 

Penawaran ini diprediksikan akan menjadi penawaran besar terbaru yang pernah ada dan mewakili hanya sebagian kecil dari ekuitas perusahaan. Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman ingin membuat Aramco bervaluasi sebesar US$ 2 triliun, sekitar US$ 500 miliar lebih tinggi dari perkiraan para banker saat ini.

"Kami, di Saudi Aramco, telah memberikan hasil keuangan yang kuat dan tak tertandingi. Meskipun harga minyak lebih rendah dan kondisi pasar yang sedang bergejolak. Ini benar-benar bukti ketangguhan kami," kata Khalid al-Dabbagh, mencatat pembicaraan tersebut masih dalam tahap awal.

Simak video Saudi Aramco geser dominasi Apple di bawah ini:

[Gambas:Video CNBC]

(gus/wed) Next Article Wow! Raksasa Minyak Arab Mau Genjot Produksi, Sampai Maksimum

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular