
LPG, Kompor Listrik, Jargas, Mana Lebih Murah?
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
13 August 2019 19:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Impor dan subsidi LPG makin tahun makin membengkak. Dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), subsidi LPG di 2018 mencapai Rp 64 triliun.
Nilai itu bahkan melampaui subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) yang tercatat hanya Rp 33 triliun. Menteri ESDM Ignasius Jonan pernah menyebut impor LPG setiap tahun hampir mencapai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 50 triliun.
Oleh karena itu, agar dapat menekan angka impor tersebut, pemerintah terus menggalakkan penggunaan kompor listrik dan jargas untuk kebutuhan rumah tangga.
Pasalnya, selain ramah lingkungan, kompor listrik dan jargas tergolong lebih murah dan aman dibandingkan dengan kompor yang memakai gas LPG sebagai sumber energi. Tidak percaya? Mari kita lihat perbandingannya.
Misalnya, dalam satu rumah tangga, memakai tabung LPG 3 kg non-subsidi. Berdasarkan data Kementerian ESDM, tabung LPG ini kalorinya paling tidak setara 33.660 kkal, dan efisiensi kompornya 40%, dan kalori final yang didapat sekitar 13.464 kkal.
Dengan besaran kalori final tersebut, jika dibandingkan dengan kompor listrik, kalori setara LPG-nya pun sama, yakni sekitar 13.464 kkal, tapi efisiensi kompornya mencapai 85%. Kalori yang dibutuhkan sekitar 15.840 kkal, dan listrik yang dibutuhkan 18,3 kWh.
Tentunya, ada tagihan listrik yang harus diperhitungkan, besarannya kira-kira Rp 24.787 rupiah. Namun, jika dihitung semua komponennya, ternyata, jika dibandingkan dengan biaya LPG non-subsidi, kompor listrik memberi penghematan sekitar Rp 10.213 per 3 kg LPG, atau Rp 81.707 per bulan, dengan asumsi 8 tabung LPG 3 kg, atau 2 tabung LPG 12 kg per bulan.
Menteri ESDM Ignasius Jonan sempat menuturkan, konversi kompor LPG ke kompor listrik jauh lebih sederhana dan mudah, ketimbang mendorong penggunaan kendaraan listrik. Lagipula, harga untuk satu buah kompor listrik pun menurutnya masih relatif terjangkau.
"Kompor induksi (listrik) itu harganya ada yang Rp 300-400 ribu, masih relatif terjangkau, bisa juga pakai cicilan bayarnya," kata Jonan.
Tak tanggung-tanggung, ia pun bercerita, kalau dirinya juga memakai kompor listrik di rumahnya.
"Saya ingin jelaskan, kami sekeluarga sudah gunakan kompor listrik, kompor induksi dengan empat tungku," ujarnya.
Lalu apa efeknya dengan pakai kompor tersebut?
Jonan mengatakan, dengan menggunakan kompor listrik, dapurnya menjadi lebih bersih.
Bukan hanya soal dapur, dengan memakai kompor listrik, dirinya pun tidak membebani negara yang harus mengimpor LPG sekitar 4,5-5 juta ton setahun.
"Kebutuhan memasak dapat dipenuhi dari listrik yang energinya bersumber dari sumber-sumber energi domestik, atau tidak perlu impor lagi," tuturnya.
"Jadi, ayo gunakan kompor listrik," pesan Jonan.
Di sisi lain, pemerintah kini juga gencar membangun jaringan gas rumah tangga (jargas). Kementerian ESDM menyatakan jargas memiliki banyak manfaat untuk rumah tangga.
"Mengurangi biaya rumah tangga sekitar Rp 90 ribu per bulan per keluarga. Kemudian lebih praktis, bersih, dan aman dibandingkan tabung LPG 3kg," tulis Kementerian ESDM.
Pemerintah mengasumsikan, apabila satu rumah tangga mengonsumsi dua tabung LPG 3 kilogram (kg) per bulan, maka jargas bisa menghemat konsumsi LPG sebanyak 21,13 ribu Metrik Ton (MT).
Beberapa waktu lalu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menguraikan, meski konsumen gas yang disalurkan melalui jargas tidak mendapatkan subsidi langsung, harga yang akan didapatkan lebih murah dibandingkan LPG. Selain itu dari segi keamanan dan kenyamanan juga akan bertambah.
Sebab, lanjutnya, dari sisi harga, di beberapa kota, untuk Rumah Tangga (RT)-1 dan Pelanggan Kecil (PK)-1 dikenakan sebesar Rp 4.250 per meter kubik (m3) lebih murah dari pada harga pasar gas LPG 3 kg yang berkisar Rp 5.013 sampai dengan Rp 6.266 per m3.
Lebih lanjut, Jonan juga pernah mengatakan, dari sisi harga pun, bisa lebih murah dengan menggunakan jargas. Ia menyebutkan, jika warganya pemakai tabung gas LPG subsidi 3 kg, maka dengan jargas bisa menghemat sekitar Rp 20 ribu-30 ribu, sedangkan jika pengguna tabung LPG non-subsidi, bisa hemat sampai Rp 100 ribu.
Sebagai informasi, hingga akhir 2019 ini pemerintah akan menyelesaikan 78.216 SR di 17 kota/kabupaten. Sementara, total pembangunan jargas hingga 2018 adalah 325.852 SR yang tersebar di 40 kota/kabupaten.
Dengan penambahan pembangunan di 2019 dan 2020, total jargas yang akan terpasang sebanyak 697.601 SR pada akhir 2020. Pemerintah menargetkan pembangunan jargas bisa mencapai 4,7 juta SR pada 2025.
Salah satu keunggulan gas pipa, antara lain berasal dari kekayaan gas bumi di dalam negeri. Artinya, dari sisi makro, penggunaan gas pipa bagi konsumsi rumah tangga, tak membebani neraca perdagangan lantaran impor gas yang terjadi pada gas LPG.
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article RI Ingin Hijrah Dari Kompor Gas ke Listrik, Ini Hambatannya
Nilai itu bahkan melampaui subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) yang tercatat hanya Rp 33 triliun. Menteri ESDM Ignasius Jonan pernah menyebut impor LPG setiap tahun hampir mencapai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 50 triliun.
Pasalnya, selain ramah lingkungan, kompor listrik dan jargas tergolong lebih murah dan aman dibandingkan dengan kompor yang memakai gas LPG sebagai sumber energi. Tidak percaya? Mari kita lihat perbandingannya.
Misalnya, dalam satu rumah tangga, memakai tabung LPG 3 kg non-subsidi. Berdasarkan data Kementerian ESDM, tabung LPG ini kalorinya paling tidak setara 33.660 kkal, dan efisiensi kompornya 40%, dan kalori final yang didapat sekitar 13.464 kkal.
Dengan besaran kalori final tersebut, jika dibandingkan dengan kompor listrik, kalori setara LPG-nya pun sama, yakni sekitar 13.464 kkal, tapi efisiensi kompornya mencapai 85%. Kalori yang dibutuhkan sekitar 15.840 kkal, dan listrik yang dibutuhkan 18,3 kWh.
Tentunya, ada tagihan listrik yang harus diperhitungkan, besarannya kira-kira Rp 24.787 rupiah. Namun, jika dihitung semua komponennya, ternyata, jika dibandingkan dengan biaya LPG non-subsidi, kompor listrik memberi penghematan sekitar Rp 10.213 per 3 kg LPG, atau Rp 81.707 per bulan, dengan asumsi 8 tabung LPG 3 kg, atau 2 tabung LPG 12 kg per bulan.
Menteri ESDM Ignasius Jonan sempat menuturkan, konversi kompor LPG ke kompor listrik jauh lebih sederhana dan mudah, ketimbang mendorong penggunaan kendaraan listrik. Lagipula, harga untuk satu buah kompor listrik pun menurutnya masih relatif terjangkau.
"Kompor induksi (listrik) itu harganya ada yang Rp 300-400 ribu, masih relatif terjangkau, bisa juga pakai cicilan bayarnya," kata Jonan.
Tak tanggung-tanggung, ia pun bercerita, kalau dirinya juga memakai kompor listrik di rumahnya.
![]() |
"Saya ingin jelaskan, kami sekeluarga sudah gunakan kompor listrik, kompor induksi dengan empat tungku," ujarnya.
Lalu apa efeknya dengan pakai kompor tersebut?
Jonan mengatakan, dengan menggunakan kompor listrik, dapurnya menjadi lebih bersih.
Bukan hanya soal dapur, dengan memakai kompor listrik, dirinya pun tidak membebani negara yang harus mengimpor LPG sekitar 4,5-5 juta ton setahun.
"Kebutuhan memasak dapat dipenuhi dari listrik yang energinya bersumber dari sumber-sumber energi domestik, atau tidak perlu impor lagi," tuturnya.
"Jadi, ayo gunakan kompor listrik," pesan Jonan.
Di sisi lain, pemerintah kini juga gencar membangun jaringan gas rumah tangga (jargas). Kementerian ESDM menyatakan jargas memiliki banyak manfaat untuk rumah tangga.
"Mengurangi biaya rumah tangga sekitar Rp 90 ribu per bulan per keluarga. Kemudian lebih praktis, bersih, dan aman dibandingkan tabung LPG 3kg," tulis Kementerian ESDM.
Pemerintah mengasumsikan, apabila satu rumah tangga mengonsumsi dua tabung LPG 3 kilogram (kg) per bulan, maka jargas bisa menghemat konsumsi LPG sebanyak 21,13 ribu Metrik Ton (MT).
Beberapa waktu lalu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menguraikan, meski konsumen gas yang disalurkan melalui jargas tidak mendapatkan subsidi langsung, harga yang akan didapatkan lebih murah dibandingkan LPG. Selain itu dari segi keamanan dan kenyamanan juga akan bertambah.
Sebab, lanjutnya, dari sisi harga, di beberapa kota, untuk Rumah Tangga (RT)-1 dan Pelanggan Kecil (PK)-1 dikenakan sebesar Rp 4.250 per meter kubik (m3) lebih murah dari pada harga pasar gas LPG 3 kg yang berkisar Rp 5.013 sampai dengan Rp 6.266 per m3.
Lebih lanjut, Jonan juga pernah mengatakan, dari sisi harga pun, bisa lebih murah dengan menggunakan jargas. Ia menyebutkan, jika warganya pemakai tabung gas LPG subsidi 3 kg, maka dengan jargas bisa menghemat sekitar Rp 20 ribu-30 ribu, sedangkan jika pengguna tabung LPG non-subsidi, bisa hemat sampai Rp 100 ribu.
![]() |
Sebagai informasi, hingga akhir 2019 ini pemerintah akan menyelesaikan 78.216 SR di 17 kota/kabupaten. Sementara, total pembangunan jargas hingga 2018 adalah 325.852 SR yang tersebar di 40 kota/kabupaten.
Dengan penambahan pembangunan di 2019 dan 2020, total jargas yang akan terpasang sebanyak 697.601 SR pada akhir 2020. Pemerintah menargetkan pembangunan jargas bisa mencapai 4,7 juta SR pada 2025.
Salah satu keunggulan gas pipa, antara lain berasal dari kekayaan gas bumi di dalam negeri. Artinya, dari sisi makro, penggunaan gas pipa bagi konsumsi rumah tangga, tak membebani neraca perdagangan lantaran impor gas yang terjadi pada gas LPG.
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article RI Ingin Hijrah Dari Kompor Gas ke Listrik, Ini Hambatannya
Most Popular