
Nathan Law, Milenial Penggerak Demo Hong Kong
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
13 August 2019 16:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Demo telah melanda wilayah Hong Kong dalam dua bulan terakhir. Demo yang dipicu oleh rencana pemerintah untuk memberlakukan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi itu diadakan setiap pekan sejak Juni.
Dalam setiap demo yang hampir setiap saat diwarnai aksi anarkis, ribuan hingga ratusan ribu orang turun ke jalan-jalan kota dan memadati gedung pemerintah. Bahkan beberapa pekan terakhir para pendemo mulai memadati bandara dan stasiun kereta kota itu.
Namun, tahukah Anda bahwa ada sosok yang memiliki peran besar dalam membangkitkan semangat ratusan ribu orang untuk menuntut perubahan dalam demokrasi kota yang masih menjadi bagian China itu?
Sosok tersebut adalah Nathan Law, yang masih berusia 26 tahun. Mengutip Inside Hook, Law sudah punya sepak terjang yang mumpuni di dunia politik.
Law diketahui telah mendirikan sebuah partai politik dan menjadi pemimpin partai itu. Warga Hong Kong itu juga sangat mendukung terciptanya Hong Kong yang bebas dari pengaruh China, membuatnya sering berselisih dengan pemerintah China.
Namun, hal itu juga membuatnya menjadi tokoh yang menginspirasi banyak orang baik di Hong Kong maupun di seluruh dunia. Dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal, Law mengaku pertama kali tertarik pada politik setelah mendengar kepala sekolahnya mengecam peraih Hadiah Nobel Perdamaian Liu Xiaobo.
Pada tahun 2014 lalu Law pernah di penjara akibat ikut serta dalam demo Umbrella Movement. Menurut The Guardian, saat itu demo dilakukan karena para pendemo menganggap Beijing mengingkari perjanjian untuk memberi mereka, warga Hong Kong, pemilihan terbuka pada 2017.
Mereka juga menuntut 'hak pilih universal yang sejati'. Dari situ, Law bersama beberapa orang lainnya, mendirikan partai pro-demokrasi yang dinamakan DemosistÅ.
Ia terpilih menjadi Dewan Legislatif Hong Kong pada 2016. Namun, ini tidak bertahan lama. Akibat komitmennya terhadap demokrasi, ia dilengserkan dari jabatannya oleh pemerintah dan dipenjara selama dua bulan.
Hingga saat ini belum jelas diketahui apakah ke depan Hong Kong akan memiliki sistem pemerintahan sendiri, mengingat saat ini Hong Kong masih menjadi bagian dari China dengan prinsip "satu negara, dua sistem". Hong Kong, menurut perjanjian, akan tetap menjadi bagian dari China hingga tahun 2047, atau selama 50 tahun sejak dikembalikan oleh Inggris ke China pada tahun 1997.
Law saat ini dikabarkan akan menempuh pendidikan di Yale University, Amerika Serikat (AS), mulai akhir bulan ini. Wawancara dengan Law dilaksanakan pada saat ketegangan antara Hong Kong dan pemerintah di Beijing masih tinggi.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
Dalam setiap demo yang hampir setiap saat diwarnai aksi anarkis, ribuan hingga ratusan ribu orang turun ke jalan-jalan kota dan memadati gedung pemerintah. Bahkan beberapa pekan terakhir para pendemo mulai memadati bandara dan stasiun kereta kota itu.
Namun, tahukah Anda bahwa ada sosok yang memiliki peran besar dalam membangkitkan semangat ratusan ribu orang untuk menuntut perubahan dalam demokrasi kota yang masih menjadi bagian China itu?
Law diketahui telah mendirikan sebuah partai politik dan menjadi pemimpin partai itu. Warga Hong Kong itu juga sangat mendukung terciptanya Hong Kong yang bebas dari pengaruh China, membuatnya sering berselisih dengan pemerintah China.
Namun, hal itu juga membuatnya menjadi tokoh yang menginspirasi banyak orang baik di Hong Kong maupun di seluruh dunia. Dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal, Law mengaku pertama kali tertarik pada politik setelah mendengar kepala sekolahnya mengecam peraih Hadiah Nobel Perdamaian Liu Xiaobo.
Pada tahun 2014 lalu Law pernah di penjara akibat ikut serta dalam demo Umbrella Movement. Menurut The Guardian, saat itu demo dilakukan karena para pendemo menganggap Beijing mengingkari perjanjian untuk memberi mereka, warga Hong Kong, pemilihan terbuka pada 2017.
Mereka juga menuntut 'hak pilih universal yang sejati'. Dari situ, Law bersama beberapa orang lainnya, mendirikan partai pro-demokrasi yang dinamakan DemosistÅ.
Ia terpilih menjadi Dewan Legislatif Hong Kong pada 2016. Namun, ini tidak bertahan lama. Akibat komitmennya terhadap demokrasi, ia dilengserkan dari jabatannya oleh pemerintah dan dipenjara selama dua bulan.
Hingga saat ini belum jelas diketahui apakah ke depan Hong Kong akan memiliki sistem pemerintahan sendiri, mengingat saat ini Hong Kong masih menjadi bagian dari China dengan prinsip "satu negara, dua sistem". Hong Kong, menurut perjanjian, akan tetap menjadi bagian dari China hingga tahun 2047, atau selama 50 tahun sejak dikembalikan oleh Inggris ke China pada tahun 1997.
Law saat ini dikabarkan akan menempuh pendidikan di Yale University, Amerika Serikat (AS), mulai akhir bulan ini. Wawancara dengan Law dilaksanakan pada saat ketegangan antara Hong Kong dan pemerintah di Beijing masih tinggi.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong
Most Popular