PHK di Industri Tekstil Nyata, Ini Pengakuan Pengusaha

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
13 August 2019 12:55
Industri tekstil dan produk tekstil masih dihadapkan masalah klasik, serbuan barang impor murah.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan merumahkan pekerja melanda industri tekstil. Di Jawa Barat, puluhan ribu pekerja terpaksa dirumahkan, sebagian lagi benar-benar sudah di-PHK.

Wakil Sekretaris Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat, Rizal Tanzil membenarkan bahwa telah terjadi gelombang PHK di industri tekstil Jawa Barat khususnya di wilayah Bandung Raya.

"Laporan dari anggota kami per Juli kemarin, total sudah 36 ribu karyawan yang dirumahkan," kata Rizal Tanzil dalam keterangan tertulis kepada CNBC Indonesia, Senin (12/8/2019).



Rizal bilang, jumlah itu adalah akumulasi dari periode 2017-2019, termasuk periode Januari-Juli 2019. Sebagian masih di rumahkan, sebagian lagi ada yang sudah PHK.

Menurutnya, langkah PHK diambil lantaran perusahaan berupaya bertahan dengan cara menurunkan produksi. Penyebabnya ada dua, yaitu penutupan Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) terkait program Citarum harum untuk membersihkan sungai di Jawa Barat ini dari limbah industri dan faktor dominan adalah serbuan produk TPT asal China.

Ia mengatakan di Jawa Barat ada 1000 lebih industri TPT, mencakup 700 ribu tanaga kerja.

"Saat ini banyak perusahaan yang tingkat utilisasinya hanya 30% hingga 40% saja bahkan beberapa sudah ada yang stop produksi seluruhnya, terutama IKM," katanya.

Sementara itu, Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) meminta pemerintah untuk tidak memberikan izin impor baik melalui API-U maupun API-P.



Sekretaris jenderal APSyFI, Redma Gita Wirawasta menyatakan bahwa membanjirnya barang impor asal China dengan harga murah menjadi penyebab keterpurukan industri TPT nasional.

"Izin impor ditutup saja dulu, kecuali impor bahan baku untuk kepentingan ekspor yang melalui Kawasan Berikat (KB) dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)," kata Redma.

Redma menjelaskan bahwa keterpurukan kondisi industri TPT khususnya di sektor produksi kain sudah berimbas pada melemahnya permintaan terhadap benang dan serat.

"Gara-gara impor ini industri TPT dari hulu ke hilir jadi terpuruk, hanya garment yang berorientasi ekspor saja yang masih tumbuh," kata Redma.


(hoi/hoi) Next Article Curhatan Buruh Tekstil Yang Dirumahkan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular