
JK Heran: Kenapa Pengembangan Energi Baru RI Sangat Lambat?
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
13 August 2019 12:18

Jakarta, CNBC Indonesia- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengkritik soal pengembangan pembangkit listrik berbahan bakar energi baru dan terbarukan yang dinilai lambat di Indonesia.
Ia memberi contoh dengan proyek PLTP di Indonesia yang mulainya sudah puluhan tahun, tapi kapasitas terpasanganya sampai saat ini masih sedikit. Bahkan ada PLTP yang dalam perjalanannya butuh proses sampai 20 tahun lebih sejak pertama digagas hingga beroperasi, seperti PLTP Sarulla.
"Panas bumi di Indonesia bukan hal baru, 35 tahun lalu Kamojang sudah beroperasi jadi bukan barang baru. Menyusul Dieng, Patuha, Lahendong, semua sudah puluhan tahun. Jadi kalau bisa katakan, walau sudah berapa kali konvensi, ini pengembangannya lambat. Hasilnya baru 2000 MW untuk 30 tahun pengalaman," kata Jusuf Kalla di acara The 7th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition 2019, di JCC, Selasa (13/8/2019).
Ia ingin proses pengadaan pembangkit panas bumi bisa lebih cepat, apalagi kalau perjanjiannya sampai diteken oleh wakil presiden dan menteri. Apalagi, untuk investasi energi baru terbarukan sebenarnya sekarang lebih mudah karena banyak investor yang berlomba-lomba menanamkan modalnya untuk biaya EBT. "Kalau PLTU gak ada yang mau danai, kan," tambahnya.
Bukan cuma proyek pembangkit panas bumi yang lambat, selama puluhan tahun kapasitas terpasang energi baru terbarukan hanya sebesar 8000 MW dari jumlah kapasitas terpasang. Ini termasuk PLTA, angin, surya, yang baru tren 2-3 tahun. Sementara PLTA seperti PLTP, sudah puluhan tahun di Indonesia. "Jadi teknologi itu bukan masalah, jadi ini di mana letaknya bisa begitu lambat. Ini harus jadi kajian Pak Menteri dan PLN," kritiknya.
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Bangun Energi Terbarukan, Jerman Ajak Indonesia Kolaborasi
Ia memberi contoh dengan proyek PLTP di Indonesia yang mulainya sudah puluhan tahun, tapi kapasitas terpasanganya sampai saat ini masih sedikit. Bahkan ada PLTP yang dalam perjalanannya butuh proses sampai 20 tahun lebih sejak pertama digagas hingga beroperasi, seperti PLTP Sarulla.
Ia ingin proses pengadaan pembangkit panas bumi bisa lebih cepat, apalagi kalau perjanjiannya sampai diteken oleh wakil presiden dan menteri. Apalagi, untuk investasi energi baru terbarukan sebenarnya sekarang lebih mudah karena banyak investor yang berlomba-lomba menanamkan modalnya untuk biaya EBT. "Kalau PLTU gak ada yang mau danai, kan," tambahnya.
Bukan cuma proyek pembangkit panas bumi yang lambat, selama puluhan tahun kapasitas terpasang energi baru terbarukan hanya sebesar 8000 MW dari jumlah kapasitas terpasang. Ini termasuk PLTA, angin, surya, yang baru tren 2-3 tahun. Sementara PLTA seperti PLTP, sudah puluhan tahun di Indonesia. "Jadi teknologi itu bukan masalah, jadi ini di mana letaknya bisa begitu lambat. Ini harus jadi kajian Pak Menteri dan PLN," kritiknya.
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Bangun Energi Terbarukan, Jerman Ajak Indonesia Kolaborasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular