
SKK Migas: Investigasi Tumpahan Minyak Butuh 6 Bulan
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
12 August 2019 18:57

Jakarta, CNBC Indonesia- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan, penyebab terjadinya gelembung gas dan tumpahan minyak di Proyek YY, Blok Offshore Northwest Java (ONWJ) baru akan diketahui sekitar 3-6 bulan setelah kejadian.
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, pihaknya saat ini masih mengumpulkan data-data serta memerlukan waktu untuk melakukan simulasi.
"Target kami dalam 3 - 6 bulan ketemu lah, tapi (sebelumnya) pengalaman ini kami sebarkan ke KKKS lain, agar memastikan prosedur ataupun (memperkecil) human error," ujar Fatar ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Senin (12/8/2019).
Adapun, untuk penyebab munculnya gelembung gas, Fatar mengatakan, masih dipenuhi spekulasi, misalnya, bisa saja berasal dari kesalahan casing sumur. Hanya saja, lanjutnya, tumpahan minyak tidak sebesar yang diperkirakan.
Sebagai informasi, sampai dengan Senin (12/8/2019), Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) telah melakukan pengeboran relief well (sumur YYA-1 RW) mencapai kedalaman 1.464 meter atau lebih dari 4.000 feet dari target 2.765 meter atau sekitar 9.000 feet.
Sejauh ini, pengeboran relief well dilakukan dengan melakukan pemasangan casing dengan diameter 17-1/2.
Di sisi lain, PT Pertamina (Persero) mengumpulkan 1,047 juta karung shoreline yang dipakai mengangkut tumpahan minyak dari perairan terdampak oil spill PHE ONJW. Ini jumlah yang terkumpul sampai 7 Agustus 2019.
Incident Commander Taufik Aditiyawarman mengatakan dari jumlah semua karung, berat total mencapai 4900 ton. Rata-rata satu karung seberat 4,6 kg. Setiap karung berisi maksimal 10 persen oil spill, selebihnya berisi pasir dan batu.
Semua oil spill yang terjaring dari laut digiring ke darat untuk dimasukan ke dalam karung yang disediakan.
(dob) Next Article Tangani Tumpahan Minyak, Ini Cara yang Dilakukan Pertamina
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, pihaknya saat ini masih mengumpulkan data-data serta memerlukan waktu untuk melakukan simulasi.
"Target kami dalam 3 - 6 bulan ketemu lah, tapi (sebelumnya) pengalaman ini kami sebarkan ke KKKS lain, agar memastikan prosedur ataupun (memperkecil) human error," ujar Fatar ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Senin (12/8/2019).
Sebagai informasi, sampai dengan Senin (12/8/2019), Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) telah melakukan pengeboran relief well (sumur YYA-1 RW) mencapai kedalaman 1.464 meter atau lebih dari 4.000 feet dari target 2.765 meter atau sekitar 9.000 feet.
Sejauh ini, pengeboran relief well dilakukan dengan melakukan pemasangan casing dengan diameter 17-1/2.
Di sisi lain, PT Pertamina (Persero) mengumpulkan 1,047 juta karung shoreline yang dipakai mengangkut tumpahan minyak dari perairan terdampak oil spill PHE ONJW. Ini jumlah yang terkumpul sampai 7 Agustus 2019.
Incident Commander Taufik Aditiyawarman mengatakan dari jumlah semua karung, berat total mencapai 4900 ton. Rata-rata satu karung seberat 4,6 kg. Setiap karung berisi maksimal 10 persen oil spill, selebihnya berisi pasir dan batu.
Semua oil spill yang terjaring dari laut digiring ke darat untuk dimasukan ke dalam karung yang disediakan.
![]() |
(dob) Next Article Tangani Tumpahan Minyak, Ini Cara yang Dilakukan Pertamina
Most Popular