
Jokowi Singgung (Lagi) Soal CAD, Apa Respons Sri Mulyani?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
12 August 2019 18:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara tak langsung kembali menyinggung masalah defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dalam rapat terbatas.
Kali ini, singgungan Jokowi mengemuka dalam rapat terbatas dengan topik pembahasan evaluasi pelaksanaan mandatori biodisel. Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa didalami lebih jauh.
"Saya dengar CPO ini bisa dibuat avtur. Tolong ini ditekuni lebih dalam. Sehingga kalau bisa pertama bisa mengurangi impor avtur," kata Jokowi, Senin (12/8/2019).
"Kalau itu bisa, pertama mengurangi impor avtur sehingga defisit neraca perdagangan, defisit transaksi berjalan kita akan semakin baik," jelasnya.
Sebagai informasi, pemerintah memang kembali mendapatkan kabar tidak sedap. Neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2019 membukukan defisit sebesar US$ 8,4 miliar atau setara 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka defisit transaksi berjalan tersebut jauh lebih dalam ketimbang kuartal I-2019 yang hanya US$ 7 miliar (2,6% PDB). Bahkan juga lebih dalam dibanding CAD kuartal II-2018 yang sebesar US$ 7,9 miliar (3,01% PDB).
Bank Indonesia (BI) menyebut pembengkakan CAD tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti, repatriasi deviden dan pembayaran bunga utang luar negeri, dampak perlambatan ekonomi dunia, dan harga komoditas yang berguguran.
Pemerintah memang selama ini sudah berupaya maksimal menurunkan CAD melalui berbagai kebijakan. Mulai dari pembatasan impor, penggunaan B20, hingga menggenjot pariwisata.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun kembali merespons singgungan Jokowi terkait masalah CAD. Menurutnya, pemerintah siap total untuk mengatasi CAD.
"Kita siap untuk mendukung saja dari industri, perdagangan, investasi itu kan kunci," kata Sri Mulyani di kompleks kepresidenan.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu pun menganalisa kenapa masalah transaksi berjalan sampai saat ini tak kunjung terselesaikan. Namun, pemerintah akan komit mengatasi hal itu.
"Kalau dilihat dari sumber defisitnya, pertumbuhan dari perindustrian, kemudian konsumsi masyarakat meningkat yang belum bisa dihasilkan di dalam negeri, kemudian dari sisi migasnya," katanya.
"Jadi apa yang disampaikan dan dilakukan strategi untuk mengurangi defisit itu melalui kebijakan-kebijakan industri, kebijakan perdagangan, kebijakan investasi itu yang akan kita dukung," kata Sri Mulyani.
(dru) Next Article Bikin Gemetar, Ini Alasan CAD Bengkak di Atas 3% di Q2-2019
Kali ini, singgungan Jokowi mengemuka dalam rapat terbatas dengan topik pembahasan evaluasi pelaksanaan mandatori biodisel. Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa didalami lebih jauh.
"Saya dengar CPO ini bisa dibuat avtur. Tolong ini ditekuni lebih dalam. Sehingga kalau bisa pertama bisa mengurangi impor avtur," kata Jokowi, Senin (12/8/2019).
Sebagai informasi, pemerintah memang kembali mendapatkan kabar tidak sedap. Neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2019 membukukan defisit sebesar US$ 8,4 miliar atau setara 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka defisit transaksi berjalan tersebut jauh lebih dalam ketimbang kuartal I-2019 yang hanya US$ 7 miliar (2,6% PDB). Bahkan juga lebih dalam dibanding CAD kuartal II-2018 yang sebesar US$ 7,9 miliar (3,01% PDB).
Bank Indonesia (BI) menyebut pembengkakan CAD tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti, repatriasi deviden dan pembayaran bunga utang luar negeri, dampak perlambatan ekonomi dunia, dan harga komoditas yang berguguran.
Pemerintah memang selama ini sudah berupaya maksimal menurunkan CAD melalui berbagai kebijakan. Mulai dari pembatasan impor, penggunaan B20, hingga menggenjot pariwisata.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun kembali merespons singgungan Jokowi terkait masalah CAD. Menurutnya, pemerintah siap total untuk mengatasi CAD.
"Kita siap untuk mendukung saja dari industri, perdagangan, investasi itu kan kunci," kata Sri Mulyani di kompleks kepresidenan.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu pun menganalisa kenapa masalah transaksi berjalan sampai saat ini tak kunjung terselesaikan. Namun, pemerintah akan komit mengatasi hal itu.
"Kalau dilihat dari sumber defisitnya, pertumbuhan dari perindustrian, kemudian konsumsi masyarakat meningkat yang belum bisa dihasilkan di dalam negeri, kemudian dari sisi migasnya," katanya.
"Jadi apa yang disampaikan dan dilakukan strategi untuk mengurangi defisit itu melalui kebijakan-kebijakan industri, kebijakan perdagangan, kebijakan investasi itu yang akan kita dukung," kata Sri Mulyani.
(dru) Next Article Bikin Gemetar, Ini Alasan CAD Bengkak di Atas 3% di Q2-2019
Most Popular