Produksi OPEC Merosot, ICP Juli 2019 Naik Tipis ke US$ 61,32
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
06 August 2019 11:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, telah mendorong peningkatan rata-rata ICP minyak mentah Indonesia pada Juli 2019 sebesar US$ 0,32 per barel, atau menjadi US$ 61,32 per barel dari US$ 61,00 per barel pada Juni 2019.
Sementara ICP SLC pada Juli 2019 juga mengalami peningkatan sebesar dari US$ 61,84 per barel menjadi US$ 61,98 per barel.
Kementerian ESDM menyebutkan, peningkatan ketegangan geopolitik di Timur Tengah disebabkan oleh isu peningkatan pengayaan uranium Iran yang dianggap melanggar perjanjian Nuklir di tahun 2015, penangkapan kapal tanker Iran di selat Gibraltar oleh Inggris dan 2 kapal tanker minyak Inggris di Selat Hormuz oleh Iran, serta Pernyataan Presiden AS, Donald Trump, bahwa US Navy telah menembak drone milik Iran di Selat Hormuz.
Penyebab kenaikan harga minyak mentah utama di pasar internasional lainnya adalah kesepakatan OPEC dan negara-negara non OPEC untuk memperpanjang pemotongan produksi minyak hingga akhir Maret 2020.
"Produksi minyak mentah OPEC pada bulan Juni 2019 turun sebesar 68.000 barel per hari menjadi sebesar 29,8 juta barel dibandingkan bulan sebelumnya juga menjadi penyebab kenaikan harga minyak," ujar Tim Harga Minyak Indonesia seperti dikutip dari situs Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Selasa (6/8/2019).
Faktor lainnya yaitu Energy Information Administration (EIA) yang melaporkan stok crude oil AS pada Juli 2019 turun sebesar 32 juta barel menjadi sebesar 436,5 juta barel dibandingkan stok di Juni 2019, menurunnya stok minyak mentah AS akibat topan Barry yang menyerang beberapa fasilitas produksi di Teluk Mexico, serta meningkatnya permintaan minyak mentah AS oleh negara-negara importir minyak menyusul penurunan permintaan untuk Middle East Grades akibat ketegangan geopolitik di wilayah tersebut.
Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh penambahan kuota impor dari Pemerintah China untuk beberapa kilang di China dengan total 56,85 juta mt, sehingga meningkatkan permintaan minyak mentah di China, serta peningkatan crude oil throughput di China sebesar 1,2% menjadi 6,6 juta barel per hari dan di Taiwan sebesar 1% menjadi 970 ribu barel per hari dibandingkan dengan awal Juli 2019.
Selengkapnya perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada Juli 2019 dibandingkan Juni 2019 adalah sebagai berikut:
-WTI (Nymex) naik sebesar US$ 0,33 per barel dari US$ 54,71 per barel menjadi US$ 55,04 per barel.
-Basket OPEC naik sebesar US$ 1,75 per barel dari US$ 62,92 per barel menjadi US$ 64,67 per barel.
-Brent (ICE) naik sebesar US$ 1,17 per barel dari US$ 63,04 per barel menjadi US$ 64,21 per barel.
Kecuali untuk Dated Brent, mengalami penurunan sebesar US$ 0,06 per barel dari US$ 64,10 per barel menjadi US$ 64,04 per barel.
(gus) Next Article Pasokan Minyak Merosot, ICP Maret Terdongkrak ke US$ 63,6
Sementara ICP SLC pada Juli 2019 juga mengalami peningkatan sebesar dari US$ 61,84 per barel menjadi US$ 61,98 per barel.
Kementerian ESDM menyebutkan, peningkatan ketegangan geopolitik di Timur Tengah disebabkan oleh isu peningkatan pengayaan uranium Iran yang dianggap melanggar perjanjian Nuklir di tahun 2015, penangkapan kapal tanker Iran di selat Gibraltar oleh Inggris dan 2 kapal tanker minyak Inggris di Selat Hormuz oleh Iran, serta Pernyataan Presiden AS, Donald Trump, bahwa US Navy telah menembak drone milik Iran di Selat Hormuz.
Penyebab kenaikan harga minyak mentah utama di pasar internasional lainnya adalah kesepakatan OPEC dan negara-negara non OPEC untuk memperpanjang pemotongan produksi minyak hingga akhir Maret 2020.
"Produksi minyak mentah OPEC pada bulan Juni 2019 turun sebesar 68.000 barel per hari menjadi sebesar 29,8 juta barel dibandingkan bulan sebelumnya juga menjadi penyebab kenaikan harga minyak," ujar Tim Harga Minyak Indonesia seperti dikutip dari situs Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Selasa (6/8/2019).
Faktor lainnya yaitu Energy Information Administration (EIA) yang melaporkan stok crude oil AS pada Juli 2019 turun sebesar 32 juta barel menjadi sebesar 436,5 juta barel dibandingkan stok di Juni 2019, menurunnya stok minyak mentah AS akibat topan Barry yang menyerang beberapa fasilitas produksi di Teluk Mexico, serta meningkatnya permintaan minyak mentah AS oleh negara-negara importir minyak menyusul penurunan permintaan untuk Middle East Grades akibat ketegangan geopolitik di wilayah tersebut.
Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh penambahan kuota impor dari Pemerintah China untuk beberapa kilang di China dengan total 56,85 juta mt, sehingga meningkatkan permintaan minyak mentah di China, serta peningkatan crude oil throughput di China sebesar 1,2% menjadi 6,6 juta barel per hari dan di Taiwan sebesar 1% menjadi 970 ribu barel per hari dibandingkan dengan awal Juli 2019.
Selengkapnya perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada Juli 2019 dibandingkan Juni 2019 adalah sebagai berikut:
-WTI (Nymex) naik sebesar US$ 0,33 per barel dari US$ 54,71 per barel menjadi US$ 55,04 per barel.
-Basket OPEC naik sebesar US$ 1,75 per barel dari US$ 62,92 per barel menjadi US$ 64,67 per barel.
-Brent (ICE) naik sebesar US$ 1,17 per barel dari US$ 63,04 per barel menjadi US$ 64,21 per barel.
Kecuali untuk Dated Brent, mengalami penurunan sebesar US$ 0,06 per barel dari US$ 64,10 per barel menjadi US$ 64,04 per barel.
(gus) Next Article Pasokan Minyak Merosot, ICP Maret Terdongkrak ke US$ 63,6
Most Popular