
Obral Janji Investasi Uni Emirat Arab, Semoga Bukan PHP Lagi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 August 2019 11:58

Riwayat investasi Timur Tengah di Indonesia tidak terlampau mengesankan bahkan mengecewakan. Janji sering kali hanya sekadar janji atau pemberi harapan palsu (PHP).
Misalnya janji Saudi Aramco, raksasa migas Arab Saudi, untuk membangun kilang di Cilacap (Jawa Tengah) bersama Pertamina. Semestinya perjanjian kerja sama diteken pada Juni lalu, tetapi kemudian molor tiga bulan.
Belum ada kesepakatan soal valuasi proyek kilang tersebut. Berdasar dokumen yang didapat CNBC Indonesia beberapa waktu lalu, valuasi yang dihitung Pertamina mencapai US$ 5,66 miliar sementara Aramco hanya menilai proyek sebesar US$ 2,8 miliar atau hampir separuhnya.
Baca:
Digantung Aramco, Ini Skenario Pertamina Untuk Kilang Cilacap
Negosiasi Pertamina dengan Aramco dimulai sejak 2014 alias lima tahun lalu. Hingga detik ini realisasinya belum ada.
Ditarik lebih jauh lagi, ada proyek Food and Energy Estate di Merauke (Papua) pada 2010. Proyek ini rencananya memiliki luas area 2,5 juta hektar. Melalui Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE), pemerintah menargetkan tambahan produksi beras 1,95 juta ton, jagung 2,02 juta ton, kedelai 167.000 ton, gula 1,5 juta ton, minyak sawit mentah (CPO) 937.000 ton, sampai sapi 64.000 ekor. Penghematan devisa dari proyek ini diperkirakan mencapai Rp 4,7 triliun melalui pengurangan impor pangan.
Saudi Binladin Group, konglomerasi konstruksi asal Arab Saudi (ya, masih ada hubungan dengan Osama), sempat menyatakan ketertarikan untuk masuk ke proyek ini. Bahkan disebut-sebut ada minat investasi senilai US$ 4 miliar.
Namun lagi-lagi, minat hanya mentok sebatas minat. Hingga proyek MIFEE mandek, tidak ada investasi dari Binladin Group.
Oleh karena itu, mari berharap komitmen investasi dari UEA kali ini bisa menjadi kenyataan. Sebab, capek juga lama-lama jadi korban pemberi harapan palsu...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hoi)
Misalnya janji Saudi Aramco, raksasa migas Arab Saudi, untuk membangun kilang di Cilacap (Jawa Tengah) bersama Pertamina. Semestinya perjanjian kerja sama diteken pada Juni lalu, tetapi kemudian molor tiga bulan.
Belum ada kesepakatan soal valuasi proyek kilang tersebut. Berdasar dokumen yang didapat CNBC Indonesia beberapa waktu lalu, valuasi yang dihitung Pertamina mencapai US$ 5,66 miliar sementara Aramco hanya menilai proyek sebesar US$ 2,8 miliar atau hampir separuhnya.
Digantung Aramco, Ini Skenario Pertamina Untuk Kilang Cilacap
Negosiasi Pertamina dengan Aramco dimulai sejak 2014 alias lima tahun lalu. Hingga detik ini realisasinya belum ada.
Ditarik lebih jauh lagi, ada proyek Food and Energy Estate di Merauke (Papua) pada 2010. Proyek ini rencananya memiliki luas area 2,5 juta hektar. Melalui Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE), pemerintah menargetkan tambahan produksi beras 1,95 juta ton, jagung 2,02 juta ton, kedelai 167.000 ton, gula 1,5 juta ton, minyak sawit mentah (CPO) 937.000 ton, sampai sapi 64.000 ekor. Penghematan devisa dari proyek ini diperkirakan mencapai Rp 4,7 triliun melalui pengurangan impor pangan.
Saudi Binladin Group, konglomerasi konstruksi asal Arab Saudi (ya, masih ada hubungan dengan Osama), sempat menyatakan ketertarikan untuk masuk ke proyek ini. Bahkan disebut-sebut ada minat investasi senilai US$ 4 miliar.
Namun lagi-lagi, minat hanya mentok sebatas minat. Hingga proyek MIFEE mandek, tidak ada investasi dari Binladin Group.
Oleh karena itu, mari berharap komitmen investasi dari UEA kali ini bisa menjadi kenyataan. Sebab, capek juga lama-lama jadi korban pemberi harapan palsu...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hoi)
Pages
Most Popular