
Ini Cerita di Balik Tumpahan Minyak Laut Jawa
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
30 July 2019 20:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelembung gas membumbung di sekitar anjungan YY dan Rig Ensco-67 pada Jumat dini hari (12/7/2019) atau sekitar pukul 01.30 WIB. Tanda tak biasa ini langsung menjadi perhatian pekerja Offshore North West Java Pertamina Hulu Energi (PHE - ONWJ). Sebab, sumur re-entry YYA tersebut seolah mengirim sinyal bahaya kepada seluruh pekerja di lapangan.
Sesuai standar keselamatan internasional di dunia migas, PHE ONWJ langsung menyatakan keadaan darurat operasi. Semua aktivitas pengeboran dihentikan. Incident Management Team (IMT) bergerak cepat menangani gelembung gas serta antisipasi adanya tumpahan minyak di sekitar anjungan YY.
Dua hari berlalu, rupanya usaha yang dilakukan oleh pekerja di anjungan dan menara pengeboran (rig) tidak mampu meredam gelembung gas. Akhirnya pada Minggu, (14/7/2019) sekitar pukul 22.40 WIB, IMT PHE ONWJ memutuskan evakuasi seluruh pekerja ke tempat aman.
"Prioritas utama adalah keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan sekitar. Inilah prosedur operasi yang telah diakukan dengan mengevakuasi karyawan yang berada di anjungan dan menara pengeboran," ujar Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan H. Samsu.
Wilayah sekitar anjungan YY pun diisolasi dalam radius yang aman. Tidak boleh ada aktivitas masyarakat khususnya nelayan di sekitar anjungan. Standar Health, Safety and Security Environment (HSSE) di Pertamina Group, tidak mentolerir adanya korban jiwa, alias zero fatality.
Setelah melaporkan keadaan darurat kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, PHE ONWJ langsung menerjunkan tim tanggap darurat dengan mengerahkan tujuh tim ahli yang berasal dari berbagai sektor. Saat gelembung gas masih terjadi, mulai terlihat oil sheen atau lapisan minyak di permukaan laut. Tumpahan minyak terus meluas dan dalam sepekan telah mencapai pantai ke arah barat.
Pertamina telah melibatkan pihak-pihak yang kredibel, kompeten dan memiliki pengalaman yang baik dalam menangani kondisi yang sama. Salah satunya adalah Boot & Coots, perusahaan asal AS yang telah memiliki pengalaman dan terbukti berhasil dalam menyelesaikan beberapa peristiwa sejenis dengan skala yang lebih besar antara lain di teluk Mexico.
Atasi Oil Spill
Guna memastikan sekecil mungkin dampak lingkungan yang terjadi, PHE ONWJ melakukan sterilisasi area sekitar platform YYA menggunakan security patrol dan operation boat. Tim juga melakukan mobilisasi dan menyiagakan 32 kapal untuk oil spill combat serta patroli dan standby firefighting. Untuk penanganan oil spill berjalan maksimal, dibutuhkan 12.000 meter oil boom offshore, 3.000 meter oil boom shoreline serta 700 meter fishnet di pesisir pantai terdampak.
Pertamina juga telah mengoperasikan enam Skimmer dan 2.400 meter Static Oil Boom untuk lebih intensif menyedot tumpahan minyak. Dua strategis ini menjadi andalan dan terbukti efektif menahan penyebaran dan mengangkat tumpahan minyak mentah di sekitar anjungan YY.
"Sejak oil spill mulai terlihat, satu demi satu peralatan ini didatangkan ke lokasi untuk memastikan bahwa penangulangan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar," ujarnya lagi.
Dengan aktifnya IMT, PHE ONWJ terus berupaya mengatasi tumpahan minyak di lautan. Ceceran minyak diisolasi oleh oil booms, kemudian ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers) dan ditampung di puluhan kapal.
IMT pun mengerahkan drone untuk memonitor formasi statik boom dan pergerakan kapal, sehingga komposisinya tepat dalam menghadang oil spill yang keluar dari anjungan YY tersebut.
Gelombang dan arus Laut Jawa yang cukup deras, mengakibatkan sebagian tumpahan minyak terbawa arus hingga ke pesisir pantai terdekat yakni pantai Karawang. Untuk mengatasinya Pertamina memasang oil boom di 24 (Dua Puluh Empat) titik yang tersebar di tujuh Desa yaitu Cemara Jaya, Sedari, Tambak Sari, Tanjung Pakis, Tirtasari, Sungai Buntu, Pantai Bakti.
Pembersihan ceceran minyak di pantai atau sisa yang tidak tertangani di laut hingga saat ini melibatkan sekitar 4.566 yang tinggal di sekitar pesisir Karawang dan akan disesuaikan dengan kebutuhan. Pembersihan juga dilakukan dengan melibatkan lebih dari 200 personil TNI. Ceceran minyak diangkut melalui jalan darat ke beberapa lokasi penampungan dan pengolah yang berizin (sertifikat).
Ceceran tumpahan minyak di pantai Karawang dan sekitarnya, diprediksi masih akan terus terjadi dalam beberapa pekan ke depan. Pasalnya, berdasarkan hasil investigasi perlu waktu 8-10 minggu untuk menutup total kebocoran sumur. Untuk menanggulangi kondisi tersebut, PHE-ONWJ melakukan penanganan sumur YYA-1 melalui relief well.
Pertamina Prihatin
Dharmawan H Samsu menyatakan Pertamina akan melakukan berbagai upaya maksimal sebagai wujud tanggung jawab, kepedulian dan empati perusahaan atas peristiwa yang terjadi di Laut Jawa tersebut.
"Saya ingin menyatakan bahwa kami dari seluruh pimpinan maupun keluarga besar Pertamina menyatakan prihatin dengan apa yang sedang terjadi di sumur YYA-1 dan juga atas dampak yang mengikutinya," ujarnya saat Konferensi Pers, di Kantor Pusat Pertamina, Kamis (25/7/2019).
Saat ini, menurut Dharmawan, Pertamina terus memastikan potensi terganggunya mata pencaharian masyarakat nelayan dapat diatasi dengan baik dan bijaksana. Pertamina pun telah membuka Posko Pengaduan di Pantai Karawang yang tugas utamanya melakukan sosialisasi kepada masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan, serta berkoordinasi dengan stakeholder setempat.
Koordinasi dengan seluruh stakeholder juga terus dilakukan secara intensif, antara lain SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Kementerian LHK, TNI dan POLRI, Kemenko Maritim, Kemenko Perekonomian, Pemerintah Daerah, BNPB, Basarnas, Walhi, KKKS dan berbagai instansi lainnya.
"Kami berterima kasih pada seluruh stakeholder dan masyarakat sekitar yang telah turut berpartisipasi dan mendukung kelancaran upaya penanganan peristiwa di anjungan YYA-1," tutupnya.
(dob/dob) Next Article Karawang Tercemar Minyak, Pertamina Lakukan Tanggap Darurat
Sesuai standar keselamatan internasional di dunia migas, PHE ONWJ langsung menyatakan keadaan darurat operasi. Semua aktivitas pengeboran dihentikan. Incident Management Team (IMT) bergerak cepat menangani gelembung gas serta antisipasi adanya tumpahan minyak di sekitar anjungan YY.
Dua hari berlalu, rupanya usaha yang dilakukan oleh pekerja di anjungan dan menara pengeboran (rig) tidak mampu meredam gelembung gas. Akhirnya pada Minggu, (14/7/2019) sekitar pukul 22.40 WIB, IMT PHE ONWJ memutuskan evakuasi seluruh pekerja ke tempat aman.
Wilayah sekitar anjungan YY pun diisolasi dalam radius yang aman. Tidak boleh ada aktivitas masyarakat khususnya nelayan di sekitar anjungan. Standar Health, Safety and Security Environment (HSSE) di Pertamina Group, tidak mentolerir adanya korban jiwa, alias zero fatality.
Setelah melaporkan keadaan darurat kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, PHE ONWJ langsung menerjunkan tim tanggap darurat dengan mengerahkan tujuh tim ahli yang berasal dari berbagai sektor. Saat gelembung gas masih terjadi, mulai terlihat oil sheen atau lapisan minyak di permukaan laut. Tumpahan minyak terus meluas dan dalam sepekan telah mencapai pantai ke arah barat.
Pertamina telah melibatkan pihak-pihak yang kredibel, kompeten dan memiliki pengalaman yang baik dalam menangani kondisi yang sama. Salah satunya adalah Boot & Coots, perusahaan asal AS yang telah memiliki pengalaman dan terbukti berhasil dalam menyelesaikan beberapa peristiwa sejenis dengan skala yang lebih besar antara lain di teluk Mexico.
![]() |
Atasi Oil Spill
Guna memastikan sekecil mungkin dampak lingkungan yang terjadi, PHE ONWJ melakukan sterilisasi area sekitar platform YYA menggunakan security patrol dan operation boat. Tim juga melakukan mobilisasi dan menyiagakan 32 kapal untuk oil spill combat serta patroli dan standby firefighting. Untuk penanganan oil spill berjalan maksimal, dibutuhkan 12.000 meter oil boom offshore, 3.000 meter oil boom shoreline serta 700 meter fishnet di pesisir pantai terdampak.
Pertamina juga telah mengoperasikan enam Skimmer dan 2.400 meter Static Oil Boom untuk lebih intensif menyedot tumpahan minyak. Dua strategis ini menjadi andalan dan terbukti efektif menahan penyebaran dan mengangkat tumpahan minyak mentah di sekitar anjungan YY.
"Sejak oil spill mulai terlihat, satu demi satu peralatan ini didatangkan ke lokasi untuk memastikan bahwa penangulangan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar," ujarnya lagi.
Dengan aktifnya IMT, PHE ONWJ terus berupaya mengatasi tumpahan minyak di lautan. Ceceran minyak diisolasi oleh oil booms, kemudian ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers) dan ditampung di puluhan kapal.
IMT pun mengerahkan drone untuk memonitor formasi statik boom dan pergerakan kapal, sehingga komposisinya tepat dalam menghadang oil spill yang keluar dari anjungan YY tersebut.
Gelombang dan arus Laut Jawa yang cukup deras, mengakibatkan sebagian tumpahan minyak terbawa arus hingga ke pesisir pantai terdekat yakni pantai Karawang. Untuk mengatasinya Pertamina memasang oil boom di 24 (Dua Puluh Empat) titik yang tersebar di tujuh Desa yaitu Cemara Jaya, Sedari, Tambak Sari, Tanjung Pakis, Tirtasari, Sungai Buntu, Pantai Bakti.
Pembersihan ceceran minyak di pantai atau sisa yang tidak tertangani di laut hingga saat ini melibatkan sekitar 4.566 yang tinggal di sekitar pesisir Karawang dan akan disesuaikan dengan kebutuhan. Pembersihan juga dilakukan dengan melibatkan lebih dari 200 personil TNI. Ceceran minyak diangkut melalui jalan darat ke beberapa lokasi penampungan dan pengolah yang berizin (sertifikat).
Ceceran tumpahan minyak di pantai Karawang dan sekitarnya, diprediksi masih akan terus terjadi dalam beberapa pekan ke depan. Pasalnya, berdasarkan hasil investigasi perlu waktu 8-10 minggu untuk menutup total kebocoran sumur. Untuk menanggulangi kondisi tersebut, PHE-ONWJ melakukan penanganan sumur YYA-1 melalui relief well.
Pertamina Prihatin
Dharmawan H Samsu menyatakan Pertamina akan melakukan berbagai upaya maksimal sebagai wujud tanggung jawab, kepedulian dan empati perusahaan atas peristiwa yang terjadi di Laut Jawa tersebut.
"Saya ingin menyatakan bahwa kami dari seluruh pimpinan maupun keluarga besar Pertamina menyatakan prihatin dengan apa yang sedang terjadi di sumur YYA-1 dan juga atas dampak yang mengikutinya," ujarnya saat Konferensi Pers, di Kantor Pusat Pertamina, Kamis (25/7/2019).
Saat ini, menurut Dharmawan, Pertamina terus memastikan potensi terganggunya mata pencaharian masyarakat nelayan dapat diatasi dengan baik dan bijaksana. Pertamina pun telah membuka Posko Pengaduan di Pantai Karawang yang tugas utamanya melakukan sosialisasi kepada masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan, serta berkoordinasi dengan stakeholder setempat.
Koordinasi dengan seluruh stakeholder juga terus dilakukan secara intensif, antara lain SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Kementerian LHK, TNI dan POLRI, Kemenko Maritim, Kemenko Perekonomian, Pemerintah Daerah, BNPB, Basarnas, Walhi, KKKS dan berbagai instansi lainnya.
"Kami berterima kasih pada seluruh stakeholder dan masyarakat sekitar yang telah turut berpartisipasi dan mendukung kelancaran upaya penanganan peristiwa di anjungan YYA-1," tutupnya.
![]() |
(dob/dob) Next Article Karawang Tercemar Minyak, Pertamina Lakukan Tanggap Darurat
Most Popular