
Pakai 'Gurita Raksasa', Kasus Tumpahan Minyak Harus Tuntas
Monica Wareza, CNBC Indonesia
28 July 2019 20:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyebutkan Pertamina harus bertanggungjawab menyelesaikan penanganan pasca insiden tumpahan minyak di sekitar anjungan lepas pantai YY PHE ONWJ, di sekitar wilayah Karawang, Jawa Barat. Sebab, hal ini berdampak pada ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar wilayah tersebut.
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menilai kehidupan ekonomi dengan skala yang cukup luas terganggu karena hal tersebut. Baik itu nelayan, maupun masyarakat lainnya yang hidupnya bersinggungan dengan laut di sekitar sumur Pertamina.
"Namun saya kira Pertamina bisa mengatasi hal ini, tetapi saya konsen bahwa dampak terhadap ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar, Pertamina harus bertanggungjawab hingga selesai," kata Tauhid di Jakarta, Minggu (28/7/2019).
Belum lagi dampak lingkungan karena minyak ini juga menjadi sorotan. Sebab, pengembalian fungsi ke semula butuh waktu yang lebih panjang.
Saat ini Pertamina sudah mencoba memasang lima unit 'gurita raksasa' atau Giant Octopus Skimmer, dan membentang 5 x 400 meter Static Oil Boom di sekitar anjungan YY PHE ONWJ untuk menanggulangi tumpahan minyak ini.
Alat tersebut dinilai mampu mengangkat minyak dengan kecepatan sekitar 250 ribu liter per jam. Selanjutnya tumpahan minyak dipompa ke kapal-kapal untuk penampungan sementara.
Pada penanganan di pesisir pantai, Pertamina juga telah memasang oil boom di muara sungai dan jaring ikan, untuk menjaga tumpahan minyak agar tidak masuk ke pinggir pantai. Sebanyak 800 orang serta lebih dari 100 prajurit TNI juga dilibatkan dalam pembersihan ceceran minyak di pantai.
Kabar soal tumpahan minyak dari blok migas di lepas pantai utara Jawa mulai ramai sejak akhir pekan lalu. Pertamina membuka informasi ke publik soal insiden ini lewat penyebaran rilisnya pada 18 Juli 2019.
Padahal insiden kecelakaan di sumur migas yang sebabkan tumpahan minyak sudah terjadi sejak 2 pekan lalu, sejak 12 Juli 2019, seperti diungkap oleh Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan Samsu.
"Kronologi pada 12 Juli pada pukul 1.30 dini hari pada saat melakukan re-entry dari drilling activity di sumur YYA 1 lalu muncul gelembung gas," ujarnya saat menggelar konferensi pers di kantornya, Kamis (25/7/2019).
(hoi/hoi) Next Article Duh! Kebocoran Minyak Pertamina Bisa Mirip Deepwater Horizon
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menilai kehidupan ekonomi dengan skala yang cukup luas terganggu karena hal tersebut. Baik itu nelayan, maupun masyarakat lainnya yang hidupnya bersinggungan dengan laut di sekitar sumur Pertamina.
"Namun saya kira Pertamina bisa mengatasi hal ini, tetapi saya konsen bahwa dampak terhadap ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar, Pertamina harus bertanggungjawab hingga selesai," kata Tauhid di Jakarta, Minggu (28/7/2019).
Belum lagi dampak lingkungan karena minyak ini juga menjadi sorotan. Sebab, pengembalian fungsi ke semula butuh waktu yang lebih panjang.
Saat ini Pertamina sudah mencoba memasang lima unit 'gurita raksasa' atau Giant Octopus Skimmer, dan membentang 5 x 400 meter Static Oil Boom di sekitar anjungan YY PHE ONWJ untuk menanggulangi tumpahan minyak ini.
Alat tersebut dinilai mampu mengangkat minyak dengan kecepatan sekitar 250 ribu liter per jam. Selanjutnya tumpahan minyak dipompa ke kapal-kapal untuk penampungan sementara.
Pada penanganan di pesisir pantai, Pertamina juga telah memasang oil boom di muara sungai dan jaring ikan, untuk menjaga tumpahan minyak agar tidak masuk ke pinggir pantai. Sebanyak 800 orang serta lebih dari 100 prajurit TNI juga dilibatkan dalam pembersihan ceceran minyak di pantai.
Kabar soal tumpahan minyak dari blok migas di lepas pantai utara Jawa mulai ramai sejak akhir pekan lalu. Pertamina membuka informasi ke publik soal insiden ini lewat penyebaran rilisnya pada 18 Juli 2019.
Padahal insiden kecelakaan di sumur migas yang sebabkan tumpahan minyak sudah terjadi sejak 2 pekan lalu, sejak 12 Juli 2019, seperti diungkap oleh Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan Samsu.
"Kronologi pada 12 Juli pada pukul 1.30 dini hari pada saat melakukan re-entry dari drilling activity di sumur YYA 1 lalu muncul gelembung gas," ujarnya saat menggelar konferensi pers di kantornya, Kamis (25/7/2019).
(hoi/hoi) Next Article Duh! Kebocoran Minyak Pertamina Bisa Mirip Deepwater Horizon
Most Popular