
UEA-Kanada-Singapura Rilis Travel Warning ke Hong Kong, RI?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
29 July 2019 12:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Uni Emirat Arab (UEA) pada Sabtu (27/7/2019) telah mengeluarkan peringatan perjalanan (travel warning) bagi para pelancong yang ingin mengunjungi Hong Kong. Hal ini dilakukan setelah Hong Kong dilanda demo besar-besaran selama dua bulan terakhir.
Pengumuman travel warning itu disampaikan melalui Twitter konsulat UEA di Hong Kong, seperti dikutip dari media Timur Tengah The National, Senin (29/7/2019).
Peringatan travel warning itu menyerukan agar para pelancong menghindari gedung pemerintah dan swasta serta beberapa tempat di sekitarnya. Peringatan itu juga mendesak para pelancong untuk mengikuti saran dari otoritas setempat.
Warga UEA juga diperintahkan untuk tidak mengenakan pakaian hitam atau putih di Hong Kong. Hitam telah dijadikan warna khas gerakan protes wilayah China. Sementara orang-orang berbaju putih telah disalahkan melakukan serangan massa terhadap para pengunjuk rasa. Padahal warna hitam dan putih juga merupakan warna utama dari pakaian nasional Emirati (warga UEA).
Selain UEA, Singapura juga telah mengeluarkan travel warning untuk warganya yang akan mengunjungi Hong Kong. Mengutip the Strait Times, Kementerian Luar Negeri Singapura (MFA) mengeluarkan travel warning pada Jumat (26/7/2019).
"Kementerian Luar Negeri menyarankan kepada warga Singapura untuk menghindari lokasi-lokasi ini pada saat-saat ini," menurut himbauan yang diposting di halaman Facebook MFA tersebut.
Sementara itu, Irlandia juga telah mengeluarkan travel warning untuk warganya yang akan dan sedang mengunjungi Hong Kong. Hal ini dilakukan setelah Jepang, Korea Selatan dan Kanada mengeluarkan travel waning setelah terjadi demo anarkis di wilayah Yuen Long pekan lalu.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Irlandia mengeluarkan peringatan pada Rabu (24/7/2019) dan mendesak warganya untuk berhati-hati jika mereka bepergian ke kota, yang dikenal sebagai salah satu kota yang paling aman di dunia itu.
"Warga negara Irlandia dan anggota masyarakat sangat disarankan untuk menghindari daerah di mana terjadi protes dan pertemuan publik yang tidak direncanakan, dan untuk mengikuti saran dari otoritas setempat," kata imbauan itu, mengutip The Standard.
Di lain sisi, Kanada menyarankan para pelancongnya untuk memantau media lokal untuk mendapatkan informasi tentang demonstrasi yang akan datang, yang dapat terjadi dalam waktu singkat dan menyebabkan gangguan pada sistem transportasi umum.
Dalam dua bulan terakhir telah terjadi demo besar-besaran di Hong Kong. Diketahui demo yang dilakukan oleh ribuan hingga ratusan ribu orang tiap akhir pekan itu dipicu oleh rencana Hong Kong memberlakukan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi.
RUU Ekstradisi ini akan memungkinkan para kriminal Hong Kong dikirim dan diadili ke China. Namun banyak warga Hong Kong beranggapan langkah ini akan membuat para kriminal menerima perlakuan tidak manusiawi apabila diekstradisi ke China dan mengikuti hukum negara itu.
Awalnya, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan akan tetap memberlakukan RUU tersebut meski Hong Kong telah diterjang demo besar beberapa kali. Namun, setelah mempertimbangkan dan setelah melihat demo yang terjadi menjadi semakin tak terkendali, pada awal Juli lalu Lam akhirnya mengatakan bahwa RUU Ekstradisi telah mati.
Namun begitu, demo terus berlangsung hingga akhir pekan kemarin, di mana polisi dan pendemo terlihat saling serang menggunakan gas air mata hingga petugas polisi menembaki pendemo dengan peluru karet.
(dru) Next Article Anti Pemerintah, Ribuan Guru Hong Kong Masuk Barisan Demo
Pengumuman travel warning itu disampaikan melalui Twitter konsulat UEA di Hong Kong, seperti dikutip dari media Timur Tengah The National, Senin (29/7/2019).
Peringatan travel warning itu menyerukan agar para pelancong menghindari gedung pemerintah dan swasta serta beberapa tempat di sekitarnya. Peringatan itu juga mendesak para pelancong untuk mengikuti saran dari otoritas setempat.
"Kementerian Luar Negeri menyarankan kepada warga Singapura untuk menghindari lokasi-lokasi ini pada saat-saat ini," menurut himbauan yang diposting di halaman Facebook MFA tersebut.
![]() |
Sementara itu, Irlandia juga telah mengeluarkan travel warning untuk warganya yang akan dan sedang mengunjungi Hong Kong. Hal ini dilakukan setelah Jepang, Korea Selatan dan Kanada mengeluarkan travel waning setelah terjadi demo anarkis di wilayah Yuen Long pekan lalu.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Irlandia mengeluarkan peringatan pada Rabu (24/7/2019) dan mendesak warganya untuk berhati-hati jika mereka bepergian ke kota, yang dikenal sebagai salah satu kota yang paling aman di dunia itu.
"Warga negara Irlandia dan anggota masyarakat sangat disarankan untuk menghindari daerah di mana terjadi protes dan pertemuan publik yang tidak direncanakan, dan untuk mengikuti saran dari otoritas setempat," kata imbauan itu, mengutip The Standard.
![]() |
Di lain sisi, Kanada menyarankan para pelancongnya untuk memantau media lokal untuk mendapatkan informasi tentang demonstrasi yang akan datang, yang dapat terjadi dalam waktu singkat dan menyebabkan gangguan pada sistem transportasi umum.
Dalam dua bulan terakhir telah terjadi demo besar-besaran di Hong Kong. Diketahui demo yang dilakukan oleh ribuan hingga ratusan ribu orang tiap akhir pekan itu dipicu oleh rencana Hong Kong memberlakukan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi.
RUU Ekstradisi ini akan memungkinkan para kriminal Hong Kong dikirim dan diadili ke China. Namun banyak warga Hong Kong beranggapan langkah ini akan membuat para kriminal menerima perlakuan tidak manusiawi apabila diekstradisi ke China dan mengikuti hukum negara itu.
Awalnya, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan akan tetap memberlakukan RUU tersebut meski Hong Kong telah diterjang demo besar beberapa kali. Namun, setelah mempertimbangkan dan setelah melihat demo yang terjadi menjadi semakin tak terkendali, pada awal Juli lalu Lam akhirnya mengatakan bahwa RUU Ekstradisi telah mati.
Namun begitu, demo terus berlangsung hingga akhir pekan kemarin, di mana polisi dan pendemo terlihat saling serang menggunakan gas air mata hingga petugas polisi menembaki pendemo dengan peluru karet.
(dru) Next Article Anti Pemerintah, Ribuan Guru Hong Kong Masuk Barisan Demo
Most Popular