Banyak Gangguan, Produksi Karet Diprediksi Anjlok 15%

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
26 July 2019 16:44
Perusahaan karet memprediksi produksi karet akan anjlok 15%, salah satu gangguannya adalah penyakit tanaman karet.
Foto: REUTERS/Andy Gao
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Asosiasi Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo menampik permintaan karet menurun akibat pertumbuhan ekonomi yang lambat.

Namun, ia memproyeksi produksi karet dalam negeri turun 15% pada tahun ini dibanding 2018 karena penyakit jamur. Total lahan yang terjangkit jamur gugur daun mencapai 381,9 ribu hektare atau sekitar 10% dari total 3,6 juta hektare lahan karet.

Hal ini disampaikan saat berbicara di Squawk Box CNBC Indonesia, Jumat (26/7/2019).
"Orang mengatakan bahwa ekonomi global sedang slow, tetapi karet tidak hanya dijual untuk ban mobil baru, melainkan untuk mobil bekas," kata Moenardji.

Pertumbuhan ekonomi yang lambat memang akan membuat orang menunda membeli mobil baru. Namun, mobil-mobil lama yang masih digunakan saat ini tetap membutuhkan ban baru.

"Orang boleh menunda membeli mobil baru, tetapi tidak akan menunda keselamatan dengan tidak membeli ban baru," katanya.

Saat ini harga karet di pasar internasional dianggap rendah. Saat ini, harga karet di tingkat internasional sebesar US$1,4 per kg, padahal menurutnya bisa mencapai US$ 2 per kg. Selama ini, pembatasan ekspor karet tidak menaikkan harga karet. Selain itu, sebanyak 70% karet alam merupakan bahan baku untuk pembuatan ban kendaraan.

Kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena produksi karet di Indonesia turun. Dampaknya, volume ekspor komoditas karet Indonesia semester I-2019 anjlok hingga 200.000 ton.

Penyebabnya tidak lain karena serangan jamur Pestalotiopsis sp atau gugur daun. Jamur ini menyebabkan pohon karet mengalami gugur daun dalam periode panjang bahkan di luar periode alami sehingga menurunkan produksi karet.

Kementerian Pertanian pun menduga bahwa jamur ini sudah muncul sejak 2017 silam dan meningkat pada tahun 2019 ini. Ketidakmampuan petani untuk merawat kebun menjadi faktor yang menyebabkan pohon karet terkena serangan jamur tersebut.

Namun, hal itu dimaklumi karena pendapatan petani karet pun tergolong rendah sehingga tidak cukup untuk membiayai perawatan pohon secara maksimal.
Atas fenomena ini, Moenardji mengatakan ada pelajaran yang dipetik. Jika harga terus menurun dan tidak membalik, katanya, ini menjadi bahaya.

"Saya kira dunia internasional paham tapi ini menjadi awal yang akan membuka mata dan pikiran. Perlu kemauan bagaimana platform market yang sehat," kata Moenardji.


(hoi/hoi) Next Article Ada Serangan Penyakit, Ekspor Karet RI Anjlok 200 Ribu Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular