Nih, Pelajaran dari Anjloknya Ekspor Karet RI

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
26 July 2019 13:45
Petani karet tertekan dengan kondisi dunia karet saat ini, selain harga yang rendah juga ada ancaman penyakit pada karet.
Foto: Ilustrasi perkebunan karet di Nsuaem, Ghana. REUTERS / Zohra Bensemra
Jakarta, CNBC Indonesia - Para petani karet makin tertekan, selain harga juga ada masalah penyakit. Rendahnya harga karet di pasar internasional dinilai sebagai ironi dari kampanye dunia akan sustainable natural rubber. Saat ini pendapatan petani malah menjadi minim. Namun, ada pelajaran yang bisa dipetik.

Ketua Asosiasi Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo mengatakan program ramah lingkungan dan untuk membidik akses kesehatan dan pendidikan, akan percuma jika harga karet tidak mampu mencukupi kebutuhan petani.



"Ironi kampanye dunia yang mengangkat tema sustainable karet. Pohon karet ini green, menyerap air, kalau Anda mengatakan social inclusion akses ke medical, pendidikan, tapi kalau dari sisi ekonomi tidak terjamin, bagaimana kita bicara ini," kata Moenardji kepada CNBC Indonesia, Jumat (26/7/2019).

Pendapatan petani yang rendah dinilai tidak cukup untuk membiayai perawatan pohon karet di kebun. Perkebunan karet didominasi 90% perkebunan rakyat. Alhasil, itu memicu terjadinya penyakit gugur daun yang menyebabkan turunnya produksi karet.

Pada semester I-2019, volume ekspor komoditas karet anjlok hingga 200.000 ton. Menurut Moenardji, tahun ini produksi diproyeksikan turun 15 persen dibandingkan 2018. Apa yang terjadi pada karet saat ini memang di luar dugaan. Saat ekspor karet dibatasi, sebaliknya harga karet tidak ikut naik. Kementerian Pertanian menyebut harga karet di tingkat internasional US$1,4 per kg. 



"Pelajaran bahwa bahaya yang terlalu lama dibiarkan rendah berakibat rusaknya satu sektor, satu sektor dari satu negara. Jadi ini bahaya jika sangat rendah apalagi kalau sampai di titik terendah tidak bisa balik," kata Moenardji.

Penyakit gugur daun sendiri sudah menyebar ke-6 provinsi, di antaranya Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Per 16 juli 2019, luasannya sudah mencapai 381,9 ribu hektar atau 10% dari total 3,6 juta hektare lahan karet.


(hoi/hoi) Next Article Ada Serangan Penyakit, Ekspor Karet RI Anjlok 200 Ribu Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular