
Blok Masela Sempat Macet 20 Tahun, Begini Curhat Bos Inpex
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
16 July 2019 19:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Perjalanan blok Masela bisa dibilang penuh drama. Sejak kontrak diteken pada 1998 hampir 20 tahun lamanya proyek kilang LNG tak tergarap akibat tarik ulur dua belah pihak.
Maju mundurnya proyek terjadi karena beberapa faktor, mulai dari temuan cadangan baru, pemindahan skema dari laut ke darat, hingga sempat nyangkut di komisi pemberantasan korupsi (KPK). Toh, akhirnya drama usai dan revisi rencana pengembangan proyek telah disepakati oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dan dilaporkan ke Presiden Joko Widodo.
Kali ini, giliran bos Inpex yang buka suara. CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menyampaikan pesan kepada pemerintah Indonesia, untuk tetap menjaga konsistensi dalam kepastian kebijakan fiskal.
"Konsistensi pemerintah dalam rezim fiskal sangat penting. Kami sampaikan, tolong jangan ubah kebijakan ketika kami sudah memulai proyek ini, karena kalau diubah kami yang kena risikonya. Kalau ada perubahan peraturan di masa depan, kami tidak bisa kontrol," ujar Takayuki dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, seperti yang diketahui, proyek Masela ini proyek yang panjang, POD-nya sudah, dan sekarang masuk ke proses FEED dan FID 3-4 tahun dari sekarang, kemudian memulai konstruksi dan diproyeksikan akan berproduksi di 2027.
"Ini adalah long term project. Jadi mohon regulasi jangan berubah setelah kami memulai proyek ini," pungkas Takayuki.
Ia juga bercerita soal pertemuannya dengan RI 1 tersebut. Ia mengatakan, dirinya tidak tahu kenapa akhirnya Jokowi memberi persetujuan revisi POD tersebut.
"Tapi kami berkata jujur kepada Presiden, karena Presiden menginstruksikan perubahan skema dari offshore ke onshore, kami kesulitan untuk mewujudkannya. Tapi sekarang, kami menjawab permintaan Presiden dengan memasukkan POD kami," ujar Takayuki, Selasa (16/7/2019).
Lebih lanjut, ia menyampaikan, Presiden sangat senang dengan skema onshore yang ditawarkan Inpex.
"Presiden Jokowi juga meminta kami untuk lebih memperhatikan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas, dan sebagainya. Dalam pertemuan itu, Presiden terlihat sangat senang," pungkas Takayuki.
Adapun, sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga menekankan 3 pesan untuk proyek ini. Pertama yakni Inpex harus komit dengan apa yang tertuang di PoD dan arahan pemerintah lewat Kementerian ESDM. Kedua adalah memaksimalkan lokal konten, ketiga pengembangan SDM lokal yang ada di sana.
Dengan mulainya proyek ini, Indonesia akan terima sekitar US$ 39 miliar dan Inpex sekitar US$ 37 miliar. Angka tersebut sudah termasuk 10% milik daerah, sehingga Inpex dan Shell hitungannya bisa terima US$ 33,3 miliar. "Porsi RI cukup signifikan."
Belum lagi dampak multiplier seperti industri petrokimia dan potensi investasi US$ 1,5 miliar hingga US$ 2 miliar di daerah tersebut. SKK menargetkan blok Masela akan mulai produksi pada 2027, sehingga proyek dikebut sampai 2026.
(gus) Next Article Macet 20 Tahun, Proyek Masela Rp 288 T Akhirnya Dimulai!
Maju mundurnya proyek terjadi karena beberapa faktor, mulai dari temuan cadangan baru, pemindahan skema dari laut ke darat, hingga sempat nyangkut di komisi pemberantasan korupsi (KPK). Toh, akhirnya drama usai dan revisi rencana pengembangan proyek telah disepakati oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dan dilaporkan ke Presiden Joko Widodo.
"Konsistensi pemerintah dalam rezim fiskal sangat penting. Kami sampaikan, tolong jangan ubah kebijakan ketika kami sudah memulai proyek ini, karena kalau diubah kami yang kena risikonya. Kalau ada perubahan peraturan di masa depan, kami tidak bisa kontrol," ujar Takayuki dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, seperti yang diketahui, proyek Masela ini proyek yang panjang, POD-nya sudah, dan sekarang masuk ke proses FEED dan FID 3-4 tahun dari sekarang, kemudian memulai konstruksi dan diproyeksikan akan berproduksi di 2027.
"Ini adalah long term project. Jadi mohon regulasi jangan berubah setelah kami memulai proyek ini," pungkas Takayuki.
Ia juga bercerita soal pertemuannya dengan RI 1 tersebut. Ia mengatakan, dirinya tidak tahu kenapa akhirnya Jokowi memberi persetujuan revisi POD tersebut.
"Tapi kami berkata jujur kepada Presiden, karena Presiden menginstruksikan perubahan skema dari offshore ke onshore, kami kesulitan untuk mewujudkannya. Tapi sekarang, kami menjawab permintaan Presiden dengan memasukkan POD kami," ujar Takayuki, Selasa (16/7/2019).
Lebih lanjut, ia menyampaikan, Presiden sangat senang dengan skema onshore yang ditawarkan Inpex.
"Presiden Jokowi juga meminta kami untuk lebih memperhatikan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas, dan sebagainya. Dalam pertemuan itu, Presiden terlihat sangat senang," pungkas Takayuki.
Adapun, sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga menekankan 3 pesan untuk proyek ini. Pertama yakni Inpex harus komit dengan apa yang tertuang di PoD dan arahan pemerintah lewat Kementerian ESDM. Kedua adalah memaksimalkan lokal konten, ketiga pengembangan SDM lokal yang ada di sana.
Dengan mulainya proyek ini, Indonesia akan terima sekitar US$ 39 miliar dan Inpex sekitar US$ 37 miliar. Angka tersebut sudah termasuk 10% milik daerah, sehingga Inpex dan Shell hitungannya bisa terima US$ 33,3 miliar. "Porsi RI cukup signifikan."
Belum lagi dampak multiplier seperti industri petrokimia dan potensi investasi US$ 1,5 miliar hingga US$ 2 miliar di daerah tersebut. SKK menargetkan blok Masela akan mulai produksi pada 2027, sehingga proyek dikebut sampai 2026.
![]() |
(gus) Next Article Macet 20 Tahun, Proyek Masela Rp 288 T Akhirnya Dimulai!
Most Popular