
Baru Digarap, LNG Blok Masela Langsung Dilirik 3 Negara?
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
16 July 2019 18:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengerjaan proyek Lapangan Abadi Blok Masela kini bukan lagi sekedar wacana. Dengan disetujuinya revisi rencana pengembangan (POD), maka proyek pun bisa melangkah lebih lanjut.
CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menuturkan, kendati baru memulai proyek, ia menilai gas alam cair/LNG yang dihasilkan di Lapangan Abadi Blok Masela memiliki banyak pembeli potensial.
"Kami yakin, karena lokasinya di Indonesia dan tujuan dikerjakannya proyek ini adalah untuk memenuhi kebutuhan gas di masa depan," ujar Takayuki dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, pihaknya terbuka untuk bernegosiasi dengan industri di Indonesia apabila ingin membeli gas dari Lapangan Abadi Masela. Bahkan, tambahnya, tidak hanya pembeli domestik saja, mungkin dari Jepang dan wilayah atau negara-negara lainnya di Asia, seperti China dan Taiwan bisa menjadi pembeli potensial.
"Kami akan senang untuk bernegosiasi," katanya.
Ia mengakui, memang benar LNG lebih mahal dari pure natural gas. Tapi, imbuhnya, harga gas dan energi ditentukan oleh pasar.
"Kami mempertimbangkan kondisi pasar, biaya pengembangan LNG, dan kebutuhan industri di Indonesia. Kami mengurangi beban energi sebisa mungkin, sehingga bisa memberikan harga gas untuk industri yang kompetitif," pungkas Takayuki.
Direktur Riset Wood Mackenzie Andrew Harwood menjelaskan, bagi Indonesia, kemajuan dalam pengembangan lapangan Abadi adalah hal yang krusial. Hal ini disebabkan, kebutuhan akan LNG diprediksi akan meningkat hingga 13 juta metrik ton per tahun (mmtpa) di 2030, di saat kebutuhan gas meningkat dan produksi menurun.
Tidak hanya untuk Indonesia, kemajuan dalam proyek Abadi juga krusial bagi Inpex setelah proyek LNG Ichthys di Australia, menurut Wood Mackenzie.
"Dalam produksi puncak, kami memperkirakan Lapangan Abadi akan menghasilkan 180.000 barel setara minyak per hari (boepd) (berdasarkan working interest) dimana itu senada dengan target ambisius jangka panjang Inpex di 1 juta boepd," ujar Andrew melalui keterangan resminya, Senin (15/7/2019).
Namun, di sisi lain, bagi Shell yang memegang 35% hak partisipasi di Blok Masela, proyek Abadi berada di level yang biasa saja dibandingkan portofolio LNG lainnya.
Meskipun ada rumor Shell akan hengkang dari Masela, tapi Wood Mackenzie memperkirakan aksi divestasi dari Shell tidak akan terjadi sampai proyek tersebut mendekati tahap investasi akhir.
"Dengan disetujui nya rencana pengembangan Masela, Inpex akan menjalani proses studi lingkungan dan rekayasa sebelum masuk ke tahap FID (Keputusan Investasi Final)," kata Andrew
Selain itu, Andrew menambahkan, pihaknya juga mencatat beberapa tantangan bagi proyek tersebut, antara lain adanya pihak-pihak yang terlibat akan menghadapi pasar EPC (Rekayasa, Pengadaan dan Pembangunan) karena sejumlah proyek LNG global akan beroperasi di periode yang sama.
"Kedua, Inpex juga harus bersaing untuk mencari pembeli LNG sebesar 9,5 mmtpa. Terakhir, operator blok Masela juga harus menghadapi sejumlah tantangan teknis, seperti lokasi fasilitas LNG di darat yang terpencil hingga membangun pipa gas sepanjang 150 kilometer," pungkasnya.
(gus) Next Article Menanti Hasil Blok Raksasa Masela
CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menuturkan, kendati baru memulai proyek, ia menilai gas alam cair/LNG yang dihasilkan di Lapangan Abadi Blok Masela memiliki banyak pembeli potensial.
"Kami yakin, karena lokasinya di Indonesia dan tujuan dikerjakannya proyek ini adalah untuk memenuhi kebutuhan gas di masa depan," ujar Takayuki dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, pihaknya terbuka untuk bernegosiasi dengan industri di Indonesia apabila ingin membeli gas dari Lapangan Abadi Masela. Bahkan, tambahnya, tidak hanya pembeli domestik saja, mungkin dari Jepang dan wilayah atau negara-negara lainnya di Asia, seperti China dan Taiwan bisa menjadi pembeli potensial.
"Kami akan senang untuk bernegosiasi," katanya.
Ia mengakui, memang benar LNG lebih mahal dari pure natural gas. Tapi, imbuhnya, harga gas dan energi ditentukan oleh pasar.
"Kami mempertimbangkan kondisi pasar, biaya pengembangan LNG, dan kebutuhan industri di Indonesia. Kami mengurangi beban energi sebisa mungkin, sehingga bisa memberikan harga gas untuk industri yang kompetitif," pungkas Takayuki.
Direktur Riset Wood Mackenzie Andrew Harwood menjelaskan, bagi Indonesia, kemajuan dalam pengembangan lapangan Abadi adalah hal yang krusial. Hal ini disebabkan, kebutuhan akan LNG diprediksi akan meningkat hingga 13 juta metrik ton per tahun (mmtpa) di 2030, di saat kebutuhan gas meningkat dan produksi menurun.
Tidak hanya untuk Indonesia, kemajuan dalam proyek Abadi juga krusial bagi Inpex setelah proyek LNG Ichthys di Australia, menurut Wood Mackenzie.
"Dalam produksi puncak, kami memperkirakan Lapangan Abadi akan menghasilkan 180.000 barel setara minyak per hari (boepd) (berdasarkan working interest) dimana itu senada dengan target ambisius jangka panjang Inpex di 1 juta boepd," ujar Andrew melalui keterangan resminya, Senin (15/7/2019).
Namun, di sisi lain, bagi Shell yang memegang 35% hak partisipasi di Blok Masela, proyek Abadi berada di level yang biasa saja dibandingkan portofolio LNG lainnya.
Meskipun ada rumor Shell akan hengkang dari Masela, tapi Wood Mackenzie memperkirakan aksi divestasi dari Shell tidak akan terjadi sampai proyek tersebut mendekati tahap investasi akhir.
"Dengan disetujui nya rencana pengembangan Masela, Inpex akan menjalani proses studi lingkungan dan rekayasa sebelum masuk ke tahap FID (Keputusan Investasi Final)," kata Andrew
Selain itu, Andrew menambahkan, pihaknya juga mencatat beberapa tantangan bagi proyek tersebut, antara lain adanya pihak-pihak yang terlibat akan menghadapi pasar EPC (Rekayasa, Pengadaan dan Pembangunan) karena sejumlah proyek LNG global akan beroperasi di periode yang sama.
"Kedua, Inpex juga harus bersaing untuk mencari pembeli LNG sebesar 9,5 mmtpa. Terakhir, operator blok Masela juga harus menghadapi sejumlah tantangan teknis, seperti lokasi fasilitas LNG di darat yang terpencil hingga membangun pipa gas sepanjang 150 kilometer," pungkasnya.
![]() |
(gus) Next Article Menanti Hasil Blok Raksasa Masela
Most Popular